3 - ROOFTOP

333 34 4
                                    


Jessica mengenakan tasnya dan pergi meninggalkan Jefan, Rengga, Brama , Jessica dan Felli. Disusul Rengga yang juga meninggalkan tempat itu, diikuti dengan 2 ekornya yang tidak lain adalah Brama dan Jefan. Felli pun ikut berdiri dari tempat duduknya.

"Lo juga mau pergi?" tanya Alena

"Sorry Al, kayaknya gue ikut Jessica deh"

Alena tersenyum perih, satu persatu dari mereka pergi meninggalkan markas Seven Strais. Apa ini memang akhir dari kisah Seven Strais? Ia berharap tidak

"Neng Alena yang sabar ya neng" sahut Bang Asep dari dalam warungnya

Alena mengangguk sambil tersenyum ke arahnya.

****

Hari ini Alena tidak langsung pulang, ia memutuskan untuk ke rumah sakit menjenguk Karin usai pulang sekolah. Harusnya bukan hanya Alena, mereka ber-enam, maksutnya anggota Seven Strais yang lain pun harus ikut menjenguk Karin. Saat ini Karin sedang berjuang antara hidup dan mati, ia pasti membutuhkan sahabat-sahabatnya.

Alena menghampiri Karin yang terbaring di atas kasur rumah sakit dengan berbagai alat bantu pernapasan yang terpasang di tubuhnya.

"Hai Karin, gue dateng, tapi kali ini sendiri, ngga ada anak-anak yang lain. Lo tau ngga? Semenjak lo koma, Seven Strais seperti kehilangan arah. Kita seperti anak kecil yang linglung mencari kebenaran tragedi malam itu. Saling menuduh satu sama lain, hingga satu persatu dari anggotanya memutuskan untuk keluar. Gue ngga mau Seven Strais bubar Rin, dan gue yakin lo juga pasti ngga mau hal ini terjadi kan. Yang tau mengenai kejadian malam itu cuma lo, satu satunya harapan buat balikin Seven Strais seperti dulu juga lo. Jadi plis, bangun ya. Seven Strais butuh lo Rin" Alena mengusap air matanya yang tanpa ia sadari tadi menetes saat ia mencurahkan isi hatinya pada Karin

"Gue yakin lo pasti bisa dengerin gue kan. Semangat ya, cepet sembuh, biar kita bisa kumpul kumpul lagi seperti dulu. Gue pamit pulang ya, kapan-kapan gue kesini lagi deh. Bye Karin, See you" Alena melangkah meninggalkan ruang ICU

****


Malam ini Mama, Papa, Kak Alda dan Alena sedang makan malam bersama

"Besok kamu jadi ke Semarang?" tanya Mama pada Kak Alda

"Jadi dong Ma"

"Berapa hari?"

"Cuma 3 hari aja kok Pa" jawab Kak Alda

"Kalau gitu hati-hati ya, jangan kemana-mana. Fokus pada tujuan kamu aja" ucap Mama

"Iya Alda, dengerin apa kata Mama kamu. Jaga diri baik-baik, di luar sana kamu pasti akan menemukan banyak hal-hal mistis. Tidak usah terkecoh, tetap kerjakan tugas kuliah kamu. Kalau sudah selesai langsung pulang" Papa menegaskan ucapan Mama

"Yaelah, cuma pergi ke Semarang 3 hari pesannya udah kayak mau naik haji aja. Kak Alda udah gede kalik, udah bisa jaga diri sendiri. Ga perlu dikhawatirin sampai segitunya juga" sahut Alena

"Alda itu beda sama kamu Alena" jawab Papa

"Apa sih bedanya, orang kita sama-sama anak Papa dan Mama. Kenapa harus dibeda-bedain"

"Alena, kalian berdua memang sama-sama anak Papa Mama. Tapi Kak Alda beda, dia mempunyai indra ke-enam, kamu kan tau hal itu"

"Enak banget pakai senjata indra ke-enam" Alena menggerutu

"Heh bocil, kamu pikir kakak mau punya penglihatan khusus? Engga, aku juga pengen kalik hidup normal seperti orang lain. Kalau kamu mau ambil aja nih mata" sahut Kak Alda sambil mengunyah makanan

Netra dan Lukanya (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now