23. Pulang

39K 2.8K 22
                                    

"Aku lelah. Aku rapuh. Sampai kapan Tuhan akan mengujiku?"
- Kanaya Belva Anastasya

 Sampai kapan Tuhan akan mengujiku?"- Kanaya Belva Anastasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naya berjalan lesu memasuki rumahnya.
Keadaannya tidak baik-baik saja. Baju basah karena hujan dan terdapat sedikit robekan. Rambut acak-acakan. Matanya membengkak karena terus menangis.

Di meja makan ada Ana dan Raina yang sedang menikmati sarapan. Andi? mungkin sudah pergi ke kantor.

Naya berjalan melewati Ana dan Raina. Ia sudah lelah ingin segera tidur tanpa berdebat lagi dengan Ana.

Tapi baru saja Naya akan melangkah ke atas, Ana tiba-tiba berbicara.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang? Semalem tidur dimana?" tanya Ana saat melihat putri keduanya pulang dalam kondisi yang begitu kacau.

Naya berbalik menatap Ana. "Bunda perduli?"

"Anak kurang ajar! Di tanya bukannya jawab malah balik nanya! Sana pergi, saya gak sudi perduli sama kamu mau kamu mati sekalipun."

"Naya, kamu gak boleh ngomong kayak gitu sama Bunda. Nggak sopan," timpal Raina.

"Kakak tau apa? Kakak bisa ngomong kayak gitu karena nggak ngerasain jad aku."

"Naya!"

"Apa Bunda? Nggak salah, kan? Apa yang aku bilang?"

"Kamu kenapa, sih, Nay. Aku cuma ngasih tau kamu, tapi kamu malah marah-marah," balas Raina sedih.

"Sayang, nggak usah nangis, ya." Ana mengusap Rambut gadis itu agar tenang.

"Naya kenapa marah-marah, Bunda?"

Ana memandang Naya marah. "Pergi dari sini! Jangan buat Raina semakin sedih!"

Ana kembali melanjutkan sarapannya.

Naya tak menghiraukan Ana. Untuk sekarang ia benar-benar lelah. Fisik dan batinnya perlu beristirahat. Tidak ingin berdebat, Naya kembali menaiki tangga untuk ke kamarnya.

Langkahnya terasa berat karena Naya masih merasakan perih di area bawahnya. Bersusah payah Naya berjalan seperti biasa agar tidak ada yang mencurigainya.

Air matanya lolos ketika mengingat malam kelam itu. Naya benci malam itu. Ia benci kejadian pahit yang menimpanya.

Brakkk


Naya membanting pintu kamar dan langsung masuk ke kamar mandi lalu menghidupkan shower.

"Arggghhhhh! Gue benci sama lo. Gue benci diri gue sendiri. Gue benci hidup guee!

"Apa yang bisa di banggain dari gue sekarang! Gak ada! Gue kotor. Gue gak ada harganya! Gue kotor... Maaf Ayah, Bunda...."

Naya terduduk dan menyenderkan tubuhnya pada dinding dibawah guyuran shower. Air matanya tidak mau berhenti mengalir.

"Kenapa... kenapa semesta seolah sangat senang memberi aku luka! Kenapa semesta seolah tak pernah mengijinkan aku bahagia. Kenapa?"

Naya menggosok lehernya yang terdapat tanda merah di sana. Bekas perbuatan David semalam. "Gue kotor! Gue kotor...," ucapnya sembari berusaha menghapus tanda itu.

"Maafin aku, Al. Maafin aku nggak bisa jaga diri."

Alvin sudah bersusah payah menjaganya selama ini, dan sekarang semuanya lenyap. Karena sahabat Alvin sendiri.

"Aku kotor, Al. Aku kotor."

Di luar kamar


"Naya buka! Ngapain kamu kunci pintu!" teriak Ana di depan kamar Naya.

Ana berada di depan kamar gadis itu sejak tadi, tapi sama sekali tak ada jawaban dari dalam.

Sedang apa anak itu di dalam? Pikir Ana.

"NAYAAA! BUKA PINTUNYA! JANGAN SANTAI-SANTAI, KERJAAN KAMU ITU MASIH BANYAK! CEPAT TURUN!"

Ana tidak betah berlama-lama berdiri di sana. Setelah mengucapkan itu Ana pergi dari kamar Naya.

Lagi-lagi Naya mengabaikan perintah Ana. Sekarang ia hanya ingin beristirahat dan melupakan semua kejadian pahit hari ini.

Untuk hari ini saja, Naya hanya ingin tertidur panjang. Melupakan masalah nya sejenak.

Naya keluar kamar mandi dan merebahkan diri di ranjangnya, tanpa mengganti pakaiannya yang basah. Naya tidak perduli jika akan jatuh sakit.

Naya menatap sayu boneka pemberian Alvin di sebelahnya. Ia memiringkan tubuhnya, menghadap boneka itu. "Maaf. Maafin aku."

"Aku gagal. Aku kotor. Aku gak berharga lagi," racaunya sesak lalu kembali menangis.

"Gimana kalau Alvin sampai tau? Apa dia bakalan ninggalin aku?" tanya Naya pada benda tidak bernyawa itu.

"Apa aku bakalan sendirian lagi setelah Alvin pergi?" Naya maju kemudian memeluk boneka itu dengan erat. "Aku gak punya siapa-siapa selain Alvin," ucapnya kemudian.

Naya terdiam sesat. Semua semakin kacau. Hidupnya yang sudah rusak, kini bertambah rusak. Tidak ada satupun yang bisa diselamatkan.

Mulai detik ini Naya tidak akan pernah meminta bahagia lagi, karena Tuhan malah memberinya luka.

Naya tidak akan berharap apapun lagi, karena semakin ia berharap maka hanya kecewa yang ia dapat.

Sekarang Naya benar-benar pasrah mengikuti takdir. Entah kemana takdir membawanya kali ini. Entah seperti apa hidupnya di depan sana.

Naya pasrah.

"Tuhan... bantu Naya untuk kuat. Jika Naya sudah lelah nanti tolong jemput Naya." Wanita itu akhirnya terlelap setelah berperang dengan pikirannya.

Akhirnya Naya bisa tertidur dan melupakan masalahnya.

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang