Keping Empat Belas

4.5K 600 27
                                    

"Jadi, sekarang kamu sama Liora?" tanya Agni, setelah mereka menyudahi acara mengamen hari itu.

Raka menatap Agni sesaat sebelum kembali pura-pura sibuk memasuklan gitarnya ke dalam cover. "Yah, bisa dibilang gitu, lah," jawabnya.

"Sejak kapan?"

"Belum lama."

Agni terdiam. Raut wajahnya masih memperlihatkan kesedihan yang teramat dalam.

Mendapati Agni hanya diam dengan pikiran menerawang, Raka kembali bicara. "Maaf karena secepat ini."

"Kenapa harus minta maaf? Itu hak kamu buat berhubungan sama siapa aja dan kapan aja. Toh, kita udah nggak ada urusan apa-apa lagi, kan?"

Pemuda itu tersenyum tulus sambil mengacak puncak rambut Agni. Raka tidak bohong saat mengatakan dirinya menyayangi Agni. Mereka sudah berteman lama dan sudah melewati banyak hal bersama-sama. Bagaimanapun keadaannya, Raka tidak bisa memungkiri jika Agni sudah jadi bagian dari hidupnya.

"Kamu sendiri gimana? Udah punya gebetan baru?" tanya Raka.

"Belum, lah. Belum ada waktu buat hunting cowok baru."

"Mau aku kenalin sama teman aku? Si Ares juga jomblo, Ni."

"No, thanks. Aku cari sendiri aja," timpal Agni sambil tertawa. "Ngomong-ngomong Liora ke mana, Ka? Kok ngilang?"

Detik itu juga Raka baru sadar jika dirinya sudah mendiamkan Liora terlalu lama. Raka mencari keberadaan Liora di tempat gadis itu duduk, dan menemukan tempat itu sudah kosong.

"Ada yang lihat Liora?" tanya Raka kepada semua temannya satu persatu yang mengamen bersamanya sore hari itu.

"Tadi kan duduk di situ, " kata salah satu temannya.

Raka semakin kelimpungan. Apalagi saat dia memikirkan Liora tidak biasa pergi ke tempat-tempat seperti itu. Perasaan Raka kian semrawut sewaktu cowok itu mencoba menghubungi Liora beberapa kali, tapi tidak ada jawaban.

Raka mengikuti insting untuk menelusuri deretan rumah bedeng di bawah jalan layang yang lokasinya tidak jauh dari tempat dia mengamen. Ternyata benar dugaannya. Raka bisa bernapas lega setelah berhasil menemukan siluet tubuh Liora dari jauh, sedang duduk bersama beberapa anak jalanan yang duduk mengelilinginya.

"Gimana? Enak, kan, cokelatnya?" Terdengar suara Liora sedang bicara pada anak-anak yang duduk di depannya.

"Iya, Teh. Enak pisan ini mah cokelatnya." Salah satu anak perempuan di depan Liora menjawab.

"Di mana ini teh belinya?" tanya anak yang lain.

"Aku nggak beli. Ini oleh-oleh dari Tante aku di Swiss."

Anak-anak itu menatap Liora dengan ekspresi bingung. "Suwis teh di mana nya?"

"Oh, itu di luar negeri. Pokoknya jauh banget dari sini. Kalau kalian suka, besok aku bawain cokelat yang banyak buat kalian."

"Besok teteh mau ke sini lagi?" Mereka bertanya dengan antusias.

"Iya, besok aku ke sini lagi. Kalian ajak teman-teman kalian yang lain, ya?"

"Jangan atuh. Kalau banyak orang mah saya cuma kebagian sedikit makanannya atuh, Teh."

"Hey, kamu nggak boleh serakah. Kalau punya rejeki itu harus bagi-bagi sama orang lain, apalagi sama teman sendiri supaya rejekinya makin ditambah."

Obrolan itu terhenti ketika Liora mendengar suara Raka memanggilnya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Raka setelah menghampiri Liora dan berdiri di depan gadis itu.

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now