Chapter 22

30.6K 1.8K 216
                                    

Aku membuka pintu kamarku, lalu berjalan terhuyung-huyung menuruti setiap anak tangga. Aku merasa kepalaku berdenyut hebat karena hampir semalaman aku tidak tidur, tidak bisa tidur, lebih tepatnya. Aku sudah melakukan berbagai cara agar aku bisa tidur dengan nyenyak, seperti aku menghitung domba berbulu putih sampai seratus jumlahnya yang mana malah membuat bibirku kering dan pegal, aku juga dengan tidak tahu malunya meminta Niall mendongengkan salah satu legenda yang menarik, tapi na'asnya, bukan aku yang tertidur tetapi malah Niall. Ini pasti karena pikiranku begitu terpusatkan pada Harry beserta pertengkaran konyolku dengannya, yang mana hal itu terus-menerus menghantuiku dan membuatku gila. Ini memang tipikalku, aku mewariskan tipikal dari Kelvin yang mana, aku akan terlalu memikirkan suatu masalah yang menimpaku, baik itu masalah kecil maupun besar sekalipun.

Aku melihat Kelvin sedang bersimpuh di lantai, dengan baju-bajunya yang berserakan. Juga ada beberapa koper besar mengelilinginya. Oke, aku benci mengakui ini, Kelvin sedang mengemasi seluruh pakaiannya, mengingat besok adalah jam penerbangannya menuju Israel karena tuntutan pekerjaan.
Kelvin tersenyum ketika melihatku, lalu ia menunjuk ke arah meja pantry menggunakan dagunya, memberitahuku bahwa sarapanku berada disana. Aku mengangguk mengerti, lalu mengambil sarapanku di meja pantry. Aromanya membuat selera pagiku langsung berkorbar, ini salah satu favoritku, omong-omong.

"Kau mau aku bantu?" aku duduk di samping Kelvin, Kelvin menoleh padaku sesaat lalu menggeleng, kemudian ia kembali sibuk memasukkan segala pakaiannya ke dalam koper.

"Apa yang kau pikirkan, Jen?" suara dari Kelvin tiba-tiba menyentakku yang sedang asik-asiknya menyantap chocolate muffinku. Aku memicingkan kedua mataku, meminta penjelasan.

"Aku tahu, kau tidak bisa tidur semalaman."

"Benarkah? Kurasa aku tidur dengan nyenyak, semalam." aku kembali memakan chocolate muffinku, berusaha bersikap biasa-biasa saja.

"Ayolah, muffinku, kau gadis yang paling mudah untuk di tebak, jadi jangan mengelak dariku lagi." suara Kelvin terdengar lebih serius dan dalam kali ini, ini tentu bukan waktu yang tepat untuk mengelak darinya.

"Baiklah, aku bertengkar dengan Harry dan aku tidak bisa berhenti memikirkan itu," aku mendadak tidak semangat saat menyinggung masalah itu lagi, chocolate muffinku pun sudah tergeletak dengan menggenaskan di atas meja. Napsu makanku mendadak hilang.

"Bagaimana bisa?"

Aku memutar bola mataku malas, seraya menyandar pada dinding yang berada di belakangku, "Ya tentu bisa, Kelv. Kau tahu sendiri masalah anak muda dan--hey! Bagaimana kau bisa tahu kalau aku tidak bisa tidur semalaman? Bukankah kau semalaman penuh tidak berada di frat?"

"Niall yang memberitahuku, dia bilang--"

"Kenapa Niall selalu mengadu padamu?!" aku menyela ucapan Kelvin dengan kesal, setelah kuamati--memang Niall itu suka sekali mengadu pada Kelvin. Dasar.

Kulihat Kelv menyeringai miring, "Aku yang memaksa Niall untuk memberitahu apa yang ia tahu tentangmu dan keseharianmu jika aku sedang tidak bersamamu," Kelv menutup kopernya yang sudah terisi penuh, lalu menoleh padaku lagi, "Biar kutebak, masalah percintaan, benar?"

Oh, ternyata Kelvin masih mengungkit hal itu padahal aku sudah berusaha mengganti topik agar pembicaraan ini tidak berlangsung lama yang mana malah membuatku semakin merasa terpojokkan.

"Ayolah, kau si anak tua--jangan mencampuri urusan anak muda, sepertiku." aku menjulurkan lidahku padanya.

"Kau yakin bisa mengatasinya?"

Ayolah, Kelvin terlalu serius menganggap kebohonganvyang kurancang sedemikian rupa. Aku benci jika seperti ini.

"Aku yakin. Kau tidak perlu khawatir."

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang