Keping Tiga Puluh Dua

3.2K 602 118
                                    

Raka mendongakkan kepala dari desain bangunan di iPad-nya ketika Raina menyerahkan sebuah lunch box untuknya.

"Makan dulu. Mbak udah bikin taco buat kamu."

"Makasih, Mbak," ucap Raka. Ia menyimpan iPad-nya dan dengan lahap menyantap taco buatan Raina hingga habis.

"Raisa bilang dia udah transfer ke rekening kamu buat patungan biaya pengobatan Ibu. Dia juga nambahin sedikit buat biaya hidup kita di sini," cakap Raina setelah Raka selesai makan, dan kembali menambahkan, "Mbak baru tahu kalau di rumah sakit ini nggak bisa pakai asuransi yang Ibu punya," imbuhnya.

Raka mengangguk sambil meneguk air dari botol minum yang selalu ia bawa. "Rumah sakit ini memang nggak kerjasama dengan beberapa asuransi luar negeri, Mbak. Kita harus pakai jaminan dari pihak ketiga yang sudah kerjasama dengan rumah sakit ini supaya asuransinya Ibu bisa mengcover semua biaya pengobatan."

"Tapi, sekarang Ibu udah pakai asuransi, kan?"

"Udah. Aku udah hubungi pihak asuransi dari hari pertama Ibu di sini. Ada beberapa hari yang nggak bisa di-cover asuransi waktu kita masih nunggu konfirmasi dari pihak sana, tapi selebihnya sudah langsung di-cover."

"Syukurlah. Mbak ketar-ketir mikirin biaya di sini kalau nggak cover asuransi."

Kemudian mereka sama-sama terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Terus... sampai kapan Ibu akan dirawat di sini, Ka?" tanya Raina, suaranya kali ini terdengar lebih pelan, seakan takut menanyakan hal itu.

Namun, bagaimanapun keadaannya, mereka harus realistis dan mulai menempatkan target sampai kapan mereka akan di sana. Karena tidak mungkin Ibu akan selamanya dirawat di rumah sakit itu. Sekarang saja Raina dan Raya harus meninggalkan suami dan anak-anaknya demi bisa menjaga ibu mereka.

"Paling nggak, sampai kondisi Ibu membaik dan memungkinkan kita bawa pulang ke Bandung," jawab Raka.

"Kalau dilihat dari kondisi Ibu, sepertinya Ibu memang nggak ada semangat lagi untuk hidup, Ka. Pengobatan apa pun itu nggak akan ada hasilnya kalau dalam hati Ibu sendiri nggak ada keinginan untuk sembuh. Apalagi Ibu pernah bilang sama Mbak kalau Ibu pengin ikut Bapak."

Raka tahu ucapan Raina benar. Selama ini Ibu memang kelihatan sudah pasrah dan menyerah jika memang ia harus pergi menyusul suaminya. Namun, Raka tetap optimis bahwa Ibu bisa sembuh. Bagaimanapun keadaannya, Raka yakin ibunya masih bisa bertahan hidup.

"Sebentar, Mbak. Aku pengin lihat keadaan Ibu dulu," ucap Raka sambil berdiri dan berjalan menghampiri perawat yang sedang berjaga di depan ruang ICU.

"Excuse me," tegur Raka.

Perawat yang terlihat masih sangat muda itu mendongak. "Yes, Sir. How can I help you?"

"I am from ward room number 404."

"Oh, you are Mrs. Sujatmoko's family, then?"

Raka mengangguk. "Yes, right. When will Dr. Hans visit?"

"Please wait within today. He will visit around 5pm to 7pm or you can inform me again later."

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now