46. Pacaran Jangan di Sekolah

72 28 34
                                    

Tidak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak. Mana ada cinta yang sekedar have fun saja seperti saat itu ibunya bilang, dirinya terlahir tulus untuk memberikan cinta pada orang lain, terlebih kepada orang-orang yang benar-benar mencintainya.

Farhan tidak gagal dalam mengajarkan Nachandra bagaimana memperlakukan orang lain, bagaimana caranya bisa diterima baik oleh lingkungan.
Jadi mana mungkin laki-laki ini bisa memalsukan perasaan sayangnya di saat, jujur saja ia pun ingin tulus dicintai.

Pagi ini Nachandra baru pulang dan sempat berpapasan dengan ibunya sedang menonton layar TV di ruang tengah lantas meremat remote-nya saat ia muncul hanya berniat ingin menyapa sulit dipercaya, bahwa wanita itu akan mengabaikannya begitu mudah.

Maka dengan begitu anak ini lebih memilih abai langsung berangkat ke sekolah tanpa berpamitan, tentu sedikit merasa bersalah karena ini adalah pertama kalinya ia berperilaku seperti anak tidak berpendidikan.

Jonathan dkk. sudah pulang lebih dulu meninggalkannya lantaran takut bertemu guru garang itu, alias bu Susan katanya sih... padahal hari ini beliau tidak hadir. Suasana sekolah mulai ramai selain karena kelas sepuluh dan sebelas sudah masuk kembali anak kelas dua belas ini balapan pulang beberapa menit lalu.

Beginilah kebebasan mereka setelah mengikuti serangkaian ujian kepala rasanya jadi plong alias beban otak berkurang satu lah. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana.

Tak lupa kalau hari ini masih ada jadwal meeting penting bersama guru BK sebelum pulang, setidaknya panggilan yang mula sempat dipending kapan hari cukup melegakan.

Entah sejak kapan pula Bu Mega sering mengambil alih perkerjaan Bu Susan sebagai BK meskipun sebenarnya semuanya akan lebih mudah bila berbicara dengan wanita yang memiliki hati lembut khas keibuan.

Tidak munafik memang, lebih baik bandingkan harus mendengar omelan Bu Susan berjam-jam.

"Biar saya yang menggantikan wali Naraya," ungkap Farhan terduduk sambil menaikan sebelah kakinya di atas paha. Terlalu santai, katanya, 'begitu cara mengambil hati wanita' padahal Nachandra tak butuh ajarannya perihal percintaan.

Awalnya ia berdiri mengintip dari ambang pintu masih mengawasi tingkah Om Farhan sesekali menahan mulutnya agar tawanya tidak pecah di waktu yang kurang tepat.

"Baik ... lalu bagaimana dengan, Nak, Nachandra?" Mendengar namanya disebut jantungnya malah disko di dalam sana, apakah ini yang disebut cinta?

"Oohh! Sama saya juga bisa kan, Bu? Bu Marnia sepertinya masih sibuk dengan pekerjaannya, makanya beliau menyuruh saya untuk hadir menggantikan," jelasnya berbohong, namun bibirnya tak berhenti tersenyum memandang wajah wanita pujaannya ini diam-diam.

Bu Mega menggeleng heran, lantas matanya langsung menangkap sosok Nachandra berdiri tegap di depan sana tengah tertunduk sambil merapihkan atributnya, tentu anak teladan ini tak ingin diberi sanksi double sekaligus dalam sehari.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now