Chapter 8

42.1K 2.6K 133
                                    

Zayn kini tengah fokus menonton film yang Audie putarkan sebelum kedatangan Zayn kemari, sedangkan Harry memilih untuk membuat minuman yang menghangatkan tubuhnya, mengingat cuaca di London saat ini cukup dingin. Sementara, dua lelaki itu tengah berkutat pada aktivitas masing-masing, tiba-tiba, suara decitan pintu terdengar, memunculkan seorang gadis dengan balutan sweater cokelat serta hotpans berwarna putih yang ia gunakan.
Gadis itu-dengan ragu-ragu, menghampiri Zayn yang tengah duduk di sofanya.

Hening.

Gadis itu telah mendaratkan bokongnya di sofa, tepat di sebelah Zayn. Tetapi, keduanya tetap bungkam. Tidak ada yang berbicara, dan itu sangat awkward.Suasana canggung sangat amat mendominasi saat ini.

Sampai, Harry datang dari arah dapur dengan segelas cangkir di tangan kirinya, lalu dengan tidak sopannya-Harry mengganti film yang sedang di tonton oleh Zayn dengan siaran tinju favoritnya.

“Shit, kau mengangguku!” desis Zayn

Harry tidak menggubris ucapan Zayn yang terkesan kesal akan sikapnya. Dia tetap menonton dengan fokus apa yang menjadi siaran favoritnya saat ini.

Merasa tak di respon oleh saudara tirinya sendiri, pandangan Zayn beralih pada Jenna, “Apa yang kau lakukan dengan dia tadi, Jen?”

Jenna tersentak, Jenna menatap Zayn dan Harry bergantian, “Hm, tidak melakukan apa-apa, Harry hanya-”

“Berhenti menanyakan sesuatu yang bukan urusanmu!” sela Harry, lalu Harry menatap Jenna sesaat tanpa menatap sedikitpun sosok saudaranya tersebut, lalu pandangannya kembali terfokus pada televisi.

Well, jadi? Dia yang menempatkan posisi itu, Jen?” tanya Zayn

Jenna mengernyitkan dahinya, “Maksudmu?”

“Oh, ayolah, masa kau lupa? Posisi dimana 'kau akan menemukan seseorang yang akan menjadi alasanmu untuk terus bertahan karena keadaanmu sekarang.'” ucap Zayn mengulangi perkataannya sekitar sebulan yang lalu-saat Jenna-pertama kalinya mengunjungi Zayn-semenjak hubungan mereka kandas begitu saja. Mengunjungi Zayn dalam arti, Jenna ingin memeriksa keadaan dirinya yang menurutnya aneh itu. Zayn juga lebih memilih menggunakan kata keadaanmu daripada penyakitmu.

“Oh, yang itu..” gumam Jenna, sejujurnya-dia tidak ingat jika Zayn pernah mengatakan itu padanya, “Hm, kurasa, ya.”

Zayn terkekeh disana, lalu pandangannya beralih pada Harry yang sedang menonton televisi yang berjarak tidak terlalu jauh dari tempat Zayn dan Jenna.

Sesungguhnya, Zayn begitu menyayangi Harry. Sebagaimana, Zayn menyayangi saudara kandungnya sendiri. Dan kalau boleh jujur, Zayn juga ingin terlihat akrab dengan Harry. Mendebatkan hal-hal kecil, mengerjakan aktivitas bersama-sama, saling berbagi ilmu pengetahuan, dan hal-hal lainnya. Tapi, sikap Harry yang terlalu dingin padanya itu seakan membunuh harapan kecilnya secara serentak. Harry benar-benar dingin padanya. Entah apa sebabnya, yang dia tahu-setelah keluarganya dan keluarga Harry bersatu, Harry mulai menjauhinya dan mungkin juga, membencinya?

“Zayn, Harry pernah mengatakan padaku bahwa kau sangat hebat!” ucap Jenna tiba-tiba, Zayn tersentak lalu menatap gadis di sampingnya ini. “Iya, Harry bilang begitu padaku. Katanya, kau hebat bisa mengatasi segala macam perilaku pasien-pasienmu.” Zayn tersenyum tipis sekilas mendengarnya.

“Dan, ku akui, aku juga sependapat dengan Harry.” ucap Jenna mengakhiri ucapannya. Memang, Harry tidak pernah mengatakan semua itu pada Jenna, selama bersama Jenna-Harry sama sekali tidak pernah menyinggung tentang Zayn pada percakapan mereka. Tapi, yang Jenna lakukan itu semata-mata ingin menghibur Zayn. Lihatlah, tatapan Zayn yang begitu memilukan ketika menatap Harry. Jenna tidak tega melihat Zayn seperti itu. Mengingat, hubungan Zayn dan Harry memang tidak baik.
Maka dari itu, Jenna membuat drama kebohongan ini.

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang