20. Ketenangan

34.2K 2.9K 25
                                    

"Bahkan ketika aku diam pun, aku masih tetap salah di mata mereka"
- Kanaya Belva Anastasya

 "Bahkan ketika aku diam pun, aku masih tetap salah di mata mereka"- Kanaya Belva Anastasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Plak

Naya sangat terkejut melihat Ana datang ke ke kamarnya dan langsung melayangkan tamparan. Ana mencengkram kerah baju Naya, memaksa Naya untuk berdiri.

"ANAK GAK TAU DIRI! GAK TAU TERIMA KASIH!" bentak Ana dengan napas memburu.

"Maksud Bunda apa?" tanya Naya tidak mengerti. Kali ini, apalagi kesalahan yang ia buat?

Plakk

Ana kembali menampar gadis itu.

"GAK USAH PURA-PURA GAK TAU! KAMU UDAH BIKIN RAINA NANGIS! DAN SEKARANG KONDISI DIA DROP LAGI!"

"Tapi Bunda, aku gak ngapa-ngapain. Kenapa Bunda nyalahin aku?" lirih Naya meraskan sakit di pipinya. Bekas yang kemarin saja belum hilang, sekarang sudah di tambah lagi.

"Jelas ini salah kamu! Kenapa kamu gak biarin Raina sama Alvin? Ini semua terjadi juga gara-gara kamu, Naya!"

"Maaf Bunda, aku gak bisa kehilangan Alvin," jawab Naya lantang. Ia menatap Ana sendu, tidak cukupkah selama ini ia selalu mengalah? Dan sekarang Raina juga ingin memisahkannya dari Alvin?

"Anak pembangkang! Nyesel saya melahirkan anak gak berguna seperti kamu!" cemooh Ana tepat di depan wajah sembab gadis itu.

"Kamu selalu menjadi penghalang kebahagiaan Putri saya! Anak sialan!!" Ana tidak keberatan sama sekali mengatakan itu tanpa memikirkan perasaan Naya yang terluka.

"AKU JUGA PUTRI BUNDA KALAU BUNDA LUPA!" Naya juga menaikkan nada bicaranya.

"SELAMA INI UDAH CUKUP AKU SELALU NGALAH SAMA KAK RAINA! UNTUK SEKARANG AKU MAU EGOIS. AKU GAK MAU BERBAGI ALVIN DENGAN SIAPAPUN TERMASUK KAKAK!"

Plak!

Kali ini tamparan Ana lebih keras hingga meninggalkan jejak kemerahan di pipi Naya.

"Lancang kamu membentak saya!"

Walau begitu Naya masih melanjutkan ucapannya. Naya sudah kepalang tanggung ingin mengungkapkan apa yang ia rasakan.

"Bunda selalu mikirin perasaan kak Raina tanpa mau tau perasaan aku gimana. Aku juga butuh Bunda... Kapan Bunda bisa sayang sama aku?"

"Kalau boleh julujur Naya udah capek Bunda, Naya lelah, tapi Naya belum mau berhenti mendapatkan hati Bunda."

Untuk pertama kalinya Naya meninggikan suaranya di depan Ana. Dan untuk pertama kalinya dia bisa mengungkapkan isi hatinya pada Ana. Berharap semoga Ana sadar dan bisa berubah menyayanginya.

Plakk

"KURANG AJAR! BERANI KAMU MEMBENTAK SAYA! SELAMANYA SAYA GAK AKAN PERNAH SAYANG SAMA KAMU. KARENA PUTRI SAYA HANYA RAINA! HANYA RAINA!"

Bukannya sadar akan kesalahannya, Ana justru malah kembali menampar gadis itu.

Naya tidak menjawab. Ia sakit hati mendengar Ana tidak mengakuinya sebagai anaknya. Lalu kenapa ia dilahirkan?

Naya langsung pergi berlari meninggalkan Ana yang masih di kamarnya. Ia tidak memperdulikan Ana yang berteriak memintanya pulang. Tujuannya sekarang adalah keluar dari dumah dan menenangkan diri.

Saat akan menuruni tangga, Naya menoleh ke arah Raina yang berdiri tepat di depan kamarnya. Raina tersenyum ke arahnya sembari mengusap air matanya seperti habis menangis.

Naya tidak menyangka Raina bisa setega ini hanya untuk merebut Alvin darinya.

Ia tidak memperdulikan Raina dan terus melangkah ke luar rumah. Naya membutuhkan ketenangan untuk saat ini.

***

| TAMAN |

Di sinilah Naya sekarang berada. Di sebuah taman yang lumayan jauh dari rumahnya. Sengaja ia memilih taman, agar bisa melihat bunga-bunga dan tentunya langit yang selalu bisa menjadi penenang disaat-saat seperti ini.

Cukup dengan melihat indahnya langit, Naya bisa melupakan beban masalahnya.

Banyak sekali orang berlalu-lalang di sekitaran taman, mungkin karena ini hari weekend dan cuacanya sedang bsgus jadi banyak para orang tua dan anaknya yang menghabiskan waktu di sini.

Naya menatap iri pada sebuah keluarga yang terlihat sangat bahagia di depannya. Sepasang suami istri dan juga anak perempuan mereka yang sedang tertawa dan bercanda bersama-sama.

Wanita itu menyuapkan potongan buah pada anak mereka, lalu mengusap rambut anak perempuan itu dengan penuh kasih sayang.

Seperti apakah rasanya di sayang Ayah dan Bunda?

Naya hanya menginginkan hal itu sekali saja. Tapi kenapa dunia seolah sangat-sangat mempersulit semuanya?

Dunia seolah merestuinya untuk terus menderita sepanjang hidup.

Naya memandang langit senja yang sebentar lagi akan tergantikan dengan sang malam. Menatap senja dengan matanya yang penuh kesedihan. "Tuhan, kalau memang Naya gak bisa mendapatkan kebahagiaan itu dari Ayah dan Bunda, tolong kirimkan kebahagiaan yang lain lewat Alvin."

Naya menyatukan keduanya tangannya sembari tidak lepas menatap langit.

"Tuhan, tolong jangan ambil Alvin dari Naya. Tolong jagain Alvin supaya bisa terus sama Naya. Tuhan... tolong... untuk kali ini saja Naya mau Alvin. Hanya Alvin, untuk selamanya...."

Gadis itu meringkuk lalu memeluk kedua lututnya. Menumpahkan air matanya di sela-sela lipatan lututnya, agar orang-orang tidak bisa melihat.

"Naya cuma mau Alvin."

Naya terlalu fokus meminta Alvin tetap disisinya, sampai dia lupa bahwa dirinya juga bisa pergi kapan saja.

🌻

NAYANIKA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang