Moment 19

412 82 38
                                    

Jeon’s Group adalah salah satu induk perusahaan yang berpengaruh di kota Gangnam. Rumah sakit Seonghan yang ada di Seoul merupakan satu dari kekayaan Keluarga Jeon. Dulu, dokter Jeon Yoongi yang memimpin rumah sakit tersebut, sebelum meninggal karena sebuah kecelakaan tunggal bersama sang Istri saat mengendarai mobil selepas pulang dari makan malam romantis—dalam perayaan hari ulang tahun pernikahan mereka. Tuan Besar Jeon Seonghan akhirnya kembali mengambil alih kepemimpinan tertinggi, sebelum cucu pertama keluarga Jeon siap menggantikan posisinya.

Sebagai pewaris utama, Jeon Marrie dibesarkan dan dididik dengan sangat baik. Kakeknya begitu over protektif. Pernah kehilangan putra satu-satunya membuat beliau merasakan trauma mendalam, akan kehilangan lagi seseorang yang paling ia sayang.

Namun, entah bagaimana sampai bisa kecolongan saat Seonghan tahu jika gadis yang saat itu masih berusia dua puluh dua tahun sudah memiliki kekasih. Yang lebih membuatnya kecewa karena pemuda yang dipilih oleh Marrie bukan berasal dari keluarga berada. Jangankan dari kalangan konglomerat yang satu level lebih tinggi, tapi sederajat pun tidak.

Berang, sebab merasa terhina. Seonghan mengutus seseorang untuk terus mengawasi Marrie dan memisahkan dua sejoli yang tengah dimabuk asmara tersebut. Bahkan, Jung Hoseok harus dikeluarkan dari Universitas tempat mereka berkuliah secara tidak hormat.

Tanpa tahu sosoknya, tanpa peduli bagaimana masa depannya, Seonghan hanya ingin agar orang yang bernama Hoseok itu menjauh dari Marrie. Namun, bagaikan tersambar petir di siang hari, beliau harus menerima kenyataan pahit—yang hampir saja membuatnya kehilangan nyawa—ketika sang Cucu mengaku telah mengandung buah hati atas cinta mereka. Bertambah murka, sampai rasanya menjadi gila karena Marrie tetap bersikukuh untuk mempertahankan kehamilannya.

“Baik, Kakek akan mengikuti keinginanmu, tapi dengan syarat.” Seonghan saat itu berujar di depan Marrie yang terus menangis dengan keadaan tidak berdaya—terduduk lemah dipelukan sang Adik. “Tinggalkan lelaki berengsek itu dan pergilan ke Amerika.”

Gadis itu tidak bisa mengelak lagi. Meskipun sangat berat karena harus meninggalkan Hoseok tanpa pesan terakhir, dan setelahnya akan tinggal di Amerika dalam keadaan hamil tanpa keluarga, tapi Marrie rela berkorban—melakukan semua itu—demi mempertahankan jabang bayinya.

Akan tetapi, Tuan Seonghan tidak menepati janjinya. Setelah melahirkan, ia menyuruh anak buahnya untuk membawa bayi itu dan memberikannya pada Hoseok. Setelahnya Marrie benar-benar hancur. Jungkook bahkan harus pergi ke Amerika untuk menemani kakaknya, sampai pendidikan dokter yang gadis itu lanjutkan selesai. Sehingga pemuda tersebut tahu betul bagaimana kondisi kakaknya yang teramat sangat menderita—jauh dari dua orang yang sangat dicintainya.

“Aku tidak pernah menyangka, ternyata setelah kami pulang, Noona dengan nekatnya kembali menemui laki-laki itu dan bayi mereka,” kata Jungkook setelah mengakhiri cerita yang ia tahu dari sudut pandangnya. Sebelumnya, ia hanya tahu nama pemuda yang dicintai Marrie, tapi tidak pernah tahu seperti apa sosok dan wajahnya. “Dunia seperti sangat sempit, bagaimana dia menggiringku untuk mengenalmu yang ternyata mengenal baik orang yang dicintai oleh kakakku.”

Sejak mendengar kisah masa lalu Hoseok dan Marrie yang diceritakan oleh Jungkook, Eungi hanya bisa diam. Mengepal jemarinya yang saling meremas. Tidak begitu baik dengan suasana hatinya saat ini, bagaimana di dalam sana seperti ada sebuah jarum yang datang menusuk dan membuatnya terasa sakit. Membayangkan jika dulu Hoseok dan Marrie benar-benar saling mencintai, bahkan mungkin sampai saat ini.

Tanpa terasa, sesuatu yang terasa perih di bagian mata menggelitik ingin dikeluarkan. Namun, Eungi berusaha menahannya dengan terus mengerjap-ngerjapkan mata. Ia tidak ingin terlihat lemah, menyadari jika imajinasinya selama ini tidak pernah seindah realitas yang dihadapi.

“Ah, sudah sampai.” Eungi kemudian berujar, ketika langkah kaki mereka tanpa terasa sudah tiba di depan mini market tempat gadis itu bekerja. “Sekarang kamu boleh pulang, terima kasih sudah mengantarku. Dan, ya. Kamu tidak perlu datang lagi untuk menjemputku.”

“Ya, kenapa?” protes Jungkook. “Aku sudah berjanji pada Seokjin Hyung untuk—”

Eungi langsung memutus perkataan Jungkook dengan memfokuskan tatapan mereka. “Itu sebelum Kak Jin tahu jika kamu cucu dari seorang konglomerat.”

Tidak mau mendengar pembelaan apa pun lagi, Eungi cepat mengambil langkah untuk menjauhi pemuda tersebut, tapi Jungkook tidak terima dan lantas menghalangi langkahnya.

“Eungi-ya, tolong jangan bersikap seperti itu.” Jungkook mendesau tampak frustrasi. Ini salah satu sebab kenapa ia tidak ingin orang lain tahu tentang status keluarganya. “Jika boleh memilih, aku ingin dilahirkan di keluarga yang biasa agar bebas memilih ingin hidup seperti apa dan berteman dengan siapa. Jadi jangan menjauhiku hanya karena aku berasal dari keluarga berada.”

Sepertinya Eungi enggan peduli, dan tetap berusaha menghindari Jungkook. Sampai kemudian pemuda itu geram dan menyingkirkan rasa malunya. Tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima setelahnya—cacian atau justru kemarahan. Diabaikan, bahkan enggan bertemu lagi. Ia hanya tahu, jika perkataan tersebut meluncur begitu saja tanpa aba-aba.

“Eungi-ssi, aku menyukaimu dan ingin dekat denganmu, jadi jangan mencoba menjauhiku.”

Sekarang Jungkook sadar, jika perasaan tidak datang dengan undangan. Meskipun keras menolak tidak percaya pada cinta pandangan pertama, tapi tidak ada yang bisa menghindari saat apa yang terlihat menarik oleh mata, akan bereaksi sampai turun ke hati. []

Silakan kalau mau berkomentar.
Oh, ya. Aku mau tanya. Kalian yg baca ff ini, bighit stan atau cuma army?

Beautiful Moment [JH]Where stories live. Discover now