Keping Sembilan

4K 630 33
                                    

Hari Senin, Raka tiba di kantor lebih awal dari biasanya. Dia bahkan tidak bisa tidur semalaman karena tidak sabar menyambut hari itu agar bisa segera bertemu dengan seorang gadis yang selama dua hari itu memenuhi isi kepalanya.

Sejak mereka hangout di kafe Dago bersama Agni dan sepupunya hari Jumat lalu, Liora belum membalas chat-nya sama sekali. Terakhir kali Raka menghubungi ponselnya pun langsung tersambung ke mailbox.

Raka yakin Agni pasti mengatakan sesuatu kepada Liora selama mereka berada di toilet. Karena setelah kembali dari toilet, Liora langsung buru-buru pulang dengan diantar Dimas. Bahkan gadis itu tidak meliriknya sama sekali.

Yang membuat Raka bingung, apa yang mereka bicarakan hingga Liora tiba-tiba hilang kabar dan seolah sengaja menjauh darinya? Saat Raka menanyakan hal itu pada Agni, alih-alih menjawab, Agni malah bertanya balik, "Kenapa sih kamu kelihatannya peduli banget sama dia?"

Sudah pasti hal itu membuat Raka lebih memilih menutup mulut rapat-rapat dan mencoba mencari tahu sendiri tanpa melibatkan Agni.

Raka bekerja dengan gelisah sambil terus melirik jam dan memperhatikan kubikal Liora secara bergantian. Hingga pukul delapan lewat, Liora masih belum tampak. Raka sudah tidak sabar dan berinisatif menghampiri Sarah yang selama ini menjadi pembimbing Liora selama magang.

"Sar," panggil Raka.

Gadis bernama Sarah itu menoleh. "Hey, Ka. Kenapa?"

"Liora ke mana, Sar? Tumben jam segini belum datang?"

Sarah menghentikan pekerjaannya sejenak untuk menjawab pertanyaan Raka. "Loh, dia kan udah nggak magang di sini lagi, Ka. Hari Jumat kemarin itu hari terakhir dia magang."

Raka mengernyit. "Mendadak apa gimana? Kok kesannya tiba-tiba."

"Memang tiba-tiba, sih. Harusnya dia masih magang di sini satu minggu lagi, tapi, kemarin dia bilang sendiri ke gue kalau dia nggak bisa lanjut lagi."

"Dia bilang alasannya kenapa?"

Sarah menggelengkan kepala. "Nggak bilang apa-apa, tuh."

Raka sejenak Ragu untuk kembali bertanya pada Sarah. Namun, jalannya sudah buntu sehingga tidak ada pilihan lain. "Sar, boleh gue minta alamat Liora?" pintanya.

"Kenapa lo nggak minta langsung sama dia?"

Raka menggeleng lesu. "Dia nggak bisa gue hubungi. Dari kemarin nomornya nggak aktif."

"Sorry banget, Ka. Gue nggak berani selancang itu kasih informasi pribadi seseorang tanpa izin dari yang bersangkutan." Sarah berkata dengan penuh penyesalan.

Meski mukanya kurang rela, dalam hati Raka setuju dengan tindakan Sarah. "Oke, nggak masalah. Thanks buat infonya, Sar."

"Sama-sama, Ka," jawab Sara.

Raka kembali ke kubikalnya dengan pikiran karut marut. Bagaimana dia bisa bekerja dengan tenang jika pikirannya saat ini terus tertuju pada gadis yang bahkan tidak ia ketahui di mana keberadaannya?

"Kamu kemana, Lio?" desah Raka dengan nada frustrasi sambil mengusap wajahnya.

Entah datang dari mana, tiba-tiba Ares muncul di belakang Raka dan menepuk pundaknya. "Ngopi dulu, Bro," ajaknya.

Raka langsung menyambut ajakan Ares. Dia kembali berdiri dan mengikuti Ares yang sudah memasuki pantry lebih dulu.

Setelah berhasil menyeduh kopi tanpa menyiram tangannya dengan air panas karena pikirannya tidak bisa fokus, Raka duduk di pantry sambil menemani Ares yang sedang sarapan.

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now