16. Kecelakaan

39.3K 3K 54
                                    

"Aku rela kehilangan apapun, asalkan jangan laki-laki yang selama ini menjadi sandaranku"
-Kanaya Belva Anastasya

"Aku rela kehilangan apapun, asalkan jangan laki-laki yang selama ini menjadi sandaranku"-Kanaya Belva Anastasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naya memasuki rumahnya dengan hati-hati.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, selama itukah dirinya bersama Alvin sampai tidak ingat waktu.

Naya melangkah dengan mengendap-endap agar orang-orang di rumahnya tidak mengetahui ia baru pulang malam hari.

"Huftt... lega banget. Untung Bunda udah tidur. Kalau Bunda belum tidur, udah pasti aku di marahin lagi," monolog Naya saat sampai di kamarnya.

Tok tok tok

Naya terkejut dan berbalik melihat ke pintu kamarnya. Apa itu Ana? Ah, tamat sudah riwayat Naya kalau sampai Bundanya marah.

Naya berjalan perlahan ke arah pintu. Takut-takut ia membuka handle pintu itu.

Ceklek...

Di depan pintu sudah ada Raina yang memegang sebuah kotak.

Naya menghela Nafas lega. Ternyata bukan Ana yang datang.

"Kenapa Kak?" tanya Naya sambil melirik kotak yang ada di tangan Raina. Kenapa kotak itu tampak familiar.

"Nay, aku mau jam ini, boleh ya?" kata Raina membuat Naya tercengang. 

"Tapi, itu kan, punya aku."

"Sekali-kali kamu ngalah sama aku. Lagian kata Bunda, kan barang kamu barang aku juga."  Raina memperlihatkan sebuah kotak kuning yang berisikan jam tangan, dan kotak itu adalah milik Naya.

Naya terkejut bukan main. Bagaimana kotak itu bisa ada pada Raina? Apa Raina menyelinap masuk ke kamarnya dan mengambil kotak itu?

"Kak, aku gak bisa kasih jam itu. Itu punya aku." Naya hendak merebut kotak di tangan Raina, tapi gadis itu lebih dulu menyembunyikan di belakang tubuhnya.

"Nay, ini cuma jangan tangan! Kamu jangan pelit sama Kakak sendiri!" ucapnya marah.

"Tapi itu bukan jam biasa Kak. Itu hadiah anniversary aku sama Alvin, dan jam itu couple. Kalau kakak ambil jamnya, aku takut Alvin marah sama aku karena aku nggak bisa menjaga pemberian dari dia."

Raina berdecih. "Sama aja! Mau kamu atau aku yang pakai sama aja. Nanti juga pasti Alvin senang karena aku yang pakai jam ini."

Naya memandang Raina tidak percaya apa yang baru saja dikatakan Kakaknya.

Mengapa Alvin harus senang jika Raina yang memakai jam itu?

"Maksud Kakak apa?"

"Gak ada maksud apapun! Udah pokoknya jam ini buat aku." Raina berbalik meninggalkan Naya yang masih mematung di depan kamarnya. Ia tidak mengerti maksud Raina.

Setelah sadar gadis itu langsung mengejar Raina yang berada di dekat tangga.

"Kak aku mohon balikin. Terserah Kakak mau ambil apa aja di kamar aku, tapi jangan pemberian dari Alvin kak. Aku mohon...."

Naya ingin mengambil jam itu tapi Raina tidak mau memberikannya. Raina masih kekeh menyembunyikan jam itu di belakang tubuhnya. Dan terjadilah aksi tarik-menarik antara dua bersaudara itu.

"Jangan pelit, Nay! Aku gak pernah minta apapun sama kamu selama ini."

"Tapi jangan jam itu kak. Itu punya aku."

Mereka terus memperebutkan benda itu, hingga mereka tidak sadar jika posisi Raina sudah dekat dengan tangga. Sekali saja Raina mundur pasti akan terjatuh ke bawah.

"Lepas, Nay. Sekarang jam ini udah jadi milik aku."

"Balikin! itu bukan punya Kakak!" bentak Naya secara tidak sadar.

Untuk pertama kalinya Naya membentak Kakaknya sendiri. Dia tidak bisa kehilangan jam itu, karna itu merupakan hadiah anniversary nya bersama Alvin. Naya ingin menjaganya sebaik mungkin.

"Jangan egois, Nay! Kamu gak ingat apa kata Bunda? kamu itu harus berbagi apapun sama aku. Apapun!" Raina tidak mau kalah dengan membentak Naya sama seperti yang Naya yang lakukan.

"Jam itu berharga banget buat aku. Aku mohon, kak..."

Naya terlalu fokus untuk mengambil jam itu dari tangan Raina, sampai akhirnya Naya tidak sengaja menyenggol bahu Raina dan mengakibatkan tubuh Raina tidak seimbang lalu terjatuh dari tangga.

"KAK RAINAAA!!"

Naya tercengang menyaksikan tubuh Kakaknya yang terus berguling dari atas tangga sampai ke lantai bawah. Seketika darah langsung bercucuran dari kepala Raina. Wajah Raina dipenuhi oleh darah yang keluar dari kepalanya.

Kondisi gadis itu juga sudah tak sadarkan diri.

Naya berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ia langsung bersimpuh dan memangku kepala Raina ke atas pahanya.

"Kak bangun... Maaf, maafin Naya kak... Maaf Naya gak sengaja...."

"Naya mohon bangun... Naya takut nanti di marahin Bunda...."

Naya tidak henti-hentinya menangisi keadaan Raina. Naya benar-benar takut kalau Ana akan memukulnya lagi karena kejadian ini.

Setelah ini Naya tidak tau hidupnya akan bagaimana kalau sampai Ana mengetahui Raina terjatuh, apalagi ini semua karena dirinya.

Naya menepuk-nepuk pipi Raina agar gadis itu bangun. Tapi nihil, matanya masih terpejam.

"Bangun, Kak. Aku takut..."

"RAINAA!"

"NAYA!!!"

🌻

See you ❤️

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang