Keping Empat

4.4K 629 90
                                    

Ekor mata Raka tak henti memperhatikan setiap gerak-gerik Liora dari detik pertama gadis itu menginjakkan kaki di lantai tiga, tempat teritorialnya. Sesekali alisnya terangkat sebelah menangkap respon gadis itu pada hal-hal di sekitarnya. Liora terlihat sangat antusias dan penuh rasa penasaran.

Ada yang berbeda dengan penampilan Liora dibanding penampilannya saat mereka bertemu terakhir kali. Outfit dengan kaus Billabong serta celana denim model skinny yang Liora pakai di acara konser, kini berganti one set color atasan blazer dan celana bahan yang rapi.

Begitupun sneaker yang saat ini sudah digantikan high hells model pump yang gadis itu pinjam dari mamanya, dengan model sama persis seperti yang pernah dipakai Megan Markel. Sudah pasti, perubahan itu membuat penampilan Liora terlihat lebih dewasa.

Setelah pertemuan singkat di lobi, Raka sama sekali tidak menduga jika Liora akan ditempatkan sebagai asisten Sarah, PR internal kantor, yang kebetulan letak meja kerjanya berada di lantai yang sama dengannya.

Raka masih belum bisa mencerna dengan baik kenapa gadis itu bisa tiba-tiba pindah divisi seenak jidat. Apalagi setelah hampir satu bulan mereka tidak bertemu, tiba-tiba saja pagi ini dirinya dikejutkan oleh kemunculan gadis itu lagi.

Sebagai perusahaan developer besar yang sifatnya sudah korporat, pembagian tugas kerja di setiap divisi sudah terorganisir dengan baik. Tidak mungkin ada anak magang yang kerjanya menclak-menclok seenak udel.

Emang ini perusahaan punya bapaknya? Teriak Raka dalam hati.

Raka tidak bodoh. Sejak awal pertemuan mereka, Raka menyadari Liora memiliki banyak rahasia yang ia sembunyikan. Gadis itu seperti sengaja menutupi identitasnya. Raka pun enggan bertanya lagi. Dia berpikir, sepertinya dia harus mencari tahu kebenarannya sendiri.

"Ngedip, Woy. Ngedip."

Raka mendengus saat mendapati Mamat yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping kubikalnya. "Ngapain lo berdiri di situ? Bukannya kerja."

"Lah, elu sendiri ngapain melototin anak magang mulu dari tadi? Bukannya kerja."

Raka tertawa karena balasan Mamat.

"Lo kenal anak yang baru magang itu?"

Raka mengangguk. "Bisa dibilang gitu."

"Siapa namanya?"

"Tanya aja sendiri."

Mamat berdecak. "Jangan gitulah. Bagi-bagi napa kalau punya kenalan daun muda."

Belum sempat Raka menjawab ucapan Mamat, obrolan mereka terhenti saat keduanya menyadari Liora sedang berjalan ke arah mereka.

"Cuy, dia ke sini itu, Cuy. Mau nyamperin gue kali, ya?"

"Auk ah," sahut Raka, berlaga tidak peduli.

Setelahnya, kedua pemuda itu menolehkan kepala ketika Liora memanggil nama Raka.

"Mas Raka, aku boleh minta tolong?" pinta Liora

"Minta tolong apa?"

"Bisa tolong hubungi tim dari IT?"

"Buat apa?"

"Buat bantu mengarahkan aku bikin account email kantor dan beberapa penyesuaian komputer."

Raka mengernyit, bingung. Dia melirik Mamat dan bertanya, "Emangnya anak magang harus bikin account email kantor juga, Mat?"

Mamat mengendikkan bahu. "Tau dah sekarang peraturannya kayak gimana."

"Terus si Sarah ke mana? Kenapa dia nggak bantuin kamu? Kamu kan asistennya," ujar Raka, kembali bicara pada Liora.

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now