Chapter 32

25K 1.8K 190
                                    

Harry membawa Jenna ke rumah sakit saat tahu Jenna sudah mendadak pucat di samping mobilnya. Peluh demi peluh Harry mencuat membasahi pelipisnya, selama di perjalanan Jenna mendadak panas tinggi dan menggigil, membuat tangan Harry terus bertaut erat mengisi ruas jari-jari Jenna yang menghangat.

Harry mengumpat tiada henti saat ia diperintahkan untuk menunggu di luar, sementara Jenna sedang ditangani di dalam ruangan sana oleh Zayn. Harry bergerak gelisah, napasnya bertubrukan satu sama lain dan jantungnya berdebar cepat.

Kondisi Jenna memang tidak stabil semenjak peristiwa mengerikan itu, Harry hanya takut memori gadis itu semakin terkuras habis termakan Alzheimer. Mengingat tingkah akhir-akhir Jenna ini sama persis dengan apa yang Harry baca di internet beberapa minggu yang lalu.

"Harry?"

Harry mendongak, lalu menunduk kembali.

"Jenna masuk rumah sakit lagi?" gadis itu duduk di samping Harry, matanya menatap raut wajah Harry yang terlihat sangat lelah.

Harry hanya mengangguk lalu mengusap wajahnya dengan jengah. Meski begitu, raut wajah Harry masih terlihat kusut, sarat akan kekhawatiran.

"Kenapa lagi?"

Harry bungkam beberapa detik ke depan, mengangkat wajahnya dan menyandar di punggung kursi, mendongakkan wajahnya keatas seraya menutup kedua matanya.

"Beberapa hari ini--Jenna mendapat kiriman bingkisan yang membuatnya drop seperti itu," Harry menjelaskan, tanpa sadar kedua tangannya sudah terkepal kuat menahan emosi, siapapun pelakunya, Harry tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.

"Bingkisan? Bingkisan macam apa?"

Harry menggeleng, "Aku juga belum tahu pasti apa tujuan pengirim itu melakukannya pada Jenna, Cla. Yang jelas isi bingkisan itu selalu tentang kepingan masa lalu Jenna yang hilang."

Clarie tersenyum di samping Harry, mendengar Harry bercerita panjang lebar seperti itu membuat perasaannya sedikit menghangat. Mengingat terakhir kali mereka bertemu, hubungan mereka tidak begitu baik. Dan meski Clarie harus memancing Harry dengan cara mengungkit masalah Jenna--gadis yang paling tidak dia sukai, Clarie merasa tidak keberatan. Clarie hanya perlu bersabar sedikit untuk saat ini. Iya, sebentar saja.

Clarie hendak membuka mulutnya kalau saja tidak ada Audie yang tiba-tiba muncul dan menarik Harry untuk menjauh dari Clarie. Mulut Clarie mengatup lagi.

"Apa yang kau lakukan, eh?" Harry menghentakkan tangannya ke udara, bermaksud melepaskan cengkraman dari Audie lalu menatap gadis itu tajam.

Audie tampak tidak peduli, Audie malah justru memfokuskan pandangannya ke satu titik di bawah sana, Clarie. Audie mencabik bibirnya kala Clarie mulai mendongak dan menatapnya.

"Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak berbuat macam-macam dengan Jenna, 'kan?" Audie menyelidik penuh, namun Clarie mengelak dan berdiri, menyeimbangi jaraknya dengan kedua manusia di depannya.

Clarie mendengus, "Atas dasar apa kau menuduhku seperti itu? Apa aku terlalu jahat sampai melakukan itu semua?"

"Well, tidak menutup kemungkinan jika kau melakukan semua itu. Mengingat seberapa ularnya tingkahmu."

Darah Clarie naik ke ubun-ubun. Wajah santai Audie benar-benar membuat darahnya mendidih. Kalau saja Harry tidak berada disini, ia pasti sudah menghabisi gadis menyebalkan ini, mencakar wajahnya, menarik rambutnya yang baru saja di cat kecokelatan atau melucuti pakaiannya satu persatu. Sayangnya untuk saat ini Clarie hanya bisa memendam hasratnya tersebut.

"Harry.." Harry, Audie dan Clarie menoleh ke sumber suara. Tampak Zayn baru saja keluar dari ruangan Jenna. Harry yang tampak sadar lebih dulu dan menghampiri Zayn, menanyakan keadaan Jenna dan segala tata bengek yang lainnya.

Alzheimer DiseaseWhere stories live. Discover now