12 - ORANG BAIK ITU TIDAK ASING

228 27 0
                                    

Alena membuka matanya pelan, secara perlahan pula ia melihat sinar yang terpancar dari lampu ruang kamar rawatnya. Semakin besar ia membuka matanya semakin banyak sinar terang yang ia lihat.

Terlihat sangat terang bagi Alena, mungkin saja itu karena sudah lama ia tak bisa melihat. Sudah lama pula tak ada sorot cahaya yang menghampiri kedua matanya.

"Bagaimana Alena?" tanya Dokter itu

Alena memutar pandangan mengelilingi ruang itu, "Saya sudah bisa melihat lagi Dok" ucapnya sambil tersenyum

"Alhamdulillah Ya Allah!!" seru Bi Inah, ia sangat bersyukur saat ini Alena bisa kembali melihat

"Syukurlah, saya ikut senang mendengarnya. Kalau begitu saya tinggal dulu ya" Dokter itu keluar dari ruangan, diikuti dengan beberapa suster

"Non Alena..!!!!" Bi Inah memeluk Alena dengan girang, "Akhirnya sekarang Non Alena udah bisa lihat lagi!!"

"Iya Bi, Alena juga seneng banget. Oh iya gimana Kak Alda dan Kak Netra? Udah ada balasan?"

Ceklek...

Suara itu berasal dari pintu kamar rawat Alena yang sedikit terbuka. Muncul sosok pria berkulit putih dengan postur tubuh tinggi tegap dari balik pintu.

Alena menatap pria itu sangat dalam, firasatnya mengatakan bahwa pria yang sedang berdiri di pintu itu adalah Netra. Tapi apa itu benar Netra? Bagaimana jika itu hanya orang lain yang salah masuk kamar?

Bahkan pesan darinya saja belum mendapatkan sedikit pun jawaban dari Netra.  Tapi kalau bukan Netra lalu pria itu siapa?

Pria itu berjalan mendekati Alena yang masih ternganga melihat kedatangannya.

"Kenapa melihatku sampai begitu?"

Suaranya, Alena sangat mengenali suara berat itu. Benar, pria yang sedang berdiri di dekatnya kini memang Netra. Seseorang yang mengulurkan tangan dan menarik Alena dari sisi kegelapan yang menyelimuti kehidupannya.

"Kak Netra?!" tanya Alena terus menatap pria itu, ia ingin memastikan bahwa pria yang bersamanya kini benar-benar Netra, bukan orang lain.

"Iya ini aku, Netra. Kenapa kamu kayak kebingungan gitu sih?"

"Bi, ini benar Kak Netra? Bukan orang lain kan?" tanya Alena pada Bi Inah yang masih berada di ruang yang sama dengannya.

"Iya Non, ini Mas Netra yang sering datang ke rumah dan nganterin Non Alena" jawab Bibi

"Kenapa? Ngga percaya? Beda ya sama ekspetasi kamu?"

"Engga kok, siapa yang bilang kayak gitu. Alena cuma kaget aja, kan ini pertama kali Alena lihat kakak" Alena tersipu malu di hadapan Netra, jika biasanya Alena hanya mendengar suaranya, kini ia bisa langsung menatap wajahnya.

"Ganteng ya Non, cocok kalau sama Non Alena" rayu Bibi

"Bi Inah apaan sih" pipinya semakin memerah

****


Sore ini Netra mengajak Alena jalan-jalan di taman Rumah Sakit tempat Alena melakukan operasi Donor Mata. Hal ini dilakukannya agar gadis itu tidak merasa bosan. Terbekap dalam kamar rawat yang hanya bisa menatap dinding rumah sakit pasti membuat kita mudah bosan.

"Kak Netra..." panggil Alena

"Hmm?!"

"Kak Netra tahu ngga siapa yang udah donorin matanya buat aku?"

Ekspresi wajah Netra seolah-olah menunjukkan bahwa ia kebingungan menjawab pertanyaan itu. Nampak ada yang disembunyikan.

"Iyaa tau" jawab Netra tergesa gesa

Netra dan Lukanya (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang