Moment 8

539 98 2
                                    

“Selamat pagi, Dok!”

Serta merta Seokjin membalas menganggukkan kepalanya dengan sedikit membungkuk ketika para suster juga staf rumah sakit dan keluarga pasien yang tentu saja mengenalnya, menyapanya saat baru memasuki lobi utama. Senyumnya yang menawan, wajahnya yang bersinar, bentuk tubuhnya yang profesional sudah barang tentu membuatnya menyandang predikat sebagai dokter yang paling tampan. Tidak sedikit dokter-dokter dan para suster yang terpikat oleh pesonanya, tapi sayangnya Seokjin belum berminat untuk menganggapnya lebih dari sekedar teman. Yeah, pria mapan itu masih ingin fokus pada karir, walaupun sebenarnya ada satu dokter yang lumayan menarik perhatian; sejak kedatangannya kembali ke Korea, sejak gadis dewasa itu diperkenalkan oleh Presiden Direktur sebagai anggota dokter baru dan pewaris utama rumah sakit tempatnya bekerja tersebut.

Wow, bahkan Seokjin nyaris kehilangan napas saat melihat gadis itu ada di rumah Hoseok tempo hari. Benar, dia merasa penasaran. Hanya saja sekali lagi, ia tidak ingin wanita dan perasaan yang meminta dengan paksa untuk berkembang mempengaruhi pekerjaannya selama ini. Untuk itu, Seokjin berusaha mengabaikan.

Tiba-tiba saja dokter bedah itu merasakan ada benda yang menyerang punggungnya, lalu jatuh tepat di belakangnya. Penasaran karena kedua telinganya juga menangkap suara tawa bayi, ia lantas berbalik. Lumayan tercenungnya Seokjin ketika memastikan jika orang yang saat ini berdiri di hadapannya adalah dokter Marrie, menggendong seorang bayi, dan itu adalah Hyuka. Yeah, Seokjin tidak mungkin salah lihat, bayi itu benar-benar Hyuka.

“O-oh, maaf Dokter,” kata Marrie kemudian merasa tidak enak hati, lalu berjalan cepat dan berjongkok untuk mengambilkan mainan bola yang sempat terlempar itu pada Hyuka. “Hyuka sangat aktif, saya tidak tahu jika dia sepintar ini.”

Seokjin masih terdiam. Dalam pikirannya banyak pertanyaan yang ingin sekali ia lontarkan, tapi mengingat jika hubungan mereka tidak terlalu dekat rasanya pria itu agak merasa canggung.

“Tidak masalah, anak kecil memang seperti itu.”

Marrie hanya melepaskan senyuman. Kembali fokus pada Hyuka dan berkata sebelum berlalu, “Kalau begitu saya permisi, ya, Dok. Selamat bekerja, semangat!”

Tanpa permisi kedua sudut bibir Seokjin menukik naik, seraya menunduk mengiringi langkah Marrie yang menggendong Hyuka berlalu melewatinya. Wanita itu selalu terlihat cantik dengan senyumnya yang menarik. Kalau begitu, bagaimana mungkin Seokjin tidak terpesona. Hanya saja kenapa dia bisa bersama Hyuka?

***

Huh, kalau begini aku bisa mati karena bosan.” Eungi kembali mengeluh. Menutup novel romansa yang sedang ia baca dan meletakkan begitu saja di sampingnya duduk di tempat tidur. Dari mendengarkan musik sampai berselancar di media sosial, tidak ada satu pun yang bisa mengutuk rasa jemunya. Terlebih pikirannya yang terus berkelana ke tempat lain. “Bagaimana kabar Hyuka? Dia bersama siapa ya sekarang? Apa Hoseok menitipkannya pada Paman Hwang?” Tangannya lantas meraih ponsel yang ada di nakas, lalu menimbang-nimbang sesuatu. “Apa aku telepon saja? Ah, tidak-tidak. Gengsi dong, tapi ... Hyuka ... aku benar-benar khawatir.”

Eungi turun dari ranjang. Masih ragu untuk menekan ikon berwarna hijau atas nama Jung Hoseok sambil berjalan ke sana kemari.

“Tidak, aku tidak bisa diam saja.” Walhasil Eungi menyerah. Ia memberanikan diri menelepon Hoseok. Walaupun agak lama, yang di seberang telepon pun akhirnya menjawab juga. Tidak memberikan kesempatan Hoseok untuk berspekulasi lebih dulu, ia segera bicara, “Dengar, aku hanya ingin tahu tentang Hyuka. Di mana dia sekarang?”

Tidak perlu khawatir, Hyuka ada bersama Marrie.

“Apa?!” Jelas saja Eungi terkejut. Lebih tepatnya menyesali pola pikirnya sendiri, kenapa tidak menduga jika semua itu mungkin saja terjadi. Sekarang ia benar-benar menyesal, karena mengetahui kenyataan tersebut membuat perasaannya agak terusik. “O-oh, baiklah, itu bagus.” Tampa terasa ada setetes air yang merembes dari celah matanya. Dengan masih gemetar, ia pun melanjutkan, “Sepertinya sekarang kamu sudah tidak membutuhkan bantuanku lagi.” []

Beautiful Moment [JH]Where stories live. Discover now