Keping Dua Puluh Satu

4.4K 657 40
                                    

Hari itu adalah hari pertama orientasi pelajar asing di kampus. Liora berdiri dengan kebingungan di antara kumpulan para mahasiswa baru yang berdatangan dari berbagai negara seperti dirinya. Tidak ada satu orang pun yang ia kenal. Dan lagi, dia bukan jenis orang yang mudah memulai obrolan dengan orang asing, sehingga membuatnya merasa tersesat di antara banyaknya orang yang tidak ia kenali.

Untung saja di tengah situasi itu ada seseorang yang menyadari keberadaannya dan berinisiatif menegurnya. "You look lost. Can I help you with anything?"

Liora menoleh hanya untuk menemukan keberadaan seorang bule ganteng menurut kriterianya. Pria itu berdiri di sampingnya dengan tinggi badan menjulang. Liora sampai harus mundur dua langkah agar bisa menatap wajah pemuda itu, karena postur tubuhnya yang jauh lebih tinggi sehingga membuat Liora harus mendongak. Ketika ia melirik stempel yang ditempelkan di dada kiri cowok itu, ada nama 'Andrew' tersemat di sana sebagai identitasnya.

"I'm Drew, by the way. What's your name?" ujar laki-laki itu.

"Hey, I'm Liora."

Cowok bernama Andrew itu melirik papan nama yang dipegang Liora. "Oh, kamu dari Indonesia."

Sudah pasti ucapan cowok itu membuat Liora terkejut. Pasalnya, cowok itu terdengar fasih bicara bahasa Indonesia, tapi tidak kelihatan seperti orang Indonesia pada umumnya. Terlebih, laki-laki itu punya rambut pirang dan bola mata biru yang jauh dari ciri-ciri fisik orang Asia.

"You speak bahasa?" tanya Liora, masih di tengah keterkejutannya.

Cowok itu menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi serta lesung pipi yang membuatnya terlihat semakin memikat. "Orang tuaku tinggal di Bali. Ibuku asli sana dan papaku dari Norwegia," ungkap Drew.

"Ah, I got it," balas Liora sambil mengangguk-anggukan kepala. "Pantas aja bahasa Indonesia kamu fasih banget."

"Thank you. Anyway, kamu nggak punya kenalan siapa pun di sini?"

"Nggak ada. Kenalan paling dekat cuma ada sahabatku yang tinggal di Edinburgh."

"Kalau gitu, welcome to Cambridge University," ucap Drew sambil senyum. "Aku merasa beruntung bisa jadi teman pertama kamu di sini."

Liora tertawa renyah. "Aku juga beruntung karena ada kamu. Dari tadi aku bingung karena nggak tahu harus ngapain."

"Just call me if you need anything, okay?"

"Thank you for your careness, Drew. What a really kind of you."

"Don't mention it. Ayo, sekarang kita kenalan dengan anak-anak PPI* yang lain."

Liora mengangguk detik itu juga. Tanpa bisa dicegah, sebuah kenyamanan menelusup dalam hatinya tanpa dia sadari. Mengobrol dengan Drew ternyata menyenangkan. Siapa kira di balik sikap cool-nya, Drew orang yang ramah dan memiliki selera humor yang baik.

Semakin lama mereka semakin dekat, hingga tanpa mereka sadari, sebuah rasa asing tengah melaju, menembus melalui celah hati Drew dengan begitu cepat dan membuat Liora tidak memiliki kesempatan untuk menghindar.

Ketika Drew mulai melancarkan aksi dengan mengajak Liora dating, tanpa pikir panjang Liora langsung menerimanya. Saat itu Liora butuh pelarian dari rasa patah hati setelah kisah cinta pertamanya gagal. Dia pun berharap semoga keberadaan Drew bisa menggantikan posisi Raka di hatinya.

Nyatanya, walaupun hubungan mereka sudah berjalan tiga tahun, keberadaan seorang Drew masih belum mampu menembus kedalaman hati Liora yang selama ini hanya diisi oleh Raka. Bahkan setelah enam tahun berlalu, rasa itu masih sama.

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now