Chapter 41

25.1K 1.6K 206
                                    

-JENNA'S POV-

Ketika aku membuka mata pertama kali setelah tidur panjangku, duniaku terasa kosong. Otakku terasa lebih..., hm ringan, mungkin? Aku benar-benar merasa terlahir kembali, aku bahagia. Namun lelaki itu yang mengaku bernama Harry itu justru memperlihatkan kehancurannya ketika aku bertanya siapa dirinya.

"Maaf, kau siapa? Sejak kapan aku berada disini? Kapan aku dilahirkan?"

Aku tidak mengerti kenapa lelaki bersikap sedemikian rupanya, aku juga tidak mengenalnya. Tapi, aku seolah bisa merasakan apa yang ia rasakan. Dadaku bergemuruh nyeri melihat keredupan dari binaran matanya.

Dia terluka.

Dan aku ikut merasakannya.

Hari demi hari telah kulewati, Harry selalu berada disampingku dan juga selalu mengingatkan aku pada peristiwa yang bahkan aku tidak ingat pernah mengalaminya. Harry bilang, aku begini dan aku begitu. Tapi aku tidak ingat pernah bersikap seperti itu.

Semuanya membingungkan.

Sikap semua orang padaku cenderung berusaha mengingatkanku pada sesuatu yang tidak pernah aku alami.

Ini mereka yang gila atau aku?

Sampai akhirnya...

Aku menemukan satu buku catatan, satu buku memo dan polaroid. Aku memutuskan untuk membaca buku catatan itu terlebih dahulu, ketika aku membuka halaman pertama-nama Harry terpampang disana, dengan hiasan kupu-kupu maupun bunga-bunga norak yang mengitari namanya. Mendadak rongga dadaku menyempit, sesak.

Aku membalikkan lembar demi lembar, air mataku tidak dapat terbendung lagi, tangisku pecah ketika membaca sederetan peristiwa yang ada di dalam catatan itu. Meski aku harus berjuang keras untuk bisa membaca huruf perhuruf yang ada yang berujung dengan pelafalanku yang terbata-bata, setidaknya aku mengerti isi yang ada disana.

Didalam buku ini, seluruh peristiwa yang diceritakan oleh Harry tertuang. Bagaimana aku dan ia bertemu pertama kali, bagaimana aku terobsesi dengannya, bagaimana kesakitan yang aku terima kala ia masih terjebak masa lalu, bagaimana ia mulai memperhatikanku sampai akhir dimana aku mulai melupakan satu persatu ingatanku.

"Aku adalah hatimu. Aku adalah ingatanmu."

Kalimat penutup yang ada di akhir buku catatan itu, dan selanjutnya hanya kertas kosong sampai akhirnya ada satu tulisan yang jelas berbeda dengan tulisan sebelumnya tercetak disana, menggambarkan peristiwa mengerikan. Tentang siapa aku, Kelvin dan Erlangga. Tentang aku yang sejatinya tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini.

Aku meringis dalam gelap, pencahayaan yang sedari tadi menerangiku dengan bringasnya aku hancurkan. Aku kesal, aku marah, aku merasa gagal tidak bisa mengingat apa yang seharusnya aku ingat. Aku tidak bisa mengingat peristiwa yang ada.

Ingatanku hanya mentok disaat aku terbangun sebagai manusia baru yang tidak tahu apa-apa.

Aku meremas pakaian yang kugunakan, menyuarakan apa yang menghimpit dadaku, meneriakkan kesakitan yang menerpaku namun sekedar untuk mengeluarkan suarapun aku tidak bisa. Bahkan isak tangisku pun tanpa suara.

***

Aku tertegun kala mobil Harry berhenti dijalanan besar seperti ini. Jalanan ini sepi, nyaris kosong karena sudah terlalu larut malam. Dari apa yang kulihat, entah kenapa, atau hanya perasaanku saja, tempat ini sama persis seperti apa yang aku ceritakan di dalam buku catatanku, dulu. Dan bahkan aku bisa mengingat apa yang baru saja aku baca tadi.

Tempat ini, benarkah tempat pertemuan pertamaku bersama Harry?

"Ini tempat dimana kau dan aku bertemu untuk yang pertama kalinya."

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang