17. Dewasa Lewat Luka

116 48 36
                                    

Benar kata Om Farhan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Benar kata Om Farhan. Terkadang orang yang terlibat baik-baik saja mungkin sebenarnya adalah paling banyak menyimpan luka. Selalu ditanamkanya dalam dirinya kata-kata sederhana itu membuat empatinya meningkat ke pada siapapun.

Berakhir menjadi seseorang yang serba merasa tidak enakan dalam segala hal, jujur saja, rasanya tidak enak bahkan bocah itu muak dengan dirinya sendiri sekarang.

"Nachandra."

Naraya baru saja keluar usai mendapat omelan panjang lebar dari Bu Susan, sebab ia terlalu sering ketahuan membawa benda terlarang itu di sekolah. Nachandra sedari tadi memperhatikan cara berjalannya, benar-benar seperti tak memiliki semangat hidup sama sekali.

"Lo begok tau gak?" makinya tiba-tiba, mata anak laki-laki di depannya mengerjap terkejut.

"Ra, kita udah terlanjur ketauan basah."

Mendengar penjelasan tadi Naraya langsung membuang muka ke arah lain dengan wajah masam. Sialnya, bisa saja dirinya difitnah yang tidak-tidak oleh orang rumah.

Pasalnya, dua anak remaja itu ketahuan merokok bersama.

"Tapi itu harusnya gue Nachandra, bukan lo." Gadis itu memiringkan kepalanya menatap si polos Nachandra.

Lihatlah bocah tengil ini, bahkan ia tidak merasa bersalah setelah menyeret dirinya ke dalam masalah baru.

"Oke, Nara. Kalo gue boleh jujur, gue kasian liat lo ke BK sendirian," jelasnya menimbang-nimbang cukup lama.

"Cih, itu doang alasannya??"

Sabar. Naraya hanya bisa menghela napas mengelus dada, tak lupa bahwa Nachandra hanyalah sosok baru yang hadir dalam kehidupannya, tentu saja anak itu tak tau apa-apa tentang dirinya sejauh ini.

"Itu bukan satu-satunya alasan."

"Gua mau mencoba melampaui batas, Ra. Gue cuma mau ngubah sedikit aja dari kehidupan gue yang biasa aja, walau keliatannya kek gue bodoh banget tadi," ringis Nachandra memelankan suaranya berusaha menyakinkan si gadis.

"Emang bodoh kan," balasnya enteng.

"Lagian gue udah terlanjur berbohong, Ra.Terlanjur basah, Ra gue bisa apa?" Gadis itu mendecak lelah namanya dipanggil lumayan jauh dari nama aslinya, namun ia masih bisa menahan emosi kali ini.

Tidak lucu juga jika ia sampai dipanggil masuk ruang BK lagi hanya karena meluapkan emosi dengan cara menggebukinya.

"Oke, terserah lo, Nachandra."

Ditatapnya lamat-lamat kertas putih yang masih terlipat rapi, Naraya melirik kertas milik Nachandra sendu sedikit merasa bersalah walaupun sebenarnya ia tak perlu merasa demikian. Karena dirinya laki-laki itu masuk ruang BK untuk kedua kali.

"Gapapa kan? Boleh siapa aja dong gue kan udah gak punya orang tua," tanya Naraya ragu.

"Siapa, Ra? Mau sama Om Farhan?" Tiba-tiba Nachandra menggenggam kedua bahu Naraya seolah memberi energi positif padanya.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now