7. Kamu dan Langit

47.3K 3.7K 19
                                    

"Hanya dengan melihatmu tersenyum, aku juga ikut merasakan kebahagiaan yang kau rasakan. Sesederhana itu memang"
-David Arsena Damalio

Jam sembilan pagi Naya berniat pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam sembilan pagi Naya berniat pergi ke supermarket untuk berbelanja bahan makanan. Ana sedang pergi arisan jadi Naya lah yang harus mengurus rumah.

Saat ini gadis yang tengah memakai drees kuning itu tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.

Naya kembali merapikan tatanan rambutnya, lalu mengambil tas selempang yang ia gantung di belakang pintu. Ia memasukkan ponsel dan juga dompetnya ke dalam tas tersebut.

Naya menutup pintu kamarnya dan melangkahkan kakinya keruang tamu, terlihat di ruang tamu ada Kakaknya yang sedang asik menonton tv sampai tidak menyadari keberadaannya.

"Kak, Naya ke supermarket dulu, ya, mau beli bahan makanan," ucap Naya.

"Hmm." Raina hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya dari tv.

Setelah mendengar jawaban Raina, tidak menunggu waktu lebih lama lagi Naya langsung keluar rumah dan menaiki ojek online yang sudah di pesannya.

Naya memang lebih memilih menggunakan jasa ojek online, karena ia sendiri tidak bisa bisa mengendarai mobil.

***

Ketika tiba di supermarket Naya langsung memilih apa saja yang akan dia beli. Mulai dari sayuran, daging, buah, bumbu dapur dan beberapa Snack favoritnya dan tak lupa juga ice cream vanilla kesukaannya.

Cukup lama Naya memilih-milih bahan makanan yang cocok untuknya. Hampir memakan waktu empat puluh menit lebih.

Setelah yakin semua belanjaannya sudah masuk ke ke troli. Naya segera mendekati meja kasir dan membayarnya.

Naya keluar dari supermarket dengan dua kantong plastik di tangannya. Gadis itu berhenti tepat di depan supermarket untuk menyetop taksi dan mengantarnya pulang. Tapi tatapannya tidak sengaja melihat sosok David-sahabat Alvin.

Ya, Naya lumayan dekat dengan sahabat Alvin. Itupun karena Alvin yang mengenalkannya.

"Naya?" tanya David kaget. "Lo sendiri?" tanyanya lagi. Tadinya David akan langsung pulang setelah membeli sesuatu di dalam, tapi ketika melihat Naya juga berada di sini dia mengurungkan niatnya.

"Ah.. iya aku sendiri," balas Naya sambil tersenyum. Naya memang selalu seperti itu. Gadis periang dan murah senyum kepada siapapun itu, ia pasti tersenyum.

Beberapa detik David terpaku melihat senyuman Naya. Senyum yang selalu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Senyum yang seolah candu bagi David. Ah, berapa beruntungnya Alvin memiliki Naya.

"Dav? Kok diem?"

"Eh... iya-iya. Yaudah gue anterin aja, ya?" Jawab David salah tingkah sembari menggaruk tengkuknya.

Naya tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Gak usah, Dav, aku bisa sendiri kok, kan udah sering pergi sendirian."

"Gapapa, lo gak usah sungkan sama gue. Gue cuma mau bantuin pacar sahabat gue aja, jadi lo santai dan jangan merasa gak enak," ucap David sambil mendorong pelan tubuh Naya agar cepat memasuki mobilnya. Cowok itu juga masuk ke dalam mobil dan langsung meninggalkan supermarket.

Mobil itu

***

Keadaan di dalam mobil cukup canggung.

Naya tidak pernah berduaan dengan laki-laki selain Alvin. Sedangkan David sendiri berusaha menutupi salah tingkahnya supaya Naya gak curiga padanya.

David memang selalu salah tingkah jika sudah berdekatan dengan Naya. Apalagi kondisi jantung nya yang tidak mau diam dan selalu berdebar kencang karena Naya.

Tidak betah dengan keadaan yang hening, akhirnya David lebih dulu memulai obrolan. "Nay, kita mampir ke cafe dulu, ya, sekalian makan siang. Lo juga pasti belum makan, kan?"

Naya tampak berfikir. Sebenarnya ia juga belum makan apapun sejak pagi, dan mungkin tidak ada salahnya menerima ajakan David.

"Hmm... iya, aku juga belum makan," jawabnya malu-malu lalu mengalihkan pandangannya.

Lagi-lagi David berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertawa saat itu juga. Demi apapun, rasanya sangat-sangat gugup jika berdekatan dengan gadis yang disukainya.

Rasanya mendebarkan dan membuat keringat mengucur deras dari pelipisnya. David segera mengusap kasar dengan tangannya, tidak mau Naya menyadari jika dirinya sedang salah tingkah.

"Oke, kita ke cafe langganan gue," balas David.

Sepanjang perjalanan, David selalu melirik ke arah Naya yang tersenyum melihat langit dari balik jendela mobilnya.

"Suka langit?"

"Suka banget!" ujar Naya antusias.

"Aku selalu suka langit," imbuh Naya lalu menatap ke arah David yang tengah menatapnya dalam.

"Kalau kamu juga suka?" tanya Naya.

David mengangguk sembari menatap lekat wajah Naya dari dekat. Sungguh begitu sempurna ciptaan sang maha kuasa, bisa menciptakan wanita secantik Kanaya.

"Gue suka... lo."

"Berarti kita sama-sama suka sama langit," tutur Naya kemudian kembali menatap ke luar. Mengabaikan David yang masih memandangnya tidak bergerak sedetikpun.

"Langit itu cantik, sama seperti lo, Nay," gumam David sangat-sangat pelan hingga Naya tidak bisa mendengarnya.

"Kalau kita punya masalah, liat aja Langit. Pasti masalah kita bisa sedikit berkurang karena keindahannya."

"Lo bener, langit memang seindah itu," David menimpali namun matanya tidak lepas dari Naya yang masih sibuk memandang ke luar, tepatnya menatap langit yang saat ini sedang cerah.

***

Sekitaran 30 menit mobil David berhenti di depan cafe minimalis tidak terlalu besar dan kebanyakan yang datang adalah para remaja sepertinya. Mungkin karena hari ini weekend jadi cafe lumayan ramai.

David dan Naya turun dari mobil dan langsung memesan makanan.

Mereka berdua mengobrol banyak hal. Kalau dipikir-pikir David dan Naya memiliki beberapa kecocokan. Mulai dari sama-sama menyukai langit. Sama-sama menyukai matcha, dan juga sama-sama menyukai es krim Vanilla.

Dan Naya juga merasa, David adalah cowok baik, tidak berbeda jauh dengan Alvin.

Keduanya larut dalam obrolan hingga tidak terasa sudah satu lebih mereka berada di cafe itu.

Naya merogoh ponsel di tas nya, seketika matanya langsung membulat. Naya baru ingat kalau Ana pasti sekarang sudah pulang, dan ia harus segera pulang sebelum Ana tiba di rumah.

Gadis itu panik dan buru-buru bediri, membuat David di depannya menatap tidak mengerti.

"Kenapa, Nay?"

"Dav, aku pulang duluan, ya, takut nanti di cariin Bunda," ucap Naya ingin pergi tapi David mencekal tangannya.

"Gue anterin lo sampai rumah. Gak ada penolakan!" tegas David menggandeng tangan Naya keluar cafe dan masuk ke dalam mobilnya.

Mobil berwarna putih tersebut melesat pergi dengan kecepatan rata-rata.

🌻

See you ❤️

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang