49. Keguguran & Keikhlasan

49.8K 3.2K 107
                                    


Hampir 4 jam sudah David menunggu Naya bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hampir 4 jam sudah David menunggu Naya bangun. Dokter mengatakan Naya akan sadar dalam beberapa jam kedepan. Lelaki itu masih setia duduk di samping Naya dengan menggenggam erat tangan mungilnya.

Sejujurnya David juga terluka, namun dia tidak bisa terus-terusan terpuruk. Masih ada Naya yang lebih kecewa darinya. Ia harus kuat demi Naya.

"Naya... kamu gak mau bangun?" tanya David mengecupi tangan Naya. Ia menatap teduh wajah Naya yang terbaring lemah.

Perkataan Dokter tadi masih terngiang-ngiang di kepala David. Ia gagal, ia gagal menjaga calon anaknya.

"Kami tidak bisa menyelamatkan Bayi dalam kandungan Kanaya. Pendarahan yang dialami pasien cukup banyak, dan karena usia pasien yang masih sangat muda, hal itu sangat rentan akan keguguran," ujar Dokter Siska dengan berat hati.

"Kondisinya sangat lemah, Kanaya sepertinya mengalami stress dan tekanan batin. Itu juga sangat berpengaruh bagi janinnya."

Sakit.

Hati David sangat sakit mendengarnya. Anak yang ia harapkan selama ini harus pergi sebelum waktunya. Anak yang bahkan belum lahir ke dunia, kini sudah pergi jauh meninggalkannya dan Naya.

Seandainya David menjaga Naya lebih keras lagi, mungkin kejadian naas ini tidak akan terjadi.

"Da-dav...," panggil Naya lirih. Berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina matanya.

Suara itu sontak melenyapkan semua kekhawatiran David. Dia menoleh, memandang Naya yang berusaha membuka mata.

"Anak aku... anak aku mana, Dav," tanya Naya bingung ketika menyentuh perutnya yang sudah kembali rata.

David tidak langsung menjawab. Ia menatap pedih ke arah Naya. Bagaimana caranya memberitahu Naya, kalau anaknya sudah tiada? Rasanya David tidak sanggup. David tidak bisa membayangkan seperti apa reaksi Naya.

"David, jawab...." Naya berusaha untuk menepis pikiran buruknya. Ia masih mencoba berpikiran positif.

"Kamu harus ikhlas. Anak kita... udah bahagia di surga." David mengusap-usap tangan perempuan itu, memberinya kekuatan.

Naya terdiam, menjatuhkan tangannya yang semula berada digenggaman David. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun, pandangannya kosong menatap lurus ke depan.

Percayalah meski ia tidak mengatakan apa-apa, hatinya hancur berkeping-keping mendengar kenyataan ini.

Naya mengusap perutnya dengan air mata yang turun membasahi pipi. Sudah tidak ada lagi makhluk kecil yang meringkuk dalam perutnya. Sudah tidak ada lagi satu-satunya orang yang menjadi alasannya bertahan.

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang