Keping Enam Belas

4.2K 599 38
                                    

Raka tidak lagi ingat sudah berapa lama berdiri di sana. Mungkin satu jam, atau mungkin sudah berjam-jam. Raka sama sekali tidak tahu. Yang ia ketahui adalah, tubuhnya tidak bisa bergerak dan terus saja memandangi sosok perempuan di depan sana yang sedang asyik melihat-lihat berbagai macam oleh-oleh khas Bali. Bukannya ikut berbelanja seperti teman-temannya yang lain, sejak tadi cowok itu malah sibuk mengamati gadis itu.

Raka tidak habis pikir mengapa hidupnya yang semula statis bisa jungkir balik karena kehadiran satu gadis kecil yang tidak pernah ia sangka mampu mengguncang hidupnya. Dia bahkan masih belum mengerti mengapa ia bisa kehilangan kendali diri setiap kali berhadapan dengan gadis itu. Rasa kecewa karena sudah dibohongi, seolah menutup kedua matanya hingga membuatnya tega melakukan perbuatan yang bahkan tidak pernah terbesit di dalam kepalanya.

Dalam keadaan yang sudah jauh lebih tenang, Raka baru menyadari sebesar apa kesalahan yang sudah dia perbuat. Mendadak ia ingin menghajar dirinya sendiri. Liora tidak pantas mendapat perlakuan seperti apa yang sudah dia lakukan. Dia terlalu berharga untuk diperlakukan seperti itu. Sangat berharga. Tidak bisa Raka bayangkan jika Liora mengadukan hal itu kepada orang tuanya. Mungkin saja saat ini dirinya sudah menjadi salah satu penghuni penjara.

Merasa diperhatikan, tiba-tiba Liora menoleh ke arahnya dan memergoki dirinya tengah memperhatikan gadis itu. Bukannya mengalihkan pandangan ke arah lain untuk menghindari kecanggungan, Raka malah sengaja membalas tatapan Liora, hingga membuat gadis itu salah tingkah.

Liora mengerjap dengan kening berkerut karena Raka memberikan tatapan aneh yang sama sekali tidak bisa diterjemahkan olehnya. Namun, ia tidak mau ambil pusing. Dengan bersikap tak acuh, Liora memilih membuang muka dan menyingkir dari tempat itu.

"Udah selesai, Kak?" tanya Natasha sambil menghampiri Liora. Saat menemukan keranjang belanja Liora yang masih kosong, Natasha mengernyitkan dahi. "Kenapa keranjangnya kosong? Kamu belum beli apa-apa?"

Liora menggelengkan kepala. "Nggak tahu mau beli apa, Ma. Lio bingung."

"Tumben kamu disuruh belanja malah bingung. Nih, ada lulur khas Bali. Wanginya enak banget loh, Kak."

"Lio lagi nggak mood belanja, Ma," tolak Liora, "Mama masih lama nggak?"

"Kayaknya masih. Mama mau cari daster buat di rumah. Papa juga tadi titip kopi Kintamani."

"Kalau gitu Lio tunggu di luar aja, ya?"

Liora segera berlalu menuju area food court setelah mendapat izin dari mamanya. Gadis itu memesan satu cup minuman boba untuk menemaninya menunggu sambil jalan-jalan di luar.

Pusat pembelanjaan oleh-oleh itu sangat luas. Ada sebuah taman bunga yang sangat indah dan terletak di dekat tebing dengan pemandangan laut yang memukau.

Liora duduk di sana, menutup mata, merasakan usapan lembut angin laut menerbangkan rambutnya. Rasanya tenang dan damai, seolah masalah yang menerjangnya lenyap terbawa angin. Ini kedamaian yang ia butuhkan. Liora bisa merasakan sekelumit batinnya semakin membaik setelah menikmati keindahan laut biru yang beriak tenang.

Namun, perasaannya kembali karut marut setelah ia membuka mata dan mendapati tubuh menjulang Raka di hadapannya. Entah sejak kapan Raka mengikutinya karena Liora tidak menyadari kehadirannya sama sekali.

Mereka saling menatap dalam diam. Raka bisa merasakan sengatan emosi yang dalam dari bagaimana cara Liora menatapnya. Terlihat jelas gadis itu sangat membencinya.

Sebatas Angan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang