Keping Tiga

4.5K 664 56
                                    

Sepulangnya dari tempat konser, Liora duduk di ranjang di dalam kamar tidurnya yang hanya diterangi cahaya string lights. Kepalanya masih terus menunduk, memperhatikan jaket bomber hitam yang berada di pangkuannya.

Ada satu bagian di hatinya yang terkikis ketika mengetahui fakta bahwa laki-laki yang ia idam-idamkan sudah punya tunangan. Liora sadar bahwa kapal itu sudah karam lebih dulu bersama mimpi-mimpi remajanya, bahkan sebelum dirinya sempat mencari dermaga untuk melabuhkan kapal itu.

Liora mendekatkan jaket itu ke hidungnya dan menghirup dalam-dalam aroma tubuh Raka yang masih tertinggal di sana. Liora memang sengaja tidak mengembalikan jaket itu kepada pemiliknya saat mereka berpisah di tempat parkir. Dirinya hanya berpikir jika jaket itu akan ia jadikan kenang-kenangan, yang akan selalu mengingatkan dirinya dengan balada kisah cinta pertama yang gagal.

"I hate you so fucking bad," gumamnya sambil menatap jaket itu seolah bicara dengan pemiliknya.

"Dasar om-om tukang PHP! Kenapa kamu baik banget sama aku kalau ternyata kamu udah punya tunangan? Nggak usah sok ganteng, deh. Kalau aku mau, aku bisa bikin Papa pecat kamu! Pokoknya aku benci sama kamu. Dasar nyebelin, nyebelin, nyebeliiin!"

Akhirnya, jaket itu menjadi pelampiasan rasa kesal Liora kepada pemiliknya.

Kegalauan itu masih berlanjut hingga keesokan harinya di sekolah. Sejak pagi Liora terlihat murung dan tidak bersemangat mengikuti pelajaran. Sangat bertolak belakang dengan Liora yang biasanya ceria dan cerewet.

"Aku cari ke perpus, ternyata kamu ada di sini," ujar Brie ketika menyusul Liora ke swimming pool indoor yang terdapat di sekolah elite itu.

Liora hanya melirik Brie sekilas dan kembali fokus menatap air kolam renang di depannya dengan pandangan kosong.

"Kamu nggak makan?" tanya Brie.

Liora menggelengkan kepala. "Belum laper," jawabnya.

Brie memperhatikan Liora yang sedang duduk di samping kolam renang sambil melamun. Sejak kejadian di tempat konser kemarin, Liora terus diam sepanjang perjalanan pulang.

Berulang kali Brie mengajaknya bicara dan hanya ditanggapi dengan gumaman singkat. Untung saja sahabatnya itu tidak sampai menangis, yang akan membuat Brie semakin bingung menghadapinya.

"Kemarin itu ngapain sih kita sampai senekat itu? Kalau dipikir-pikir lagi kita tuh malu-maluin banget ya, Brie?"ujar Liora sewaktu Brie duduk di sebelahnya.

"Lah! Baru nyadar?" seru Brie dalam hati. Namun, Brie tetap menanggapi dengan bijak, "At least sekarang semuanya jadi lebih jelas. Kalau nggak gitu kamu bakalan penasaran terus sama om-om itu."

"Oh, God... Why am I so cheesy? Sumpah, Brie, aku nggak nyangka bisa senekat itu."

Brie hanya terkekeh. "Tapi kamu baik-baik aja kan, Li?"

"No, Brie. Of course I am not okay. I even really don't know how I feel about him," ungkap Liora dengan putus asa. "Aku baru sadar kalau aku terlalu naif. Cowok kayak Mas Raka yang udah mapan dengan umur yang matang, mana ganteng pula, kemungkinan besar dia pasti udah taken. Kok bisa sih, aku nggak kepikiran sampai ke situ?"

"Namanya juga lagi bucin, mana mungkin kepikiran sampai situ."

"Untung cuma tunangan, kalau ternyata dia udah married gimana, Brie?"

Brie bergidik ngeri. "It's getting worse," ujarnya.

Liora menghela napas panjang sambil memejamkan mata. "Kenapa sih dia harus baik banget sama aku kalau ternyata dia udah punya tunangan? Kenapa juga dia harus seramah itu? Apa dia nggak sadar kalau sikapnya yang terlalu ramah itu bisa bikin cewek baper?"

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now