37. Tidak ada harapan

40.9K 3.1K 116
                                    

"Rasanya tidak akan pernah rela, melihatmu bahagia selain bersama diriku"
- Alvin Putra Arsalan

"Rasanya tidak akan pernah rela, melihatmu bahagia selain bersama diriku"- Alvin Putra Arsalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


| SMA PERTIWI |

"Nay, lo pulang sama siapa?" tanya Viona.

Saat ini mereka berada di depan gerbang sekolah, bersiap-siap untuk pulang.

Dan Agatha? Gadis itu masih belum ada kabar, entah kemana perginya. Agatha sama sekali tidak menghubungi Naya ataupun Viona. Gadis itu benar-benar menghilang tanpa jejak.

"Aku pulang sendiri, Vi. Kan biasanya juga pulang sendirian," balas Naya lesu.

Naya kelelahan karena sehabis pulang sekolah, dia tetap mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa. Orang tuanya memang tidak mengusir Naya, tapi mereka mengabaikannya, menganggap Naya tidak pernah ada.

Bahkan untuk makan saja, Naya harus membeli dengan uang tabungannya sendiri. Ana tidak memberinya jatah makan, tidak sedikit saja.

Harusnya Naya banyak-banyak istirahat dan tidak boleh kelelahan. Apalagi usia kandungannya masih muda, sangat rentan untuk keguguran. Tapi mau bagaimana lagi, beginilah kehidupan Naya, suka tidak suka dia harus menjalankan nya.

"Gak mau bareng gue aja? Gue anterin sampai depan rumah deh, kalau perlu sampai depan kamar lo sekalian," tawar Viona sembari terkekeh.

"Apaan, sih. Emang aku anak kecil," ucap Naya mengerucutkan bibirnya, seperti bocah yang sedang kesal.

"Utututu, bumil gak boleh marah-marah. Nanti Baby nya juga ikut marah, loh," ujar Viona sambil mencubit pipi tembam perempuan itu.

"Vio... Sakit, jangan di tarik-tarik dong," Naya meringis melepaskan tangan Viona. Ia memalingkan wajahnya ke samping.

"Ngambek, nih? Yakin? Gimana kalau gue beliin bunga matahari, sama es krim juga, deh," tawar Viona menaik-turunkan alisnya.

Mendengar itu, mata Naya langsung berbinar. Dia menatap Viona yang sedang mengulum senyum. "Beneran? Awas aja kalau bohong, aku gak mau temenan lagi sama kamu."

"Iya-iya. Apapun yang bumil minta, aku siap turutin," tandas Viona. Lalu gadis yang memakai bandana hitam itu mendekati Naya dan menggandeng lengannya, hendak menaiki mobil milik keluarga Viona.

"Vi, bentar." Naya berhenti melangkah karena merasakan sesuatu bergejolak dalam perutnya.

Huekk

Huekk

Naya berjongkok lalu memuntahkan cairan bening itu. Kepalanya sangat pusing, setelah memuntahkan semua isi perutnya. Tubuh Naya seolah tidak memiliki energi apapun untuk sekedar berdiri.

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang