13 - ITU KECELAKAAN BUKAN SEBUAH KESENGAJAAN

242 28 2
                                    

"Alena, yang donorin matanya buat kamu itu bukan orang asing. Kak Alda, kakak kamu sendiri yang sudah donorin matanya"

Hati kecil Alena sangat teriris mendengar ucapan Netra. Tangisannya pecah sore ini.

"Kak netra kenapa biarin hal ini terjadi? Kenapa Kak Netra ngga ngelarang Kak Alda?" Alena mulai naik pitam, wajahnya memerah. Menahan tangis dan juga amarah membuat napasnya terengah-engah.

"Ini keinginan terakhir kakak kamu. Aku ngga berhak buat menolak hal itu"

"Iya tapi Kak Netra kan tahu kalau di hidup ini aku cuma punya Kak Alda. Terus sekarang kalau Kak Alda ngga ada aku sama siapa?!" Alena menggunakan telapak tangannya untuk menahan isakan.

Netra terdiam,ia juga tak bisa membayangkan jika harus ada di posisi Alena sekarang.

"Kalau aku tahu hal ini lebih baik aku ngga nglakuin operasi itu. Aku ngga akan bisa ngelihat lagi,dan aku ngga akan kehilangan Kak Alda"

"Kenapa sih dari dulu aku egois banget. Kamu jahat Alena, kamu jahat!!" ucap Alena sambil memukul-mukul kepalanya sendiri

"Heii Alena udah!! Udah ya" Netra menghentikan tindakan Alena.

Netra mencoba merangkul tubuh gadis itu. Namun Alena sudah terlanjur marah, ia melepaskan tangan Netra dan mendorongnya.

"Aku kecewa sama Kak Netra"

Alena berlari meninggalkan Netra sambil menahan isakannya. Siapa yang tidak terluka jika berada di posisi Alena saat ini. Netra sengaja membiarkan Alena pergi meninggalkannya, mungkin saat ini Alena sangat membutuhkan waktu sendiri.

****


Alena membuka pintu rumah dengan keras, tubuhnya lunglai. Ia terduduk lemas dengan pipi yang masih terbanjiri air mata. Bi Inah yang melihat hal itu langsung berlari dan menghampiri Alena.

"Non Alena kenapa Non?" tanya Bi Inah

"Bibi kenapa ngga bilang sih kalau yang donorin matanya buat Alena itu Kak Alda!!" Alena menatap Bi Inah begitu dalam

"Maafin Bibi Non, Mas Netra yang nyuruh Bibi untuk tutup mulut"

"Tutup mulut Bibi bilang? Bibi ngga tau apa yang Alena rasakan saat ini, rasa penyesalan atas kejadian bulan lalu saja belum hilang. Tapi sekarang? Sekarang Kak Alda juga harus pergi gara-gara aku" sekuat apapun Alena berusaha menahan amarah dan tangisannya pun percuma, dua hal itu tak dapat dikendalikan

"Kepergian Non Alda itu takdir, bukan salah Non Alena"

"Tetap saja, semuanya merujuk pada pernyataan bahwa aku adalah gadis pembawa sial. Alena salah apa ya Bi? Sampai-sampai orang yang ada di sekitar Alena jadi kena sial seperti ini" ucapnya getir

"Non Alena ngga salah apa-apa. Rejeki, jodoh, maut semuanya sudah ada yang ngatur. Jangan pernah nyalahin diri Non Alena sendiri!!" Bi Inah mencoba menguatkan Alena

"Bi Inah ngga akan ngerti perasaan Alena karena Bi Inah ngga ada di posisi Alena. Bi Inah sama Kak Netra itu sama aja ya. Sama-sama ngga ngerti betapa sakitnya rasa penyesalan!!"

Alena berlari masuk ke dalam kamar, ia membanting pintu kamarnya begitu keras. Tidak ada hal lain yang bisa dijadikan pelampiasan amarahnya saat ini.

Ia melihat sebuah foto yang berada di atas meja belajarnya. Sebuah foto berisikan sebuah keluarga dengan 2 anak yang nampak harmonis nan ceria.

Argabirata Family, keluarga yang dulu terkenal akan keharmonisannya, kini semua lenyap. 3 dari 4 anggotanya telah pergi, pergi sangat jauh dan meninggalkan satu anggotanya seorang diri.

Netra dan Lukanya (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now