Moment 14

461 90 6
                                    

“Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi,” cetus Taehyung setelah mereka keluar dari rumah makan.

“Aku lebih tidak menyangka,” timpal Hoseok, yang sejak datang dan melihat Taehyung ada bersama Eungi, senyumnya seakan menghilang digantikan ekspresi suram. “Ternyata dirimu masih punya nyali untuk bertemu denganku.”

Taehyung tersenyum kikuk. Salivanya ditelan perlahan. “Aku menyesal dan sudah minta maaf, jadi tidak ada alasan lagi untukmu menghajarku, bukan?”

Hoseok hanya menanggapi dengan senyum sinis. Ia ingat bagaimana dulu pernah menghajar pria itu hingga babak belur dan masuk rumah sakit, lalu kepala sekolah menskorsnya. Tidak ada penyesalan karena Hoseok berpikir Taehyung pantas mendapatkan semua itu, yang sudah membuat Eungi menderita dan menerima perundungan.

“Sepertinya sopirmu sudah datang,” sela Eungi yang tadi hanya diam, bersamaan dengan sebuah mobil hitam menepi di hadapan mereka.

“Benar, kalian tidak mau ikut bersamaku saja? Sopirku pasti akan mengantarkan langsung ke tempat tujuan kalian.”

“Terima kasih, tapi aku sudah memesan taksi. Sebentar lagi mungkin akan datang,” tolak Hoseok.

Taehyung mengangguk seraya menggigit bibir bawahnya, lalu tatapannya tertuju pada Eungi. “Apa besok kamu ada waktu luang?”

Alis gadis itu naik sedikit. “Aku menjaga Hyuka dari pagi sampai jam tujuh malam, lalu pergi bekerja paruh waktu di sebuah mini market sampai tengah malam.”

“Serius, kamu mengambil pekerjaan paruh waktu juga?” Dari ekspresinya tampak jelas jika Taehyung tidak percaya. Sedangkan Eungi mengagguk membenarkan. “Wow, sepertinya kamu sudah kehilangan rasa lelah. Tapi baiklah, nanti aku akan menjemputmu dan mengantarkanmu ke tempat kerja.”

“O-oh, tidak perlu. Aku biasa pergi sendirian,” kelak Eungi.

“Ya, kamu sudah memberiku kesempatan, jadi biarkan aku melakukannya. Oke?”

Ck.” Eungi tidak bisa mengelak. Sedangkan di sisi lain Hoseok merasa penasaran dengan apa yang dimaksud Taehyung.

Kesempatan apa?

“Kalau begitu aku harus pergi karena masih banyak pekerjaan di kantor yang harus kuselesaikan. Sampai ketemu nanti malam,” pamitnya seraya melambaikan tangan, lalu memasuki mobil, di mana si sopir sudah membukakan pintu bagian belakang.

Setelah mobil Taehyung berlalu, taksi yang dipesan Hoseok pun datang. Tanpa berkata-kata mereka memasuki taksi tersebut dan menyimpan kereta bayi Hyuka juga kantung belanjaan ke dalam bagasi. Setengah perjalanan, baik Hoseok atau Eungi saling bungkam, tidak ada yang mau menguar kediaman di antara mereka, sementara Hyuka tertidur di pelukan Eungi. Sampai akhirnya laki-laki bertubuh kurus itu melontarkan pertanyaan, karena tidak sanggup menyimpan rasa keingintahuan.

“Jadi kali ini kamu datang ke acara ulang tahun Taehyung, padahal kamu bilang padaku sedang sakit?”

“Ya, tapi saat itu keadaanku sudah lebih baik,” balas Eungi. “Bukannya itu menunjukkan kalau aku bukan orang penakut dan pecundang seperti yang kamu tuduhkan?”

Hoseok menoleh dengan alis mengernyit. Untuk sesaat mereka saling tatap, sebelum akhirnya kembali saling membuang muka.

“Dan lagian, Taehyung sudah menyesali perbuatannya. Dia juga ...,” Eungi menggantungkan ucapannya, seperti ragu-ragu. “Sudah menyatakan perasaannya padaku.”

Apa? Hoseok menatap sisi wajah Eungi yang tetap melajutkan bercerita.

“Setelah aku pikir-pikir sepertinya Taehyung memang tulus padaku, untuk itu aku memberinya kesempatan.”

“Pak, tolong berhenti di depan sana.” Tiba-tiba Hoseok meminta sopir untuk menghentikan taksinya. Eungi bingung sendiri karena kantor laki-laki itu tempatnya masih lumayan jauh. “Bayarannya akan mahal jika taksi ini harus mengantarkanku ke kantor, jadi aku akan naik bus saja.”

Hoseok langsung keluar tanpa kata setelah taksi menepi. Dia juga berusaha menghindari tatapan Eungi—yang memerhatikannya penuh teka-teki di dalam taksi. “Ya udah, jalan saja, Pak.”

***

“Oh, kamu baru pulang?” tanya Taehyung selepas turun dari mobil dan melihat Hoseok baru memasuki pekarangan rumah. “Aku juga baru sampai.”

Enggan menanggapi, Hoseok langsung berjalan masuk sementara Taehyung mengikuti. Memangnya aku buta? Padahal mereka saling menyadari saat mobil Taehyung melewatinya begitu saja yang sedang berjalan di jalanan menanjak.

“Halo, anak Ayah!” sapa Hoseok yang lantas meraup Hyuka dari gendongan Eungi.

Hi, anak tampan!” Taehyung yang gemas kemudian mencubit kecil pipi bayi tersebut.

“Ya! Kamu masih bau keringat, cepat kembalikan!” sambar Eungi yang mencoba mengambil alih Hyuka lagi, tapi Hoseok menghindarinya.

“Pergilah. Pangeranmu sudah menjemput, bukan?”

“Apa sih? Dia hanya akan mengantarku pergi bekerja, bukan mengajakku makan malam.”

“Apa itu kode untukku?” interupsi Taehyung dengan senyum menggoda seraya menyiku lengan Eungi.

“Apa?!” sewotnya. “Ya! Jangan mentang-mentang aku memberimu kesempatan, kamu bisa seenaknya padaku.”

Taehyung tertawa merasa lucu. “Ya, sejak kapan Eungi yang diam berubah menjadi macan?”

Eungi meringis kesal. “Jangan sok akrab denganku, mengerti?” Lantas pergi ke kamar Hyuka untuk mengambil tasnya.

Hoseok yang memilih tak acuh kemudian melangkah menuju ruang televisi. Meletakkan Hyuka di atas matras sementara dirinya melepaskan tas dan menaruh di atas sofa panjang. Di sisi lain Taehyung mengedarkan pandangannya ke segala arah yang ada di dalam ruangan tersebut.

“Jadi kamu hanya tinggal berdua saja di rumah ini?”

“Hm.”

“Tidak ingin mencari seseorang yang bisa mengurusmu dan juga Hyuka?” tanyanya lagi tanpa ragu. “Maksudku bukan hanya sekedar pengasuh, tapi ibu dan seorang istri.”

“Aku rasa dirimu tidak terlalu penting sampai aku harus mengatakan hal pribadiku padamu.”

“Oh, kamu benar.” Kepalanya mangut-mangut. “Tapi ... setelah aku berhasil menjadikan Eungi sebagai pendampingku, mungkin kamu akan merasa kesepian dan kesulitan. Memang suami mana yang masih mengizinkan istrinya mengurus laki-laki dan anak orang lain?”

Hoseok terdiam. Mengeratkan kedua pasang gigi gerahamnya. Lengannya mengepal. Mencoba mengontrol napasnya yang mendadak jadi sesak. Ingin meluapkan kata kasar, tapi kemudian Eungi datang dan menarik Taehyung untuk segera pergi.

Hi, kenapa buru-buru sekali?”

Eungi yang kesal lantas melepaskan tangan Taehyung dari pegangannya dengan keras. Tatapannya nyalang. Siapa dia begitu berani menantang diri, sedangkan Eungi saja tidak pernah berkeinginan untuk menjadi pendamping hidupnya?

“Sudah kubilang untuk tidak melewati batasmu.”

“Apa kamu memikirkan perasaannya?”

“Tentu saja, dia temanku. Sedangkan kamu hanya orang lain yang kebetulan menerima belas kasihan dariku.”

“Teman? Tapi aku rasa dia tidak begitu.”

“Apa maksudmu?”

“Ayolah Eungi-ya. Kamu itu terlalu naif,” kritik Taehyung. “Dan aku akan melakukan apa pun, sampai hanya aku yang ada di dalam hatimu. Itu janjiku.” []

Beautiful Moment [JH]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora