Keping Dua Puluh Enam

3.6K 653 55
                                    

"Tadi ngobrol apa aja sama Papa?" tanya Natasha setelah Liora keluar dari ruang kerja papanya dan kembali ke dapur.

"Mama kepo, deh," gurau Liora sambil tertawa. Perasaannya jauh lebih tenang setelah selesai bicara dengan papanya karena ternyata sang papa bisa memahaminya dengan baik.

"Ya udah kalau nggak mau cerita. Mama juga nggak akan cerita waktu kemarin Raka datang ke sini."

Sudah pasti, ucapan mamanya langsung menarik perhatian Liora sepenuhnya. "Memang Mama ngobrol apa aja sama Mas Raka?"

"Kamu kepo, deh." Natasha membalikan ucapan Liora hingga membuat Liora tertawa.

"Papa cuma tanya sejauh apa hubungan Lio dengan Drew."

"Memangnya sudah sejauh apa?"

"Untuk saat ini kami cuma sebatas sama-sama nyaman aja, Ma. Nggak ada pikiran ke arah yang lebih jauh."

Terdengar helaan napas panjang dari mamanya. "Syukurlah. Mama udah khawatir waktu kamu kenalin Drew sama Mama. Mama takut hubungan kalian terlanjur serius."

"Mama tenang aja. Lio paham dengan perbedaan kami."

"Kalau Mama boleh kasih pendapat, sebenarnya Mama lebih setuju kamu sama Raka daripada sama Drew."

Liora mengernyit. "Atas pertimbangan apa?"

"Banyak hal. Salah satunya karena Mama bisa melihat sebesar apa ketulusan Raka waktu Mama ketemu dia kemarin."

Segala sesuatu yang ada di ruangan itu berangsur memudar ketika pikiran Liora menerawang memikirkan apa yang baru saja mamanya utarakan. "Memangnya dia ngomong apa aja sama Mama?"

"Sebenarnya kami nggak ngobrol banyak. Setelah Mama bilang kamu lagi ke Bali buat ketemuan sama pacar kamu, dia langsung pulang dengan tampang yang kelihatan kecewa."

Liora menelan ludah dengan keras. Dia seolah bisa merasakan sedalam apa kekecewaan yang Raka rasakan padanya karena Liora lebih memilih Drew daripada dirinya.

Natasha menghentikan kesibukannya dan fokus menatap anak gadisnya yang terlihat sedang berpikir keras. "Boleh Mama tanya satu hal sama kamu, Kak?"

Liora membalas tatapan mamanya. "Tanya apa?"

"Sampai kapan kamu akan terus membohongi diri kamu sendiri?"

Kali ini gadis itu mengernyit. "Maksud Mama?"

"Mama tahu kamu nggak mencintai Drew karena kamu masih mencintai Raka. Iya, kan?"

Liora tidak bisa menyangkal. Dia melupakan fakta bahwa mamanya itu lebih mengenalnya daripada dirinya sendiri.

"Sebelum hubungan kamu dan Drew terlalu jauh, lebih baik langsung kamu akhiri saja. Perbedaan umur masih bisa diatasi dengan mudah, tapi kalau sudah menyangkut soal perbedaan keyakinan," Natasha geleng-geleng kepala. "Mama yakin kamu nggak akan mampu mengatasi hal itu, Kak, karena tidak semua perbedaan bisa disatukan. Ada beberapa di antaranya yang memang lebih baik untuk kita biarkan tetap berjalan dalam konteksnya masing-masing."

Liora hanya bisa mengangguk dan menyetujui kebenaran itu. Dia tidak bisa mendebat karena semua yang dikatakan mamanya benar. Walaupun dalam hati Liora selalu mempertanyakan mengapa mereka harus meributkan satu perbedaan jika ada seribu kesamaan yang bisa mereka jadikan alasan untuk bertahan. Atau pertanyaan mengapa ada banyak agama jika semua orang yakin Tuhan hanya satu. Bukankah Ismail dan Ishak juga lahir dari ayah yang sama. Lalu, mengapa mereka bisa memiliki keturunan yang berbeda?

Namun, Liora pun tahu ucapan mamanya sepenuhnya benar, bahwa ada beberapa hal yang memang lebih baik tetap berjalan sesuai konteksnya masing-masing.

Liora mengangguk dan menatap mamanya. "Iya, Lio tahu kok, Ma. Tadi Lio dan Papa juga udah ngobrol banyak soal hal itu. Lio cuma butuh waktu untuk bicara dengan Drew."

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now