Me or My Dad? - NORENJAE

8.4K 479 33
                                    

Jeno × Renjun × Jaehyun

★★★

Huang Renjun. Lelaki yang semua mahasiswa tahu namanya ini, sungguh membuat orang lain merasa iri. Kepintarannya dan kebaikannya, membuat semua orang berpikir jika dirinya memiliki sifat yang sama dengan malaikat.

Pandai bergaul, menjadi poin lainnya yang menjadi nilai tambah, bagaimana seseorang bisa saja tertarik padanya. Perhatiannya bahkan untuk orang yang ia tak kenal, cukup membuat seseorang setidaknya berdebar karenanya.

Namun, suatu ketakutan bagi para mahasiswa saat melihat Renjun yang berjalan dengan salah satu mahasiswa yang terkenal semaunya. Tipikal anak orang kaya yang sulit diatur.

Jeno. Tidak terlalu buruk sifatnya sebenarnya. Hanya, terkadang suka semaunya yang membuat orang lain akan merasa jengkel dengan sifatnya.

"Jangan terus menerus berkelahi, Jeno."

"Kenapa, papa?"

Papa, godaan yang sering Jeno tunjukan pada Renjun karena lelaki kecil itu dekat dengan ayahnya, Jaehyun. Renjun kekasih dari Jaehyun ini, mungkin semua orang akan kebingungan.

Umur yang 9 tahun lebih tua dengan Jeno. Diluar akal sehat saat Jeno bahkan merangkul Renjun ditempat yang lumayan sepi.

"Senang bermain-main dengan perasaan seseorang, papa?"

"Maksudmu? Aku diminta ayahmu untuk memperhatikanmu. Tidakkah kamu kasihan padanya yang selalu harus mengurus hal-hal yang kamu lakukan?"

"Didunia ini, yang paling menakutkan itu kamu, Ren."

"Jeno."

"Perhatianmu, caramu memperlakukan orang lain, itu masalahnya. Aku sengaja dalam seminggu ini melakukan hal-hal yang buruk. Agar mendapatkan perhatianmu."

"Jeno, dengar. Orang sepertimu hanya merindukan kasih sayang dan perhatian, jangan sampai kamu mengartikan hal itu kearah yang salah. Aku calon suami ayahmu. Entah apa yang kamu pikirkan sekarang, namun kamu harus menghentikannya." Peringatan itu jelas terdengar tegas.

Renjun hendak beranjak dari sana, namun lengannya ditarik paksa. Sangat kuat hingga Renjun bahkan terhuyung kedepan, "Jeno! Apa-apaan ini?"

Pergi ke lantai atas yang jarang dikunjungi, mulai membuat Renjun merasa was-was. Ia menelan ludahnya, mulai berpikir hal-hal yang tak baik.

"Renjun. Aku menyukaimu. Kamu selalu memberikan perhatian padaku, yang jarang aku dapatkan, bahkan.. Tak pernah. Kamu menemaniku, kamu memberikanku semangat, kamu tersenyum padaku."

Jeno menatap Renjun, "Aku benci melihatmu memeluk dan berciuman dengan ayah. Aku benci saat tatapanmu teralihkan dariku karena ayah baru saja pulang bekerja. Aku benci saat dirinya membawamu masuk ke kamarnya."

"Jeno, kamu menganggap perhatianku seperti apa? Aku melakukannya karena kamu akan menjadi anakku!"

"Tidak. Aku tidak ingin menjadi anakmu, atau kamu bahkan tak bisa menggantikan ibuku. Aku membutuhkan perhatianmu, Ren. Tidak bisakah kamu setidaknya berpisah dengan ayahku?"

Tatapan memohon itu membuat Renjun tersulut emosi, "Jeno, kamu harus menenangkan dirimu. Di usiamu, memang wajar jika sebuah kebingungan melanda. Kamu salah mengartikan perhatianku. Kamu hanya cemburu karena ayahmu kini juga memberikan perhatiannya pada orang lain."

Renjun melepas genggaman itu saat pegangan Jeno mengendur. Lalu pria itu menepuk bahu Jeno, "Aku akan merahasiakan kelakuanmu dari ayahmu. Kalau ayahmu tahu apa yang kamu bicarakan, mungkin ia akan marah besar."

ONE SHOT - RENJUN HAREMWhere stories live. Discover now