Chapter 16

34K 2.3K 528
                                    

Dengan seuntai senyuman tipis yang menampilkan lesung pipinya yang menawan, Harry pun menghampiri salah satu mobil yang menjual aneka ice cream. Berniat ingin membelikan salah satu ice cream itu pada Jenna. Baru saja ia ingin memesan, sesosok gadis mampu menyorot perhatiannya.

Gadis itu dengan teman sebayanya. Sedang tertawa di tepi jalanan aspal. Tanpa sadar, Harry pun ikut tersenyum melihat sang pujaan hati berbahagia seperti ini. Tidak dapat dipungkiri, bahwa Harry masih mencintainya. Tidak mudah menghapus perasaan yang sudah bersarang lama dihatinya. Tidak mudah.

"CLARIE!" Harry berteriak histeris kala melihat Clarie tiba-tiba saja tersungkur ke jalanan aspal ketika sedang bercengkrama dengan Zee. Tanpa membuang waktu lagi, Harry langsung berlari dengan tergesa-gesa. Melihat Clarie seperti itu membuatnya benar-benar kalap sendiri.

"Clarie," Harry merangkup setengah badan Clarie dipangkuannya. Sementara mata Clarie merem-melek menahan sakit yang mendera kaki serta tulang belakangnya, "Clay, kau bawa obatnya?"

Clarie mengangguk. Langsung saja Harry merogoh segala saku celana jeans yang dipakai oleh Clarie karena gadis ini tidak membawa tas sama sekali.
Setelah menemukan apa yang ia cari, Harry meminta kepada Zee sebotol air mineral dan syukurlah Zee membawanya. Dengan cepat Harry mengeluarkan dua butir obat ke telapak tangannya. Lalu membantu Clarie meminum obatnya.

"Bagaimana? Merasa lebih baik?" tanya Harry, pandangannya meredup.

"Tulang belakangku masih sakit, Harry." Clarie meringkuk manja, membenamkan wajahnya ke perut Harry seraya melingkarkan kedua tangannya di pinggang Harry.

"Dokter sudah memperingatkan untuk tidak usah beraktivitas diluar kalau tidak penting. Kau saja yang nakal, makanya kambuh seperti ini." Harry mengacak-acak rambut Clarie yang sedang dalam pangkuannya tersebut. Terbesit rasa nyaman disana. Sudah lama ia tidak merasakannya. "Kau tidak tahu seberapa khawatirnya aku ketika melihatmu terjatuh seperti tadi."

Sementara Zee hanya memandang Harry dan Clarie jengkel. Dua-duanya begitu naif menurut Zee, terlebih Clarie. Walaupun Clarie sahabatnya, Zee tetap tidak suka dengan sikap egois Clarie tentang hal yang menyangkut Harry. Memang, Clarie memang akan sangat egois akan hal itu.

"Aku kasian dengan Jenna dan Erlangga. Mereka mencintai orang yang salah." Zee bergumam pelan seraya menyungingkan senyuman mirisnya.

"Harry, hari ini aku ada jadwal terapi." kata Clarie seraya bangkit dari tidurnya di pangkuan Harry, memandang Harry dengan puppy eyesnya.

"Jadi? Kau memintaku untuk menemanimu begitu?" Harry tersenyum jahil

"Iyaaa," Clarie menarik hidung Harry gemas, "Ayolah, mau ya? Sekali saja. Aku bosan jika Zee atau Erlangga atau Dad yang selalu menemaniku terapi."

Harry tampak berpikir sejenak. Namun Clarie langsung memasang wajah cemberutnya, menekuk wajahnya dalam-dalam. Membuat Harry tergelak beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk dan dihadiahi pelukan dari Clarie.

"Terimakasih!" bisiknya tepat ditelinga Harry

"Apapun. Apapun yang membuatmu bahagia--akan kulakukan." bisik Harry tepat di telinga Clarie.

Setelah itu Harry dan Clarie beranjak dari duduknya. Harry membersihkan celananya dari beberapa rumput yang menempel. Sedangkan Clarie sedang berbicara dengan Zee. Sepertinya Clarie meminta Zee pulang lebih dulu.

"Aku pulang dulu. Selamat bersenang-senang." dan benar, Zee pamit pada Clarie dan Harry.

Harry dan Clarie pun mengangguk seraya berjalan menuju taksi yang kebetulan lewat di sekitar mereka. Harry membuka pintu taksi untuk Clarie, mempersilahkan Clarie masuk lebih dulu lalu dilanjutkan olehnya. Kemudian taksi yang membawa mereka melesat.

Alzheimer DiseaseWhere stories live. Discover now