5 - TUNA NETRA

327 32 4
                                    

"Mama sama Papa ngga selamat Non"

Pernyataan yang terlontar dari mulut Pak Anton itu seolah menusuk hati Alda begitu keras. Bi Inah merangkul pundak Alda untuk menguatkannya

"Terus Alena gimana?"

"Alhamdulillah Non Alena selamat" jawab Bi Inah

"Hhh syukurlah" ucap Alda sedikit lega, "Sekarang Alena dimana?"

"Masih di rumah sakit Non"

"Yaudah kalau gitu Pak Anton anterin saya ke rumah sakit sekarang ya" pinta Alda

Bukannya mengiyakan permintaan Alda, Pak Anton malah diam tak bersuara

"Pak Anton Ayo!! Kenapa malah diem aja sih?"

"Maaf Non Alda, tapi mobilnya dibawa sama perampok itu"

"Yaudah kalau gitu saya naik taksi aja. Bi Inah titip koper saya ya"

"Baik Non"

****


Alda segera menuju rumah sakit, mencari keberadaan adik semata wayangnya. Ia membuka pintu kamar rawat Alena. Alda mendapati adiknya yang duduk diatas kasur rumah sakit dengan mata yang tertutup perban. Ia berlari dan memeluk Alena

"Alena" Alda memeluk Alena

"Kak Alda, Kakak kapan pulang?"

"Barusan tadi, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa" ucap Alda berkaca-kaca

"Iya, Alena nggapapa kok, tinggal lepas perban ini aja. Oiya Papa sama Mama mana kak?"

"Mmmm...." Alda nampak bingung menjawab pertanyaan adiknya

"Permisi" seorang polisi menghampiri mereka sambil membawa bungkusan kado

"Ini ada bingkisan yang semalam dipeluk almarhumah Ibu Livia Argabirata"

Alena begitu terpukul mendengar pernyataan sang polisi. Alda menerima bingkisan itu

"Yasudah kalau gitu saya permisi dulu"

"Terimakasih Pak" jawab Alda

Polisi itu pun keluar dari ruang rawat Alena

"Kak Alda"

"Iya?"

"Bilang sama aku kalau apa yang diucapkan Polisi itu bohong!!"

Alda tidak bisa bersuara, jujur sakit, berbohong pun sama saja.

"Kenapa diam aja, jawab!!" Alena sedikit meninggikan nada bicaranya

"Mama sama Papa udah ngga ada Al" jawab Alda lirih

"Apa?" Alena terkejut

Pikirannya berwisata pada malam itu, andai saja semalam ia mengunci pagar dan pintu depan, mungkin saja hal ini tidak akan terjadi. Mama Papa tidak akan pergi dan dia tidak dirawat di rumah sakit

"Ini salah aku, Mama sama Papa meninggal gara-gara aku" Alena memukuli kepalanya sendiri

"Alena, stop! Ini bukan salah kamu, ini semua takdir" Alda memegang tangan Alena yang sedari tadi memukuli kepalanya sendiri

"Kenapa Mama sama Papa ngga ngajak aku sekalian? Kenapa aku ngga ikut mereka aja"

Alda memeluk erat Alena, "Jangan ngomong gitu, kan ada Kakak"

"Maaf, maafin aku"

"Engga, kamu ngga salah kok, tenang aja. Kita lewatin ini semua bareng-bareng, okey?"

Netra dan Lukanya (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now