Prolog

13.9K 1.1K 100
                                    

Siang hari itu, ketika matahari sudah mulai meninggi di puncak primanya, seorang gadis terlihat tergesa-gesa keluar dari taksi yang mengantarkannya menuju sebuah kantor developer bernama Anata Design Inc Architect And Build.

Perintah sang ayah yang meminta dirinya agar segera mengantarkan berkas dokumen yang tertinggal di rumah dengan waktu yang terdesak, membuat gadis itu dengan setengah berlari memasuki kantor itu.

"Siang, Tante. Aku disuruh Papa antar dokumen yang ketinggalan, nih," infonya pada resepsionis yang sedang bertugas.

Resepsionis itu langsung menyapa dengan ramah. "Siang juga, Lio. Langsung naik aja, ya. Papa ada di ruangannya."

Gadis itu mengangguk. Dengan secepat mungkin dia berlari mengejar lift yang kebetulan sedang terbuka.

"Om, tahan liftnya, Om," teriaknya saat pintu lift akan tertutup.

Pemuda yang berada di dalam lift dengan spontan menekan tanda open, hingga pintu lift kembali terbuka.

"Makasih, Om," ucap gadis itu setelah pintu lift kembali tertutup bersama dirinya berada di dalamnya.

Liora menarik napas panjang dan mulai mengatur napasnya yang tidak beraturan. Cuaca Bandung yang sangat terik pada siang hari itu, membuatnya sampai keringatan dan kehausan.

"Ya ampun, haus banget, sih!" ujarnya, bicara pada diri sendiri tanpa memedulikan pria yang berada satu lift dengannya.

"Kantor punya bapak gue ini!" Begitulah pikirannya.

Tanpa diduga olehnya, tiba-tiba saja pria itu mengasongkan botol air mineral dingin dengan segel yang masih tertutup rapat.

"Minum aja. Kelihatannya kamu haus banget."

Liora tidak lantas bereaksi. Gadis itu tengah memindai pemuda di sebelahnya. Ada beberapa karyawan ayahnya yang dia kenal, tapi, sepertinya dia tidak pernah mengenal pemuda itu.

Tatapannya menjelajah dari mulai sepatu pantofel kekinian berbahan suede yang dikenakan pemuda itu, celana bahan model skinny fit, serta kemeja lengan panjang yang tangannya digulung hingga sikut, dan ketika tatapannya mengarah ke wajah laki-laki itu, Liora tidak bisa memungkiri jika pemuda itu memiliki paras yang enak dipandang.

Karakter wajahnya terlihat manis dengan inner handsome yang membuat laki-laki itu terlihat begitu menawan. Kulitnya cokelat tembaga, sehingga membuatnya terlihat semakin manly. Dengan mudahnya Liora menilai secara fisik pemuda itu masuk dalam daftar boyfriend material yang dia idam-idamkan.

"Tenang aja, ini masih baru, kok. Belum saya minum sama sekali."

Ucapan laki-laki itu membuat Liora kembali memfokuskan pikirannya yang sudah melantur terlalu jauh. Sebelum menjawab, Liora diam-diam melirik name tag yang melingkari leher pemuda itu dan membaca sebaris nama yang tertera di sana;

Raka Satria Galendra
Divisi Render

"Makasih, Om," ucap Liora sambil menerima botol air mineral yang diasongkan Raka.

"Emangnya saya kelihatan setua itu sampai kamu panggil 'om'?"

Liora meneguk air mineralnya lebih dulu sebelum menyahut, "Terus harus panggil apa, dong?"

"Raka aja cukup."

"Ih, nggak sopan. Umur Om, kan, lebih tua dari aku."

Raka terkekeh. "Kamu mau magang?" tanya Raka, membuat Liora hampir tersedak air yang sedang dia teguk.

Dari sudut mata, Liora kembali memperhatikan Raka dan yakin jika pertanyaan Raka bukan gurauan semata. Sepertinya pemuda itu memang belum tahu siapa dirinya.

"Iya, aku mau magang di sini," jawab gadis itu sekenanya.

"Kok langsung ke lantai atas? Bagian SDM itu ada di lantai bawah. Dari lobi harusnya kamu lurus aja."

"Aku udah ke sana, kok. Terus aku disuruh langsung ke atas, ketemu sama Pak Nata." Liora mulai mengarang bebas.

Raka mengernyitkan dahi, bingung. Dalam hatinya bertanya-tanya, tumben sekali ada anak magang yang langsung diberi akses untuk menemui pemilik perusahaan. Namun, Raka urung menanyakan lagi hal itu. Dia berpikir mungkin gadis itu memiliki koneksi sehingga bisa langsung bertemu dengan atasannya.

Tidak lama setelah itu, pintu lift terbuka di lantai tiga, lantai yang Raka tuju. Sebelum keluar, Raka kembali menoleh kepada Liora. "Kayaknya kita belum kenalan. Nama kamu siapa?"

"Liora."

"Saya Raka dari divisi render. Semoga betah magang di sini."

Dengan pipi merona khas anak remaja yang masih malu-malu kucing, Liora mengangguk. "Makasih. Makasih juga buat air mineralnya."

Raka melayangkan senyum yang membuat wajahnya terlihat semakin menawan. "See you when I see you, Liora."

Liora bisa merasakan wajahnya semakin memanas setelah mendengar ucapan Raka. Dan pintu lift pun tertutup, meninggalkan Liora yang tengah mematung di dalam lift yang kosong.

"Raka." Bibirnya mengucap, mencoba mengunci ingatannya akan satu nama itu.

****

Lanjut nggak nih?

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now