Moment 42

181 34 11
                                    

Hari ini, Eungi dibuat sibuk oleh Taehyung. Bukan hanya tentang tugasnya yang mengurusi semua kebutuhan Beomgyu, tapi pemuda itu seperti sengaja mengerjai dirinya. Menyuruhnya ini dan itu. Dari memasak makanan sampai memasang hiasan dan pernak-pernik ulang tahun, yang bisa dikatakan sangat sederhana untuk ukuran keluarga sekaya Kim bersaudara itu.

Taehyung memang sudah bilang jika Sowon menyukai hal-hal yang sederhana, tapi sangat berkesan. Ah, mungkin karena mereka sudah kenyang dengan segala hidup mewah yang sudah diterima sedari kecil. Apalagi coba yang kurang? Mereka rasanya tidak pernah merasakan mengenakan kaus kaki bolong yang sudah tidak dicuci selama satu minggu. Sehingga kali ini, sesuatu yang sederhana membuat mereka bahagia. Namun, sesederhana apa pun orang kaya, tetap saja barang yang mereka beli bukan murahan.

“Ya! Setelah kamu selesai merapikan itu, tolong bantu aku menempelkan foto-foto ini juga,” kata Taehyung kemudian yang baru keluar dari ruangan kerja kakaknya. Beberapa lembar foto berukuran besar dan kecil berada di kedua tangannya. Dia baru saja mencetak foto tersebut, yang baru-baru ini diambil.

Eungi yang masih berusaha menempelkan balon bertuliskan Happy Birthday di dinding langsung menoleh. Kedua kaki yang menapak pada salah satu anak tangga lipat agak goyah sedikit karena kurang keseimbangan. Alhasil, Eungi hendak terjatuh dan hampir mendarat sempurna ke lantai kalau saja Taehyung tidak buru-buru berlari menghampiri untuk menyangga. Pria itu bahkan sampai menghamburkan begitu saja foto-foto di tangannya ke udara. Sontak pemandangan romantis seperti di dalam drama-drama seketika tercipta.

Eungi yang syok tidak mampu berpikir untuk sejenak sampai ia tidak sadar jika sekarang tubuhnya bertumpu di atas Taehyung yang tergeletak. Ternyata peristiwa itu tertangkap kamera atau sengaja diabadikan oleh Beomgyu yang saat itu tengah memegang kamera. Suara jepretannya terdengar dan membuat mereka segera sadar. Serta merta dengan perasaan canggung dan tidak enak hati, Eungi cepat saja bangun dan bersikap seakan tidak terjadi apa pun.

Aish, kenapa tangga ini licin sekali?” ujar Eungi untuk menghilangkan rasa gugupnya. Ia harus berusaha karena tidak ingin Taehyung sampai berpikir macam-macam. “Dan, Beomgyu-ya. Kenapa kamu harus memfotonya. Ayo cepat hapus!”

Beomgyu hanya bengong memandangi dua orang dewasa itu. Sementara Taehyung yang baru membangunkan diri cepat menyahut, “Aku sudah menolongmu, tapi kenapa tidak ada balas budinya sama sekali?” protesnya.

“Kamu sendiri pelakunya.” Eungi tidak mau tahu, lantas hendak naik tangga lagi. Namun, Taehyung buru-buru menarik tangannya untuk menjauh dari sana.

“Sudah, lupakan saja. Ini biar aku yang kerjakan. Kau sekarang bereskan saja foto-foto yang berserakan itu dan tempelkan pada tali-tali yang sudah tersedia.” Perintah Taehyung yang sepertinya tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan Eungi hanya mampu mengembuskan napas berat dan melakukan apa yang diminta pria itu.

Tiba-tiba Beomgyu mendekat dan berkata agak berbisik, “Noona tahu tidak? Paman terlihat sangat khawatir tadi.”

Eungi sempat terdiam sejenak sampai ia mengenyahkan semua pikiran-pikiran yang bisa saja menggoyahkan perasaannya tersebut. “Hust, anak kecil, diamlah. Lebih baik bantu aku sekarang, oke!”

***

“Hoseok-ssi, ada yang menunggumu di lobi.”

Lelaki berbadan kurus, tapi tetap profesional dengan bentuk tubuhnya itu tidak bertanya lebih jauh. Toh, rekan kerjanya itu pastilah tidak tahu. Bahkan setelah menyampaikan pesan tersebut padanya, yang masih betah duduk di kursi kerja, padahal waktu istirahat sudah berlalu lima menit lalu, telah pergi begitu saja.

Hoseok lantas menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi. Melepas napas panjang yang terasa lelah karena pekerjaannya masih saja menumpuk, padahal ia merasa telah bekerja begitu keras sampai lupa minum. Bahkan pinggangnya pun terasa sakit.

“Baiklah, sepertinya aku harus beristirahat sejenak,” ucapnya kemudian membereskan kertas-kertas yang masih berserakan di atas meja. Setidaknya harus terlihat rapih sebelum kembali bekerja.

“Hoseok-ah!” Sebelum dia benar-benar berjalan menjauhi bilik tempat kerjanya, tiba-tiba seorang pria jangkung yang berjalan berlawanan arah dengannya memanggil. Menghampiri, lalu menepuk pundaknya dengan tatapan menggoda. “Apa wanita cantik di lobi itu kekasihmu, hah?”

“Eungi?” Otomatis Hoseok menyebut nama gadis tersebut, meskipun agak bingung karena untuk apa Eungi datang ke kantornya. Tidak biasanya.

“Siapa namanya? Eungi? Wah ... aku tidak percaya, pria dingin ini akhirnya punya pacar juga.”

“Ya!” refleks Hoseok meninju pelan perut teman dekatnya itu. Namun, dia malah tertawa.

“Ya sudah, pergilah. Sejak tadi dia terus menunggumu. Padahal aku menawarkan agar dia masuk dan menemuimu di sini, tapi dia menolak.”

Hoseok tidak menanggapi lagi, dan segera pergi. Meskipun dengan banyak pertanyaan di benaknya, dia sungguh penasaran dan tidak sabar untuk bertemu Eungi. Dalam pilihannya, mungkin saja gadis itu sedang ingin mengajaknya makan siang bersama. Akan tetapi, sesampainya di lobi, Hoseok sama sekali tidak melihat sosok Eungi. Ia menyisir setiap sudut yang ramai karena lalu lalang orang-orang kantor, tapi tetap saja tidak ditemukan di manapun.

“Apa mereka bergurau?” gerutunya merasa sudah dibohongi.

Sementara saat Hoseok hendak berbalik untuk kembali ke ruangannya, tiba-tiba dari belakang ada suara perempuan yang memanggil. Tanpa pikir panjang ia langsung berbalik badan sambil menyebutkan nama, “Eungi—” Namun, dalam sekejap saja senyum sumringahnya perlahan menghilang, digantikan dengan tatapan heran. Mengapa Jeon Marrie ada di hadapannya saat ini.

Hai, guys.
Seneng banget aku bisa
update lagi hari ini.
Tetap kasih dukungan kalian
untuk cerita ini ya.
Lopyu.

Beautiful Moment [JH]Where stories live. Discover now