Keping Sembilan Belas

4.6K 643 64
                                    

Nata mengangkat wajahnya dari majalah Times dengan sampul Vladimir Putin ketika Liora memasuki ruangannya. Di belakang Liora, ada Raka yang berjalan mengikuti gadis itu.

"Loh? Kok bisa barengan?" ujar Nata saat melihat kedatangan keduanya. Pria paruh baya itu bangun dari kursi kebesarannya dan berjalan menghampiri mereka.

"Kebetulan tadi ketemu di lift," jawab Liora.

Nata menghampiri Raka dan menyalaminya. "Thank you so much for coming," ucapnya.

Raka membalas dengan tidak kalah ramah. "Saya yang harusnya berterima kasih karena Pak Nata sudah bersedia kerjasama dengan perusahaan saya."

Liora berdiri dengan bingung. Tersesat di antara obrolan Raka dan Nata yang tidak ia mengerti.

"Kamu belum kenalan sama Raka ya, Kak?"

"Aku udah kenal kok, Pa. Mas Raka dari tim render di lantai tiga, kan?"

Mendengar itu, Nata dan Raka terkekeh. "Sekarang dia udah bukan pegawai Papa lagi," ungkap Nata. "Raka sudah mengundurkan diri dari perusahaan Papa sejak lima tahun yang lalu, dan sekarang sedang merintis perusahaan kontraktor miliknya sendiri."

Informasi itu membuat Liora tercengang. Dia kembali melirik Raka dengan ketidakpercayaan. Sementara pria yang ditatapnya hanya berdiri dengan santai sambil terus menyunggingkan senyum.

"Kalau gitu, ngapain Mas Raka di sini kalau memang udah nggak kerja di sini lagi?"

Nata kembali menyahut. "Raka adalah pemilik Galendra Contractor. Dan, sekarang perusahaan Papa sedang kerjasama dengan perusahaan Raka untuk proyek pembangunan properti perkantoran di pusat kota Bandung."

Entah bagaimana ekspresi Liora saat ini. Dia kembali melirik Raka, menemukan senyum tersungging di bibir pria itu hingga membuat Liora lupa caranya berkedip dan bicara karena terlalu terkejut mendapati informasi yang baru saja didengarnya.

Raka Satria Galendra. Tidak ada habisnya laki-laki itu mengguncang kehidupan Liora dengan tindakannya yang tidak pernah bisa Liora duga.

Liora sama sekali tidak menyadari bahwa Raka melakukan semua itu untuk dirinya. Kejadian pada masa lalu yang telah Raka lalui, seperti cambuk yang mampu menghantam Raka kuat-kuat dan membuatnya bangkit. Semua itu Raka lakukan semata-mata sebagai upaya untuk memantaskan diri.

~~~~

Sudah setengah jam Liora berdiri di lobi kantor, menunggu taksi daring yang sudah ia pesan untuk mengantarkan dirinya menemui Brie.

Liora sadar inilah risiko jika pulang pada waktu standar orang-orang bubaran kantor. Di mana kompetisi kendaraan umum dan para penumpang yang sangat ketat. Namun, Liora terlalu lelah untuk mencoba alternatif lain selain taksi. Ia hanya ingin duduk tenang di jok belakang hingga tiba di tempat tujuan.

"Kirain udah pulang."

Liora menoleh ke samping dan menemukan Raka tengah berdiri di sisinya. Pria itu terlihat lebih santai setelah melepaskan blazernya dengan dua kancing kemeja paling atas terbuka dan lengan yang digulung hingga sikut.

"Taksinya masih belum datang," jawab Liora.

"Nggak bareng papa kamu?"

"Aku mau mampir ke Sky Lounge dulu karena ada janji meet up sama Brie."

"Mau bareng aku aja?"

Liora menggelengkan kepala. "Nggak usah. Mas Raka muter lagi kalau anterin aku dulu."

Tiba-tiba Raka tertawa.

"Kenapa ketawa?" tanya Liora.

"Kamu nggak kepikiran kalau aku masih kos di tempat yang dulu, kan?"

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now