41. took a chance

87 27 52
                                    

Ini saatnya bagi dua hati yang sedang jatuh cinta ini untuk saling bergenggaman tangan mengadu pada sang langit sesekali dan sekarang adalah waktu yang pas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini saatnya bagi dua hati yang sedang jatuh cinta ini untuk saling bergenggaman tangan mengadu pada sang langit sesekali dan sekarang adalah waktu yang pas. Hubungan mereka tak banyak berubah sebab meskipun naik pangkat menjadi pasangan kekasih keduanya masih sering melempar candaan.

Atau bahkan saling mengejek seperti dua anak bocah lepas dari pengawasan orang tua. Sedangkan saat malam datang Naraya tetap masih harus bergulat dengan isi kepalanya sendiri, emosi semakin tak stabil. Kadang anak itu lebih sering menyakiti dirinya sendiri tanpa sebab yang jelas.

Nachandra akan membuang benda-benda tajam yang disimpan si gadis di berbagai sudut tempat di kamarnya, khususnya dalam laci meja rias dan kolong ranjang. Tak jarang pula dia akan merengek, atau menangis keras di tengah malam dan hanya ada Chandra yang menemaninya hingga pagi.

Perasaan gadis itu terbilang sangat sensitif, meskipun diberi obat sebagai penenang namun hal itu tak juga memberi dampak besar pada kesembuhan psikisnya. Semenjak Tiara dan Najrul mulai merencanakan acara pernikahan dalam waktu dekat ini Naraya benar-benar putus asa makin menyalahkan diri sendiri.

Seperti dianugrahi hal terbesar dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Anak laki-laki yang dulunya bagai begitu asing kini menjadi sandaran utama saat dia membutuhkan manusia lain.

Nachandra Renjana yang tak sekedar hadirnya ada tetapi kerap menjadi penopang di kala dirinya linglung kehilangan minat hidup. Menjadi sumber alasan bahagia mengapa ia tertawa keras di penghujung malam.

Allah baik ya, Chan?

"Gue kesel banget. Kenapa ya dulu gue ngerasa Allah nggak pernah adil? Padahal begini gini kadang gue sholat hehe, sehari ya paling banyak lima waktu udah full tuh. Kenapa malah gue liat hidup orang lain lebih jos, lancar jaya kaya nggak ada yang ngalangin, kek nggak ada tai yang lewat gitu," candanya diselingi cekikikan.

Baru kali ini merasa begitu nyaman dalam pelukan beruang raksasanya sampai-sampai mampu mencurahkan sendiri segala sesuatu yang menjanggal di hati.

"Kenapa si? Gue kurang bersyukur ya?" Gadis itu meletakkan sebelah kakinya di atas betis sang laki-laki, meraih tubuh besarnya lalu memeluknya bagai tak ingin melepaskan lagi.

"Kurang full tuh kurang amalan sebelum mati. " Naraya sangat paham lelakinya sedang ingin sengit dengannya kini merotasi bola matanya tak peduli.

"Kalo boleh jujur jawabannya iya, lo berisik Nar, banyak maunya. Mungkin lo liat hanya di satu sisi, tapi lo belum liat kebaikan kecil apa yang Allah kasih ke lo," decaknya mengelus surai hitam sang pacar, menenggelamkannya dalam pelukan hangat.

"Eh? Misalnya?"

"Ngeluh lo nggak akan ada habisnya kalau mikirin yang nggak enak terus, Ra." Nachandra mengarahkan badannya menghadap Naraya menatap manik hitamnya serius.

"Lo masih diberi hidup, artinya Allah masih sayang. Allah nggak mau liat lo mati sia-sia, lo diberi banyak waktu memperbaiki diri, Nar." Naraya mendecih ketika mendengar ternyata nama panggilannya dirubah semaunya saja.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now