Chapter 33

25.1K 1.6K 81
                                    

Harry sudah siap dengan seragam khas Xtc, tanpa dasi dan tanpa rompi. Hanya kemeja putih dan celana panjang merah kotak-kotak. Harry menatap bayangan dirinya di cermin, bayangan itu terlihat berantakan. Matanya yang membengkak karena kurang tidur, bulu-bulu halus yang memenuhi rahangnya yang tegas serta rambutnya yang sudah mulai memanjang.

Harry melengus.

Mengambil pencukur yang biasa ia gunakan dan mencukur bulu-bulu halus di sekitaran rahangnya dan Harry juga berniat untuk memangkas rambutnya sedikit setelah pulang sekolah nanti.

Sekiranya sudah selesai, Harry menyandang tas ransel hitam miliknya dan menjinjing sepasang sepatunya.

Ini saatnya, ini kesempatannya, batin Harry.

Langkahnya semakin mantap kala mengingat alasan dibalik keputusan yang hampir dijalaninya saat ini. Senyum Harry merekah.

***

“Bagaimana keadaanmu?” Jenna duduk di samping bangkar Kelvin, menatap Kelvin yang sudah menatapnya lebih dulu.

Karena Harry tidak kunjung menjenguk Jenna di ruangannya, maka Jenna memutuskan untuk menjenguk Kelvin sejenak, sekalian membunuh perasaan bosan gadis itu.

“Tidak baik-baik saja.”

Wajah Jenna berubah khawatir, “Um yeah, aku tahu.”

“Kau ingat aku?”

Jenna mengangguk.

Kelvin memelankan suaranya, “Kau ingat aku sebagai siapamu?”

“Kakakku. Siapa lagi?”

Kelvin menghela napas lega, setidaknya biarkan semuanya mengalir seperti ini. Sebaiknya, gadis itu tidak perlu tahu kalau di antaranya dan Jenna tidak memiliki ikatan darah.

“Lalu Harry?”

Alis Jenna bertaut, “Apa maksudmu dengan Harry?”

“Kau masih mencintainya?”

Jenna diam sejenak. Dia mencintai Harry? Jika gadis itu berkata iya, apa yang akan terjadi? Apa Harry juga mencintainya? Seingat gadis itu, Harry masih terjebak di masa lalu bersama gadis yang meninggalkannya.

“Tetaplah bersama Harry. Aku tidak bisa mengawasimu setiap saat layaknya Harry dan aku tidak bisa menjagamu seperti Harry. Apapun yang terjadi, tetaplah bersama Harry sekalipun aku sudah pergi,”

Jantung Jenna mencelos. Entah kenapa permintaan Kelvin terlalu menohok hatinya, mata gadis itu menatap Kelvin linglung selama beberapa detik ke depan. Berulang-ulang kali mencerna ucapan dari Kelvin dan sekarang gadis itu tampak susah merespon ucapan Kelvin. Gadis itu tidak menemukan kata-kata yang pas, otaknya tersedat.

Dan memang dua hari belakangan ini, Jenna terlihat lambat dalam berinteraksi dengan seseorang, lambat dalam merespon percakapan lebih tepatnya.

“Memang kau mau kemana sampai kau tidak bisa menjagaku?”

Kepala Jenna pening bukan main, menemukan segelintir kalimat untuk merespon ucapan Kelvin sungguh menguras kinerja otaknya. Ia harus bekerja extra untuk itu.

“Aku tidak kemana-mana. Aku tetap disini.”

“Kalau begitu, kau juga harus menjagaku. Kau pikir, Harry bisa melakukan semuanya? Dunia Harry tidak semuanya untukku dan tentangku. Aku juga butuh kau di sisiku, Kelv. Aku butuh kau. Aku butuh ... Kalian.”

Jenna menautkan tangannya ke ruas-ruas jari Kelvin lalu menggenggamnya erat. Ia butuh ketenangan untuk gejolak hatinya yang tiba-tiba berderu-deru ganas seperti ini. Rasanya ... Cukup menyesakkan.

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang