10. Lo cantik, Nara

180 70 59
                                    


Biarpun diketahui si pelaku sempat nyusruk sekali namun rupanya Farhan masih mengijinkan bocah tengil itu  membawa motor ke sekolahanya sampai hari ini, tanpa adanya perasaan khawatir berlebih.

Saat ini ia memarkirkan motornya sedikit ke tengah menghindari hal-hal yang tak diinginkan terjadi seperti, pilek, sariawan, dan bibir pecah-, tapi ada beberapa syarat berlaku kata beliau, seperti berikut ; pergi pagi-pagi sekali–menghindari keramaian–jangan bawa cewek, harus diawasi oleh teman baru Nachandra, yaitu Jonathan.

Bagaimana? Apakah sudah cukup aneh.

"Woi Nachandra, cepetan anjir lelet ah lu kek cewek." Jonathan membantu sang kawan menuntun motornya sejak pemiliknya turun di jalan padahal bocah itu masih cukup kuat membawa benda ini sampai parkiran tanpa perlu bantuan.

Hanya saja syarat dan ketentuan yang  Farhan buat tak mungkin bisa diganggu gugat lagi.

"Dih, berisik lo kek banci," balasnya kesal, sepertinya akibat hawa panas di muka bumi ikut mendidihkan darahnya.

"Ooasu lo, gelud yok," tantang Jonathan sembari melipat lengan seragamnya mempersiapkan ancang-ancang sementara Chandra malah tersenyum remeh.

"Badan lo kecil, nggak sesemok gue anjing."

"TINGGIAN GUE NJING! OTOT GUE JUGA LEBIH GEDEK ANJI!" Cerosos anak itu ngotot sambil berkacak pinggang.

Nachandra memutar bola matanya memilih pergi daripada meladeni lelaki berpostur badan kekar bertingkah bak bocah TK ini, bersamaan dengan mentari menyapanya kembali, tatapi kali ini awan mendung mulai tampak berkumpul kian menghitam menutup sang penerang sumber kehidupan.

Mendadak kakinya berhenti melangkah saat dia melihat seseorang yang sudah lama tak ia temui selama beberapa hari ini, jujur saja Nachandra bingung harus bereaksi seperti apa setelah memahami apa yang telah terjadi.

Tak lama gadis itu melihat ke arahnya, melambaikan tangan disambut senyuman menawan. Entah kenapa rasanya enggan menyapa.

Walaupun hubungan mereka masih bisa dibilang, baik-baik saja.

"Sayang, sini!"

Haidan yang masih tak beranjak dari motornya melihat pemandangan itu, kemudian sebuah smirk tajam terukir di wajah tampannya. Kalau saja hari itu guru BK belum sempat memanggilnya, mungkin dengan mudahnya laki-laki itu akan mengobrak-abrik isi sekolah hari ini juga.

Di depan sana Nachandra terpaku, lalu membalas lambaian tangan Yura setenang mungkin.

"Ikut ke kantin yuk! Cari temen mau gak?" Yura tiba-tiba menggandeng tangannya, memeluk pacarnya dari samping.

Alih-alih membalas pelukan Yura mata Chandra justru terfokus pada pemandangan di depannya, Naraya muncul tanpa diduga, masih dengan penampilan sederhana, rambut sebahunya tergerai tampak sangat cantik.

"Chan?? Kamu liatin apa sih?!"

"Eh, hm?"

"Gimana? Gak jatuh lagi kan??"

"Enggak, Ra. Alhamdulillah gue masih napas sih."

Diam-diam Naraya mencuri-curi pandang ke arah Chandra, padahal dirinya sedang berbincang-bincang dengan teman-teman sekelompoknya mendiskusikan materi mata pelajaran sosiologi.

"IHHH GEMES BANGET SI PACAR AKU!"

Tetapi kalau boleh jujur, ia tak bisa berhenti mengingat rekomendasi lagu sekaligus pemandangan paras wajah Nachandra di bawah cahaya rembulan malam itu, bahkan Naraya hampir mengingat semua apa yang dikatakannya, bagaimana bisa anak itu berbicara segitu lembut padanya dalam semalam.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now