29 - SATU LANGKAH MENUJU KEBENARAN

243 26 0
                                    

"Kalian udah denger kabar terbaru dari Alena?"

"Ngga, palingan juga ngga penting" sahut Jessica cuek sembari memainkan ponsel.

"Ada apaan Jef, Bram?" tanya Rengga yang baru saja meletakkan tasnya.

"Si Karin, Karin udah siuman" jawab Jefan dengan excited.

Jessica yang mendengar hal itu sontak mematikan ponselnya, memastikan bahwa ia tak salah mendengar.

"Apa? Serius?"

"Iya, Alena hari ini ngga masuk. Karena nemenin Karin di RS. Terus kapan nih kita jengukin Karin?" sahut Brama.

"Iya kalau aku sih ayo ayo aja"

"Kalau lo Jes?" Jefan melontarkan sebuah pertanyaan yang tertuju pada Jessica.

"Mmm gue ngikut aja deh"  jawab Jessica ragu.

"Bagaimana kalau nanti pulang sekolah?"

"Jangan-jangan gue ngga bisa" Jessica menyela.

"Kenapa Jes?" tanya Rengga.

"Gue ada acara keluarga nanti pulang sekolah. Jadi lain kali aja ya"

"Tapi kita udah lama loh ngga jenguk Karin. Gimana kalau kita berempat aja. Kalau Jessica ngga bisa ya ngga usah dipaksa" Brama mencoba menyampaikan usulnya.

"Engga deh Bram, mendingan kita nunggu Jessica" Rengga menanggapi usulan dari Brama.

"Okee"

****


Alena terus memegang flashdisk yang berisi rekaman cctv kejadian 3 bulan lalu. Raut wajahnya nampak sedang berpikir keras untuk mengungkap kejahatan yang telah terjadi.

"Kalau cuma dipegangi terus, misi kita ngga akan berjalan" celetuk Netra yang baru saja memasuki ruang rawat Karin.

"Alena bingung kak, Alena harus apain flashdisk ini?"

"Al, gue nggapapa kok semisal kasus ini ngga diperpanjang" sahut Karin dengan pasrahnya.

"Rin ngga bisa gitu lah. Dia itu harus dikasih pelajaran, kalau engga nanti pasti ada korban baru"

"Yaudah kalau gitu besok kita ke kantor polisi" ajak Netra.

"Tapi kan besok aku sekolah kak"

"Pulang sekolah, aku anterin"

"Yaudah"

Tanpa mereka sadari, selama pembicaraan berlangsung pintu kamar rawat Karin tidak tertutup rapat. Mereka juga bicara cukup keras dan bisa terdengar sampai luar bila pintunya tidak tertutup rapat.

Jessica yang sedari tadi berdiri di depan pintu kamar pun dapat mendengar semuanya dengan jelas. Posisinya sekarang sedang terancam. Ia harus segera bertindak sebelum Netra dan Alena menyeret kasus ini ke hukum.

****


Hari ini Netra dan Alena berencana untuk memberikan flashdisk itu sebagai barang bukti kepada pihak yang berwajib. Pagi-pagi sekali Netra sudah berada di depan rumah Alena. Tak lama dari itu Alena keluar dari rumah dan segera masuk ke dalam mobil Netra.

"Flashdisknya udah dibawa?"

"Udah kak"

"Yaudah kamu fokus sekolah aja dulu. Nanti pulang sekolah baru kita alihkan ke kasus ini. Jangan sampai kasus ini mengganggu konsentrasi belajar kamu" Netra memang lelaki idaman para wanita, rasanya perhatian dari dia tak kunjung ada habisnya.

Netra dan Lukanya (TELAH TERBIT)Место, где живут истории. Откройте их для себя