Moment 41

240 47 7
                                    

Entah ada apa dengan Taehyung. Hari ini dia seperti wanita yang sedang datang bulan saja. Suka marah-marah, emosi tidak jelas, dan sangat labil. Padahal Eungi hanya bertanya sedikit, tapi pria itu membalasnya dengan nada omelan. Kalau sudah begitu, Eungi hanya bisa mengangkat bahu seraya memajukan bibir bawah. Agak masa bodoh, dan membiarkan saja. Terserah dia mau membeli apa pun yang disuka, satu gedung pun tidak masalah. Toh, uangnya. Padahal yang Taehyung beli masih tersedia di apartemen.

“Apa kita perlu membeli minuman?” tanya Taehyung kemudian sambil melirik Eungi sekilas.

Gadis yang tengah mendorong troli belanjaan yang hampir menggunung itu sempat terhenyak. Ia sempat kesal karena Taehyung tidak membantu, padahal sangat berat. Kedua matanya lantas menatap jajaran botol minuman beralkohol dan beralih menatap bingung.

“Kenapa bertanya padaku, jika kamu ingin, ya, beli saja.”

Taehyung tampak terdiam dan berpikir sejenak setelah mendapatkan jawaban tersebut. “Apa kau tidak ingin minum bersamaku?”

“Ya!” Eungi refleks menyentak. Mana bisa Taehyung mengatakan itu? Memang bukan kesalahan besar, tapi minum berdua saja dengan pria lain, sementara dirinya bukan tipe pemabuk, maka bisa saja menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak-tidak. Eungi langsung menggeleng. “Jangan pernah berpikir seperti itu, aku tidak mau.”

Lalu tiba-tiba pukulan mendarat di puncak kepalanya, membuat Eungi mengaduh.

“Kamu pikir aku hanya akan mengajakmu saja?” Mendengar perkataan tersebut, kedua mata Eungi membulat. Menatap tidak mengerti. Melihat reaksi itu, Taehyung segera menjelaskan. “Hari ini Sowon Nuna ulang tahun. Aku ingin membuat perayaan kecil-kecilan. Untuk itu aku mengajakmu untuk berbelanja. Oh, dan, ya. Kau harus membantuku mendekorasi untuk malam nanti.”

Mwo? Kenapa baru memberitahuku. Padahal jika jauh hari, aku bisa mengumpulkan uang untuk memberi Sowon eonnie hadiah.  Ish!” protes Eungi dengan eksperi super kesal.

Nuna-ku tidak suka barang-barang mahal. Kamu hadir dan memberinya doa dengan banyak cinta saja dia sudah senang.”

“Ah, Eonnie memang orang yang baik, beda sekali denganmu.”

Taehyung tidak menjawab dengan kata, hanya melayangkan tatapan protes yang langsung disambut tawa mengejek dari Eungi.

“Tenanglah, aku hanya bercanda. Tapi, kau memang sangat menyebalkan.”

Eungi kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan Taehyung yang masih mematung di tempat. Pandangannya tidak lepas memerhatikan punggung Eungi yang menjauh. Napas berat lantas lolos dengan perlahan. Menggelengkan kepala seraya menutup mata sejenak.

“Ayolah, Taehyung. Kamu mungkin sudah kalah sekarang,” ucapnya benar-benar merasa pasrah. Meskipun perasaan dan akal sehatnya bertolak belakang.

***

“Woi!” Namjoon tiba-tiba datang seraya menepuk pundak Jungkook. Membuat pemuda itu, yang sedang asik melamun di kantin kampus langsung tersentak. Untung saja ia tidak refleks menyiram segelas jus jeruk ke wajah kakak tingkat sekaligus teman dekatnya tersebut. “Haha. Apa kamu sedang membayangkan body gadis seksi?”

“Ya!” Jungkook tidak tahan lagi dengan otak mesum Namjoon, sehingga tanpa ragu memercikan jus jeruk dari ujung sedotan ke wajahnya. “Mengapa pikiranmu itu hanya perempuan dan perempuan, Hyung?”

“Karena begitulah laki-laki.” Namjoon selalu punya celah untuk menjawab. “Justru aku sangat meragukanmu.”

Alis Jungkook hampir bertaut. “Maksudnya?”

“Aku tidak pernah melihatmu dekat dengan gadis, padahal banyak yang mengejar dirimu. Kenapa, hm? Padahal kalau bisa kamu sudah berkencan dengan banyak gadis. Sayang sekali jika wajah tampanmu itu disia-siakan.”

Hais.” Sontak Jungkook membuang napas kasar seraya memalingkan muka. “Dengan, Hyung. Aku ini bukan dirimu yang senang mempermainkan para gadis. Aku, hanya akan berkencan dengan wanita yang kusukai.”

Namjoon lantas terbahak, merasa jawaban Jungkook sangat konyol. Heran saja karena di zaman sekarang masih ada pria yang berpikiran seperti pemuda itu.

“Lalu, apa sekarang sudah ada gadis yang kamu suka?” tanyanya yang membuat Jungkook jadi terdiam. Menarik dua sudut bibirnya menjadi segaris datar.

Entah ia harus menceritakan pada Namjoon atau tidak. Yang jelas hati Jungkook tidak pernah bisa berbohong. Ia selalu mengatakan apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Namun, masalahnya gadis yang ia sukai sudah menyukai laki-laki lain. Bisa jadi bahan ejekan jika Jungkook menceritakan semuanya pada Namjoon.

Jungkook tersenyum miris. Bisa-bisanya, baru pertama kali jatuh cinta, tapi sudah bertepuk sebelah tangan. Sialnya, gadis itu terus saja mengganggu pikiran, padahal ia sudah berusaha mengenyahkannya.

Hyung,” kata Jungkook kemudian.

“Hm?” respons Namjoon setelah menyesap habis jus jeruk milik Jungkook yang tadi masih setengahnya.

“Apa yang akan kamu lakukan jika cintamu ditolak?”

Tidak langsung menjawab, Namjoon malah tersedak sampai pipinya memerah. Jungkook yang panik segera menyodorkan air mineral dari botol yang ia beli tadi. Menyuruh Namjoon untuk segera meneguknya.

“Ouh, ya ampun ... kamu hampir membuatku mati.”

“Bukankah itu lebih baik? Setidaknya buaya jantan di dunia ini berkurang,” celetuk Jungkook yang langsung mendapatkan pukulan di kepala.

“Sembarangan. Begini-begini aku sangat pintar. Dunia akan sedih kehilangan orang sepintar diriku.”

“Ya, ya, baiklah. Lalu apa jawabannya?”

Diberi pertanyaan yang sama lagi, Namjoon jadi menatap Jungkook penuh curiga. “Apa cintamu ditolak?”

Kali ini Jungkook yang terbatuk karena menelan ludahnya sendiri. Ia jelas menjadi panik dan segera mengelak, “Tidak. Tidak mungkin aku ditolak gadis.”

Namjoon tersenyum menggoda, menyadari wajah Jungkook yang memerah. “Hoo ... apa bayi kecil ini sedang galau?”

Hais!” Jungkook berdecak sebal. Seharusnya ia tidak bermain-main dengan seekor buaya, yang sinyalnya saja sudah sangat terlatih melebihi kecepatan 5G. []

Haha. Kocak sekali bayanginnya.
Ada yang kangen?
Jangan lupa votmen nya ya.
See you!

Beautiful Moment [JH]Where stories live. Discover now