34. Keputusan

100 34 72
                                    

Tidak seperti anak gadis yang masih berkutat di dalam kamarnya mempersiapkan diri untuk berangkat pergi ke sekolah bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak seperti anak gadis yang masih berkutat di dalam kamarnya mempersiapkan diri untuk berangkat pergi ke sekolah bersama. Di sinilah Nachandra sekarang terduduk dengan permen di mulutnya, mengangkat sebelah kakinya ke atas menunggu dengan santai sama sekali tak keberatan.

Pintu mobil dibuka menampilkan sosok jangkung pria duda muda satu ini sedang tersenyum ke arah anak asuhannya sebagai sapaan.

"Mana Naraya?"

"Biasa cewek," gumamnya santai.

"Hah? Emang kenapa kalau cewek?" tanya Farhan otaknya belum konek.

"Lama hehe," cengirnya.

"Haduhh, wah wah anak perawan, sepertinya sama aja kaya di jaman Om dulu ya?" ucapnya basa-basi mengingat-ingat masa lalunya bersama almarhumah sang istri serta kenangan kebersamaan keluarga besarnya yang mana saudaranya kebanyakan adalah perempuan.

"Lah? Emang cewek perawan doang?" tanya Nachandra polos.

"Tergantung sih, tapi almarhumah istri Om dulu sebelum menikah dandanannya ketar membahana macam Syahrini. Pas udah nikah sama Om dia yah, yang natural saja, Chan." Melihat keantusiasan Farhan ketika menceritakan mediang sang istri seperti lagu lama selalu menyenangkan untuk didengar.

Sebab rupaya pria ini penuh dan kaya akan cinta, begitu tulus caranya menyampaikan kasih sayang pada seluruh anggota keluarganya. Tak heran siapa saja yang mendapatkan kasih sayangnya adalah orang-orang beruntung seperti, Nachandra sendiri.

"Om, masih suka mikirin beliau?" tanya Nachandra berhati-hati.

"Masih, kamu nggak tau aja kalau Om lagi sendiri suka nangisin dia." Seketika mata pria itu memerah menunjukkan ketulusannya, Chandra mengangguk-angguk mengerti.

"Kayanya kisah cinta kalian seru ya. Pengen kaya gitu juga Om, tapi nggak mau berakhir kaya gitu," cicitnya memelankan intonasinya.

"Cinta sama Yura?"

Hening.

Ada perasaan lega setelah pertanyaan entah sejak kapan dipersiapkan terlontar tanpa beban, namun berhasil mengejutkan anak laki-laki yang sedang dilanda dilema perasaan sendiri.

"Om?" Dia hampir terbatuk menahan air liur di tenggorokan, padahal pertanyaannya sangat sederhana, tinggal ya atau tidak.

Perlu diingat, Farhan sudah terlalu berpengalaman dalam urusan percintaan sejak menginjak bangku sekolah SMA. Maka tanpa diberi tau pun ia sudah bisa menebak bahwa Nachandra belum siap menjawab pertanyaan tadi.

Demi melepas kecanggungan pria itu lantas nyengir kuda, alisnya naik-turun menggoda yang masih membeku menatap datar padanya.

"Nachandra, apa kamu-"

"Kamu ... suka Naraya ya? Ngaku aja."

Sial, bahkan jantungnya sekarang bak terasa berhenti memompa darah di dalam rongganya, tak memberinya cela untuk bernapas dengan normal, jujur saja Nachandra juga masih bimbang akan perasaannya.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now