1. Hujan dan Duka

946 159 138
                                    

Semilir angin berhembus kencang seolah menabrak tubuh tegap nan kokoh seorang gadis merasakan rambutnya bergerak seirama tengah berlari di atas percikan air di antara jalan berlubang sehabis diguyur hujan, tak berhenti membasahi rok anak sekolah itu sejak beberapa menit berlalu setelah panggilan telpon dari seseorang membuatnya menahan air mata setengah mati. 

Sampai akhirnya dia berhenti untuk berteduh sementara di balik pohonan rindang berlindung dari petir yang bisa saja kapan saja memopa irama jantungnya terpacu dua kali lipat lebih cepat. Sesaat melirik ke arah ponselnya yang telah mati, benar-benar mati, entah baterainya habis mungkin.

Perempuan itu menggoyangkan ponselnya berharap ke pada secercah harapan dia menyala. Namun, nihil, terdengar helaan napas pasrah darinya beberapa sekon mendatang.

Sekuat apapun manusia dia yakin pasti akan runtuh jika tiba-tiba mendengar kabar Ayah kandungnya meninggal dunia secepatnya ini. Bahkan telah dimakamkan beberapa menit yang lalu. Seolah waktu berjalan terlalu singkat untuknya yang tak melakukan apa-apa di rumah dan maupun di sekolah. 

Benci, Naraya benci hujan diiringi duka.

Tapi pria tegar yang selalu melindungi anaknya dari perlakuan tak mengenakan saudara serta ibu tirinya di rumah pernah berkata, "berhenti menyalahkan dirimu sendiri dengan menangis, semuanya tidak akan selesai."

"Jadilah perempuan yang kuat, di luar sana banyak manusia jahat dan egois. Berdirilah di atas kakimu sendiri karena tidak semua orang mengerti deritamu. Manusia tidak akan pernah mengerti satu sama lain sebelum merasakan ada di posisi yang sama."

Terlewat valid, karena pada akhirnya ... seseorang tidak bisa terus bertegantungan ataupun berharap lebih pada manusia lain.

Menyala, ajaibnya ponselnya menyala, nyalanya sekedar beberapa detik tersisa karena rupanya baterainya sungguhan habis hanya menampilkan pesan dari seseorang.

----------

~Bunda Tiara~

Naraya. 

Ke mana kamu? Pulang cepetan. 

Paling gak bisa dibilangin ya kamu hah?! 

Di saat begini malah ngilang, dasar durhaka

Apa? Mama tau apasi tentang Naya? 

---------

Kemungkinan tentang harapan dirinya dijemput oleh orang rumah menciptakan angan-angan tak sampai. Terlalu mustahil bahkan untuk sekedar diandai-andaikan.

Hujan selalu menjadi saksi luka, juga menjadi penanda duka di kala pendiriannya runtuh. Mengapa wanita itu terlalu sering mengomelinya? Dari caranya bicara selalu dilebih-lebihkan, selalu saja melampiaskan amarah dengan cara menyalahkan. 

Naraya Hysteria, adalah anak perempuan lahir dari rahim ibu kandungnya, inginnya bahagia dan kini harus menepis kenyataan dan mengubur mimpinya untuk menjadi satu-satunya anak perempuan paling disayang di keluarganya. 

Bahkan keinginan sesederhana itu saja pupus percuma ditelan waktu terbuang sia-sia, tidak ada gunanya lagi memang.

Sebab seseorang yang menjadi panutan dan alasan terbesar gadis itu untuk bertahan hidup telah pergi meninggalkannya sendirian, kedinginan dalam diam membisu.

Seiring berjalannya waktu segala tentang hidup memang makin membosankan, tidak lagi menarik. Dia memutuskan mengambil langkah panjang melalui jalan setapak di depannya dengan berhati-hati.

Cukup luka di hatinya saja yang membekas permanen dia tidak akan memberikan seseorang berani menyakiti fisiknya lagi.

Kalaupun ada, hanya dia yang akan membiarkan dirinya melukai satu-satunya benteng kokoh yang setia berdiri tegap bahkan ketika badai kerap kali menerjang melampiaskan rasa sakit tak tergapai pada bagian terdalam ruang hati.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now