Chapter 6

46.9K 2.8K 254
                                    

Harry benar-benar menepati janjinya pada Jenna. Buktinya, selama seminggu penuh ini, Harry selalu ada untuk Jenna. Selalu berada di sisi Jenna.

Mulai dari menemani Jenna untuk berwisata kuliner di daerah London, lalu menuruti permintaan konyol Jenna, kemudian benar-benar menjaga serta melindungi Jenna, dan akhir-akhir inipun Harry sering menginap di frat Jenna, alasannya adalah akhir-akhir ini kondisi Jenna sangat mengerikan.

Ya, sangat mengerikan.

Mulai dari, Jenna yang histeris melihat sesuatu secara tiba-tiba, seperti berteriak saat melihat cahaya yang terlalu terang, berteriak melihat pintu kamar mandi yang tertutup, berteriak saat rintik hujan menerpa permukaan kulitnya, padahal setahu Harry, Jenna begitu menyukai hujan tapi mengapa akhir-akhir ini dia bertingkah aneh seperti itu?

Selain itu, yang membuat Harry semakin khawatir, Jenna sering sekali ilusi ataupun berhalusinasi jika sedang sendiri, dan itu membuat Harry tidak mau meninggalkan Jenna sendirian. Melihat tingkah Jenna yang berhalusinasi seperti orang tidak waras itu membuat Harry merasa sedih sendiri. Jenna juga sering sekali melupakan kegiatan-kegiatan kecil, seperti dia melupakan letak kamarnya, dia melupakan letak rumahnya sehingga pernah ia tersesat hingga larut malam, dan itu membuat Harry harus mencari-carinya hingga kesana-kemari dan syukurlah Jenna bisa Harry temukan, dia juga melupakan semua materi mata pelajaran di sekolah dan itu membuat Jenna tidak mau bersekolah lagi, ia takut jika ia di bully oleh teman sekelasnya lagi. Dan yang paling membuat Harry sakit, Jenna kadang kala melupakan namanya.

Ya. Jenna. Melupakan. Nama. Harry.

Bahkan, dia juga kadang memanggil Harry dengan nama Zayn.

Entahlah, entah apa yang sedang terjadi pada Jenna. Harry benar-benar berpikir keras akan itu.

Setiap ia menanyakan keganjalan itu, Jenna selalu menjawab “Harry, aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, see?” ucapnya dengan senyuman dan wajahnya yang dibuat seceria mungkin.

Tapi, Harry tidak akan percaya begitu saja. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan olehnya. Dan Harry harus mengetahui itu.

***

Langit senja tersenyum dibalik awan. Gadis yang kini duduk di kursi berwarna putih itu tengah sibuk menuliskan serentetan kenangan manisnya bersama lelaki yang sedang asik bermain dengan skateboardnya disana.

Setelah selesai, ia memandangi buku diary yang diberikan oleh ibunya dahulu. Ia membuka perlahan halaman demi halaman hingga pada halaman terakhir yang baru saja ia tulis, ia menatap satu-persatu foto yang ada di dalam diarynya. Ada beberapa foto yang terpajang di dalam diarynya tersebut. Tentunya, foto-foto orang yang paling berjasa dan paling ia sayangi di hidupnya. Ada foto kedua orang tuanya, lalu foto Kelvin, kakaknya. Kemudian, ada foto—Zayn? Dan, ada foto Audrey yang berpose lucu bersama dengan dirinya. Serta, yang terakhir–foto candid Harry yang ia ambil secara diam-diam.

Ia tersenyum lebih lebar memandangi foto-foto tersebut. Lalu, pandangannya teralih pada lelaki yang sedang beraktraksi dengan lincahnya disana.

“Ayo, Harry!!” Jenna menyemangati Harry layaknya seorang cheersleader. Harry hanya sedang berlatih skateboard untuk menghabiskan waktu sorenya, namun Jenna begitu menyemangati Harry layaknya Harry sedang bertanding skateboard.

Harry hanya menggangguk disana, kaki kiri Harry mulai menggesek-gesek aspal dengan cepat, sementara kaki depannya ia letakkan diantara truck skateboard dengan tengah skateboard.

Lalu, dengan lincahnya Harry melakukan Ollie.

Ia melompati beberapa kursi disana. Melewati beberapa penghalang didepannya, dan lagi-lagi ia melakukan Ollie disertai dengan lompatan tingginya.

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang