28. Aneh

34.5K 2.7K 58
                                    

"Hanya ingin selalu ada untukmu, apa niat ku itu salah?"
- Alvin Putra Arsalan

Pikiran Alvin berkecamuk saat menerima pesan dari seseorang, dan isi pesan itu adalah foto Naya saat berada di rumah sakit, tepatnya di depan ruangan Dokter kandungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pikiran Alvin berkecamuk saat menerima pesan dari seseorang, dan isi pesan itu adalah foto Naya saat berada di rumah sakit, tepatnya di depan ruangan Dokter kandungan.

Apa yang Naya lakukan disana?

Buat apa Naya menemui Dokter kandungan?

Semua pertanyaan-pertanyaan negatif itu langsung memenuhi pikiran Alvin saat ini.

Pusing karena terus memikirkan Naya, Alvin bangkit ke kamar mandi dan akan bersiap-siap ke sekolah. Lebih baik nanti ia tanyakan langsung pada wanita itu.

Alvin tidak mau mengambil kesimpulan sendiri. Ia juga tidak ingin berpikiran yang macam-macam. Naya sudah janji kepadanya, jadi sudah seharusnya Alvin mempercayai Naya.

Selesai mandi Alvin, mengambil seragamnya yang berada di lemari, tapi niatnya urung karena sesuatu yang menarik di depannya.

Sebuah bingkai foto yang sudah usang. Ia bergerak mengambil foto itu. Tanpa sadar matanya mulai memanas ketika mengingat kepingan-kepingan kenangan nya bersama seseorang dahulu.

"Kita sudah sejauh ini," gumam Alvin seraya mengusap foto itu dengan tangannya.

Ia merindukan seseorang di foto itu. Seseorang yang sudah mengkhianatinya.

Seorang perempuan yang pernah menjadi bagian hidupnya, sebelum kedatangan Naya.

Alvin mengusap matanya, lalu meletakkan foto itu kembali ke tempatnya. Ia tidak ingin mengigat gadis yang sudah menyakitinya.

***

| KANTIN, SMA PERTIWI |

Saat ini Naya dan Viona sedang berada di kantin, dan Agatha sedang memesan pesanan mereka.

Viona memandang Naya dengan intens. Menurutnya akhir-akhir ada yang berbeda dengan Naya. Atau... ini hanya perasaannya saja?

"Woiii! Bengong aja, kemasukan setan baru tau rasa lo," tegur Agatha sembari meletakkan pesanan mereka di atas meja. Agatha lalu duduk di hadapan mereka.

Seketika Naya dan Viona langsung bertatapan, namun Viona lebih dulu mengalihkan pandangannya pada Agatha.

"Gue gak ngelamun, gue cuma lagi mikirin sesuatu, aja" jawab Viona jujur.

Agatha mengangkat sebelah alisnya. "Mikirin apa lo? Lo, kan, anti sama yang namanya mikir?"

Viona menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa," ucapnya tidak yakin.

"Gak jelas lo."

"Udah, mendingan kita makan aja, aku laper banget" timpal Naya mengentikan mereka berdua. Naya mengambil mangkok bakso di depannya agar lebih dekat. Ia hendak memakan bakso itu, tapi tiba-tiba Alvin datang lalu bergabung ke meja mereka bertiga.

"Ka-" ucapan Naya terpotong karena pertanyaan Agatha.

"Al, kamu ngapain kesini?" tanya Agatha disertai senyuman di wajahnya. Hal yang tidak biasanya di lakukan oleh gadis itu. Agatha yang terkenal cuek, tiba-tiba berubah?

Agatha bertanya pada Alvin, tapi cowok itu tidak sedikitpun meliriknya. Alvin memfokuskan dirinya memandang Naya yang berada di sampingngnya.

Naya beralih pada Agatha. "Tha, kamu keliatan deket banget sama Alvin. Sampai manggil aku kamu?" tanyanya penasaran.

Agatha mengernyit kening. "Emang kenapa? Gak boleh gue panggil Alvin, aku kamu? Alvin itu bukan cuma pacar, lo aja."

Vio merasa aneh dengan sikap Agatha yang terlihat kesal. Padahal pertanyaan Naya tidak salah. "Kenapa lo jadi nyolot gitu? Naya, kan cuma nanya. Harusnya lo jawab yang bener."

"Hahahaaa, santai aja kali. Pada tegang gitu mukanya," balas Agatha tertawa canggung.

"Bercanda lo gak lucu!" sahut Viona emosi.

"Nay..."

Suara bariton itu mengalihkan perhatian mereka bertiga yang sejak tadi berdebat.

"Kamu kemarin kemana?" Alvin menatap iris mata wanita di depannya dengan serius.

"Kemarin?" Naya balik bertanya.

"Kemarin pulang sekolah kamu kemana?"

Deg!

Jantung Naya berdetak cepat. Kenapa Alvin bertanya seperti itu? Atau Alvin tahu kemana dirinya kemarin?

Naya harus menjawab apa? Tidak mungkin, kan jika ia bilang dari Dokter kandungan?

"Naya...."

Naya mengalihkan pandangannya agar tidak menatap Alvin. "A-ku, a-ku kemarin langsung pulang Al. Aku gak kemana-kemana, kok" jawab terbata-bata.

"Tatap aku, Nay" pinta Alvin lalu memegang kedua pundak wanita itu agar menghadapnya.

Netra mereka bertemu.

"Kamu pergi ke mana kemarin?" Alvin mencoba berbicara selembut mungkin supaya Naya bisa jujur padanya.

"Al, kemarin aku langsung pulang. Udah ya, aku mau makan," balas Naya melepaskan tangan Alvin di pundak nya. Naya lebih dulu memutus tatapan mereka.

Naya kemudian menusuk satu buah bakso lalu mengarahkan ke mulutnya, tapi belum sampai ia memakan bakso itu, tiba-tiba perutnya merasa sangat mual.

Huekkk

Naya membekap mulutnya dan langsung berlari ke luar kantin tanpa menghiraukan mereka yang menatapnya aneh, terutama ketiga orang yang duduk dengan nya barusan.

Alvin menatap Naya curiga sekaligus khawatir. Sejak kapan Naya sakit dan muntah-muntah seperti ini?

Lalu apa hubungannya, muntah-muntah dengan Dokter kandungan?

Seharusnya jika Naya sakit, dia menemui Dokter umum. Bukannya Dokter kandungan.

"Naya kayak orang lagi hamil aja, sih, masak langsung mual gitu pas cium bau makanan," cetus Agatha sambil menatap kepergian Naya.

Viona tidak terima ucapan gadis itu. "Lo apaan sih, Tha. Jangan ngaco. Mana mungkin Naya hamil."

"Gak ada yang gak mungkin di dunia ini, apapun bisa terjadi, Vi," balas Agatha.

"Maksud lo apa, sih? Lo tau sesuatu?" tanya Viona penasaran. Ia yakin Agatha mengatakan itu bukan tanpa alasan.

Agatha tidak menjawab, dan ia malah meninggalkan Viona.

Alvin yang sejak tadi diam, kemudian berdiri dan pergi meninggalkan kantin.

Alvin bterus memikirkan apa yang terjadi pada kekasihnya. Kenapa Naya tidak jujur jika kemarin dia ke Dokter kandungan?

Dan sekarang kenapa wanita itu tiba-tiba mual saat mencium bau makanan?

Alvin tahu, Naya bukan orang pemilih soal makanan. Apalagi bakso adalah makanan favoritnya, tapi kenapa tadi dia muntah?

"Apapun itu, aku harap kamu nggak kecewain aku lagi, Nay," lirih Alvin lelah menebak.

Di kamar mandi

Naya menyenderkan tubuhnya di tembok setelah membasuh mulutnya. Napasnya naik turun dan ia berkeringat dingin.

Kalau boleh jujur, Naya sudah lelah mengalami hal seperti ini setiap hari. Muntah-muntah dan berakhir membuang makanan yang ia makan.

Sejak kemarin perutnya tidak diisi apapun karena ia terus memuntahkannya.

"Sayang, kamu jangan rewel ya di perut, Bunda," ujar Naya mengelus perut rata nya.

"Gak papa, Bunda akan berusaha demi kamu," tandas Naya tersenyum kemudian keluar kamar mandi.

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang