In Another Moment 01

327 67 18
                                    

Sekarang orang-orang benar-benar menyadari keberadaannya. Memerhatikan dan mulai membicarakannya. Gosip atau apa pun itu cepat sekali menyebar, apalagi jika bersangkutan dengan hal jelek yang bisa menjadi bahan bulan-bulanan.

Jangankan untuk melawan keadaan, untuk menampakkan wajah saja rasanya tidak sanggup. Tatapan penuh penghakiman itu seolah memenjarakan. Hidupnya seketika semakin tidak tenang.

Lantas langkah tergessnya terhenti saat tiga gadis itu datang kembali sambil memaksa sosok pemuda berbadan tinggi, berwajah tampan dan hidung yang mancung, ikut bersama mereka. Sontak saja Eungi terperangah, deru jantungnya mendadak berdegup sangat cepat. Wajahnya memerah menahan malu, sedengkan seluruh tubuhnya terasa kaku.

Dia, laki-laki yang Eungi sukai kini benar-benar ada di hadapannya.

“Ini, ini orangnya yang berani menyukaimu itu Taehyung,” kata si rambut panjang sambil menunjuk wajah Eungi.

Refleks gadis itu menggelengkan kepala, berharap pemuda tersebut tidak lantas menelan mentah-mentah perkataan Sora. Ia ingin menjelaskan, tapi dari mana? Bagaimana bisa?

“Sangat tidak tahu diri,” tandas Sora lagi. “Mana mungkin kamu menyukainya, iya kan Taehyung? Dia sama sekali bukan tipemu.”

Untuk beberapa saat pemuda bernama Taehyung itu memerhatikan Eungi yang semakin menekuk wajahnya merasa gelisah.

“Tentu saja, bahkan aku tidak sudi melihat wajahnya.”

Perkataan Taehyung yang terlampau kejam sontak saja membuat Eungi menampakkan wajah, memandang ke mata laki-laki itu dengan perasaan kecewa. Padahal Eungi tidak juga menyuruh dia untuk membalas cintanya, ia hanya mengagumi dan sosok yang dikagumi itu pernah terpatri dalam pikiran dan benaknya sebagai seorang yang baik hati dan sempurna.

“Urus saja orang ini, aku mau pergi.” Tanpa ragu Taehyung melangkah setelah menyenggol pundak Eungi, seakan menunjukkan rasa bencinya.

Eungi yang merasakan patah hati hanya bisa terdiam, mencoba menahan air mata yang mulai menetes membasahi pipinya. Akan tetapi, Sora dan kedua temannya tidak mau tahu. Mereka lagi-lagi mempermalukannya, membaca puisi-puisi Eungi untuk Taehyung yang sudah mereka salin sebelumnya di depan semua orang. Tak ayal, mereka yang mendengar tertawa mencemooh sampai ia merasa muak mendengarnya.

“Cukup!” pekiknya tiba-tiba, membuat mereka semua terdiam dan agak terkejut dengan tindakannya. Sampai kemudian Eungi berlari meninggalkan kerumunan dan mereka pun kembali tertawa.

“Orang yang kerjanya hanya mengganggu orang lain, adalah yang paling tidak berguna,” celetuk pemuda bertubuh kurus yang mendadak bersuara-keluar dari kelompak siswa yang berkumpul menyaksikan kejadian barusan-seraya melangkah melewati Sora dan teman-temannya.

***

Sore itu Eungi tidak langsung pulang ke rumah. Untuk menyingkirkan sedikit perasaan sedih dan kecewanya, ia memutuskan pergi ke sebuah danau yang tidak banyak terlihat orang-orang. Tempat tersembunyi yang nyaman dan menenangkan yang biasa Eungi kunjungi.

Di tempat itu biasanya Eungi hanya duduk diam di bawah pohon besar. Kadang sambil meluapkan isi hati dalam buku diary, kadang hanya merenung seraya sesekali melemparkan batu ke dalam danau lalu mendengarkan musik sampai tertidur. Setidaknya ia lakukan hingga perasaannya jauh lebih baik, walaupun bekasnya akan tetap terasa sampai berbulan-bulan.

“Penilaianku selama ini ternyata salah,” keluhnya, bersamaan dengan suara batu yang terlempar dan masuk ke dalam air. “Orang tampan, belum tentu hatinya juga sama.”

Namun, tiba-tiba saja renungannya menguar saat pendengarannya menangkap sesuatu seperti benda yang jatuh tepat di belakang pohon. Eungi yakin pasti ada seseorang yang datang dan duduk di sana. Karena penasaran, dan takut pada sesuatu yang tidak diinginkan, gadis berkacamata dan berkepang dua itu pun segera menoleh. Pelan-pelan sekali seperti sedang memata-matai pencuri. Sementara mulutnya langsung menganga dan matanya melebar saat melihat ada seorang laki-laki tengah bersandar di pohon yang sama dengannya, dengan satu kaki terjulur lurus ke depan sedangkan satunya lagi menekuk untuk menumpukkan tangan—yang tampak lelah. Tas punggungnya dibiarkan tergeletak di dekatnya dengan resleting yang terbuka. Isi di dalamnya agar berhamburan, pasti karena tadi sudah dilempar.

Takut, Eungi pun berniat untuk bangkit dan memilih pergi dari tempat tersebut. Namun, akibat tergesa-gesa, gerak-geriknya jadi menimbulkan suara dan membuat lelaki dengan seragam sekolah yang sama dengannya tersebut menjadi menyadari keberadaannya.

“Siapa itu?!” serunya, yang ternyata langsung beringsut bergerak ke balik pohon dan menangkap basah Eungi yang hendak kabur. “Kamu—” Keningnya mengernyit setelah menyaksikan dengan jelas gadis di hadapannya. “Lagi?”

Eungi yang jelas mengenal pemuda itu pun sama terkejut. Sontak ia berdiri dan menatap kesal padanya. Yang sedikit menarik perhatian adalah luka lebam yang ada di wajahnya. “Kamu yang tadi di sekolah sebut aku bodoh, kan?”

“Ck,” decapnya seraya memalingkan muka. Merasa tidak penting dan hanya membuang waktu istirahatnya saja, sehingga laki-laki itu segera kembali ke tempat semula—mengacuhkan Eungi.

Di sana, ia mengeluarkan sapu tangan hitam dan mencoba menyeka darah yang sudah mengering di sela bibirnya. Eungi yang penasaran terpaku melihatnya. Dalam benaknya ia berpikir jika pemuda itu pasti siswa yang nakal dan banyak punya musuh. “Tidak heran, mukanya sama sikapnya aja sangar gitu.”

“Apa?” tanyanya, membuat Eungi agak tertegun karena lelaki itu masih bisa mendengar perkataannya, padahal ia sudah mengecilkan volumenya.

“Hah?” Eungi langsung menggeleng. Lantas ia ingat sesuatu dan segera memeriksa tas punggungnya. “Ini, pakai ini,” katanya seraya memberikan kotak kecil berwarna putih dengan logo palang merah.

Jelas saja pemuda itu bingung dengan sikap Eungi, tapi dia memaksa dan tidak ingin tahu—hanya meletakkan kotak obat tersebut lalu pergi.

“Ada apa dengannya?” pikirnya yang tidak mengalihkan pandangan sedikit saja pada Eungi yang sudah berlalu meninggalkan danau. []



Hey!
Apa kabar kalian?
Kangen nggak?

Sama tokoh Beautiful Moment maksudnya, wkwk.

Maaf ya, baru update lagi. Semoga yang sedikit ini bisa menghibur kalian.

Beautiful Moment [JH]Where stories live. Discover now