Moment 18

396 89 14
                                    

Mungkin, Eungi berpikir jika Jungkook memang seorang yang kontradiktif. Lebih dari penilaiannya tentang karakter yang suka membuat kekacauan, buktinya pemuda itu memiliki kemampuan untuk menyenangkan hati seseorang. Anak kecil tidak bisa berbohong tentang perasaannya, bukan? Hampir setengah hari ini Eungi perhatikan, tidak ada satu menit pun Hyuka tidak tersenyum lalu tertawa dengan celotehan dan ekspresinya yang memang sangat lucu. Bayi hanya tahu jika Jungkook sedang menggodanya, dan itu membuatnya senang.

Diam-diam Eungi saja mencuri tawa dan pandangan setiap kali laki-laki pemilik gigi kelinci itu melontarkan lelucon. Tentu Hyuka tidak akan mengerti, perkataan yang jenaka itu ditujukan untuknya. Lupakan sejenak tentang kesan pertama mereka saat bertemu, sepertinya Eungi harus mulai membuka diri. Tidak buruk, Jungkook bisa sangat diandalkan sebagai teman.

“Terima kasih karena sudah membantuku menjaga Hyuka seharian ini,” kata gadis itu kemudian, setelah mengambil posisi duduk dekat Hyuka—yang duduk menggemaskan sambil memainkan pesawat-pesawatannya di depan Jungkook.

“Waw, itu kata-kata yang manis. Aku pasti akan sangat mengingatnya.”

Refleks Eungi tersenyum, meskipun tergambar tipis dan terkesan malu-malu, Jungkook sudah sangat merasa senang.

“Hyuka bahkan langsung menyukaimu.” Telapak tangan kanannya beralih mengelus puncak kepala bayi, yang dari sekarang saja sudah terlihat bibit ketampanannya.

“Oh, jelas,” ujarnya dengan bangga sambil menepuk dada. “Tidak ada orang yang tidak akan menyukaiku, termasuk dirimu.”

Mata Eungi langsung membeliak, memasang ekspresi galak. “Kamu memang tidak bisa dikasih hati.”

Selanjutnya Jungkook malah tertawa. Namun, kemudian dia mengingat sesuatu dan langsung melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit.

“Kenapa Tuan Pelit Senyum itu belum juga pulang?” tanyanya merasa heran dan sedikit cemas. Eungi pun agak mengernyitkan dahi, bisa-bisanya pemuda itu menjuluki Hoseok dengan panggilan seperti itu. “Kamu bisa terlambat bekerja nanti.”

Belum sempat gadis bertubuh kurus yang tidak bisa disebut langsing tersebut merespons, suara seperti mobil yang memasuki pekarangan rumah dan berhenti di sana menarik perhatian keduanya.

“Wah, apa itu dia?” tanya Jungkook penasaran. Persis sekali seperti binar tatapan anak kecil yang sedang menanti kepulangan ayahnya setelah bekerja dan tidak bertemu seharian. “Oh, aku akan memastikannya.”

Tanpa ragu, Jungkook segera berdiri dan berlari menuju pintu keluar. Sedangkan Eungi masih ditempatnya sambil memikirkan sesuatu. “Mobil?” Mendadak perasaannya jadi gelisah. “Jangan-jangan ....” Sehingga tanpa berpikir panjang, ia membawa Hyuka dalam gendongannya dan langsung menyusul Jungkook.

Lalu kata pertama yang ia dengar setelah tiba di beranda, dan apa yang terlihat di depan matanya, cukup membuatnya terperangah. Terpaku dalam diam dengan mulut terbuka dan sesuatu yang bertanya-tanya.

Noona?” Jungkook terlihat kebingungan, termasuk wanita yang sekarang berdiri di hadapannya. Tepat di samping Hoseok yang juga mengernyitkan alis, dengan penuh tanda tanya.

“Ya, berapa banyak koleksi noona mu di luar sana?” sontak saja Eungi berujar demikian, karena diam-diam merasa dipermainkan. Tidak, masudnya gadis itu hanya risi saja memikirkan jika Jungkook memang memiliki kegemaran suka menggoda gadis-gadis yang usianya lebih tua darinya.

“Apa yang kamu katakan?” protes Jungkook. “Dia ini noonaku, saudara kandungku.”

“Hah?” respons Eungi dan Hoseok secara bersamaan. Untuk sementara mereka saling diam, saling memandang, dan saling mencerna pikiran masing-masing.

***

Mendadak suasananya terasa mencekam. Setelah pertemuan tidak sengaja di teras rumah Hoseok, Jungkook langsung menarik Marrie masuk ke dalam. Sekarang mereka hanya dibatasi oleh jendela dan pintu yang terbuka, sehingga baik Hoseok dan Eungi masih bisa mendengarkan percakapan kakak beradik itu, meskipun samar-samar.

“Jadi kenapa kamu ada bersamanya?” tanya Jungkook terdengar serius. Eungi seperti melihat sisi lain lagi dari pemuda itu, yang langsung berubah layaknya seorang protektif pada saudara perempuannya.

“Jangan terlalu berlebihan, dia hanya teman.”

“Bohong.” Serta-merta Jungkook tidak ingin percaya. “Selama ini kamu begitu menutup diri pada laki-laki, tapi sekarang.” Kedua matanya mulai menilik dalam pada tatapan Marrie. “Apa dia orang yang sama?”

Seketika wanita cantik dengan tahi lalat di bawah kelopak mata kanannya itu terpaku. Merasakan kecemasan. Jungkook bisa menebak dari bibir bagian bawahnya yang kemudian digigit. Seakan berusaha menutupi kebenaran.

“Ah, siapa namanya? Ho-Hoseok?”

Marrie terlihat semakin gelisah. Mencoba menghindari tatapan Jungkook, dan semakin serba salah.

“Jawab aku Noona, apa dia Hoseok yang itu?”

Sementara Hoseok yang sedang mereka bicarakan di luar sana, juga merasa tegang. Menelusupkan talapak tangannya ke dalam saku celana dan mengapal di sana. Ia ingin sekali melakukan sesuatu, tapi tidakannya bisa saja menyalahi aturan. Ini masalah mereka dan Hoseok tidak mau ikut campur.

Noona, jawab aku!”

“Iya,” sentak Marrie yang tampaknya sudah habis kesabaran. “Dia Jung Hoseok yang dulu cintanya kalian tentang, dia orang yang sama yang dulu cintanya pernah kalian pisahkan.”

Mendengar penjelasan itu, Jungkook lantas mengembuskan napas panjang dengan perasaan jengkel sambil membuang muka. Senada dengan Hoseok yang mencoba menghindari tatapan Eungi, ketika gadis tersebut seolah menatapnya meminta penjelasan.

“Hah, jadi—” Jungkook sampai kehabisan kata, ia tidak menyangka jika laki-laki itu adalah cinta pertama dan satu-satunya Marrie. Lalu bayi itu, anak mereka?

“Aku sangat merindukan mereka,” lirih Marrie seraya menundukkan wajah, seakan menahan rasa sesak yang selama ini terus terpendam. “Sudah cukup, aku tidak ingin mengalah dan mengorbankan kebahagiaanku lagi.”

Pemuda itu sesungguhnya merasa khawatir, pilu melihat kondisi kakaknya. Selama dua tahun ini hidupnya memang seperti mayat hidup. Robot, yang diminta melakukan ini dan itu tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Namun ....

“Kakek pasti akan sangat marah jika tahu kamu menemui mereka lagi.”

“Maka jangan beritahu kakek. Bisa, kan?”

“Kamu pikir kakek hanya punya dua mata dan telinga?” refleks Jungkook merasa geram dengan pikiran kakaknya, yang seakan tidak mengerti bagaimana tabiat kakek mereka. “Saat sadar jika ada yang salah denganmu, kakek pasti akan langsung menyuruh orang untuk mencari tahu. Dan kejadian itu—”

“Cukup!” Marrie buru-buru menghentikan perkataan Jungkook, mengangkat telapak tangannya di antara mereka. Wanita itu jelas enggan mengingat masa lalu yang teramat suram. “Kali ini, kamu hanya perlu ada dipihakku. Mengerti?”

Sekali lagi Jungkook mendecap kesal. Semuanya menjadi serba salah, ia tidak bisa memilih dengan mudah.

“Aku menyayangimu, tapi—”

“Lakukan saja jika kamu tidak ingin kehilanganku untuk selamanya.” []

Mianhae baru update lagi.
Kalian apa kabar?

Beautiful Moment [JH]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें