36. sun and moon

88 30 35
                                    

Perlahan tempo musik bernada pelan itu menghayutkan siapa saja yang mendengarkan seketika semua orang melupakan masalah masing-masing ikut tenggelam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perlahan tempo musik bernada pelan itu menghayutkan siapa saja yang mendengarkan seketika semua orang melupakan masalah masing-masing ikut tenggelam. Bahkan Jingga dan Kaira yang tadinya masih saling pukul-pukulan kini menikmatinya dengan baik.

Sementara seseorang di samping kanan sana meracau sendiri sudah mulai merasakan hawa panas di sekitar baru kali ini dia iri melihat banyak pasangan bermesraan di depannya persis.

Bagaimana tidak? Bibir yang tadinya sibuk menguyah cemilan mulai membuka suara,"seems like everybody's falling in love except for me. Maybe i'll, maybe i'll falling in love when i'm 23," jedanya.

Awalan baik, suara bocah itu mengalun lembut.

Melihat usahanya berhasil mendapatkan atensi semua orang hal itu justru semakin menaikkan gairahnya untuk menyindir, satu-persatu kakinya menaiki meja sampai mereka benar-benar bisa melihatnya dengan jelas.

"THEY SAID, 'BOYY JUST MAKE UP YOUR MIND, YOU'RE WASTING YOUR TIME WAITING FOR SOMEONE WHO COULD SET YOUU FREEE!'." Agaknya para penonton tak lagi heran. Semenjak anak itu mengalihkan perhatian mereka. Di ujung sana Raden dan Henna tengah menggeleng-gelengkan kepala.

Lalu Jonathan dan Jinna memberikan jempol dan tepuk tangan heboh mengapresiasi. Jingga dan Kaira mereka berkacak pinggang terlihat malas meladeni, Chandra menaikkan alisnya tak berekspresi banyak, dan gadis di sampingnya diam saja.

Nachandra ini sudah terlalu capek memang berurusan dengan bocah modelan Selatan begini. Sedangkan Naraya? Sedari tadi banyak melamun.

Malam semakin larut seiring detik pada alorji di tangannya bergerak menyusut waktu.

Suara berisik dari sekumpulan anak laki-laki kelas MIPA 12 itu sudah lama menghilang sejak beberapa menit berlalu. Dia tau pada akhirnya ia akan melamun menikmati kesendiriannya, menyukai sepi, tetapi tidak suka kesepian.

Ya begitulah rasanya, ah setelah lama beradaptasi jiwanya itu semakin tegar juga.

Setidaknya acara malam hari ini cukup memberikan kesan terbaik untuknya, dan dengan begini tak ada alasan baginya tetap berdiam diri di dalam kamar, kalau ada yang bertanya kenapa di luar malam-malam kan ia masih bisa menjawab senormalnya.

Tinggal hitungan menit menuju puncak acara.

Sedangkan para tamu undangan telah menikmati buaian bunga mimpi-tertidur lelap kecuali dirinya-apa mungkin?

Karena kali ini ia tak melihat keberadaan Nachandra, mungkin saja bocah tengil itu sedang berkeliling sebentar.

Dan benar saja. Dia tiba menyapa dengan lambaian tangan menuju ke arahnya lalu menyodorkan sebuah minuman botol rasa jeruk kesukaan Naraya, hm, tak perlu diberi tau merk-nya author tidak diendorse.

Semula ia kebingungan bagaimana cara berterima kasih.

Terlebih ke pada Nachandra, bayangan kerap hadir dalam pikiran menganggu tidurnya akhir-akhir ini. Dengan berbagai pertimbangan si gadis akhirnya menerima minuman itu tersenyum tipis sebagai ucapan terima kasih.

When The Sun Goes Down [𝘤𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Where stories live. Discover now