Keping Lima

4.7K 615 63
                                    

Sore itu Raka menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal orang tua Agni. Sejak kemarin Agni terus meminta dirinya datang menjemput dan diantarkan pulang ke tempat kos. Daripada ribet mendengar ocehan cewek yang mirip dengan petasan rentet kalau lagi ngambek, dengan terpaksa Raka mengikuti keinginan pacarnya itu.

Raka tersenyum sopan saat seorang wanita paruh baya membuka pintu yang sebelumnya ia ketuk. Dengan penuh rasa hormat, Raka menyalami wanita itu dan mencium tangannya.

"Sehat, Bun?" tanyanya.

"Sehat. Kamu ke mana aja? Udah lama nggak main ke sini."

Raka mengikuti wanita itu memasuki rumah walaupun belum dipersilakan. Bahkan dia langsung melangkahkan kaki menuju ruang tengah tanpa rasa sungkan.

"Kemarin-kemarin lagi banyak proyek, Bun. Biasalah, Bun. Menjelang pemilihan kepala daerah baru, jadi orang-orang pemerintahan gencar-gencaran nyari proyekan buat ngabisin sisa anggaran."

"Akhirnya kamu kecipratan juga, kan?" kelakar mamanya Agni, membuat Raka tergelak. "Kamu udah makan, Ka?"

"Udah, Bun."

"Beneran? Bunda bikin rendang daging kesukaan kamu, loh. Atau kamu mau bawa ke kosan? Nanti tinggal dipanasin aja kalau mau makan."

"Nggak usah, Bunda."

"Nggak usah sedikit maksudnya?"

"Nah, itu Bunda tahu," sahut Raka sambil tergelak.

Di dalam keluarga Agni, Raka sudah dianggap selayaknya anak sendiri karena Agni merupakan anak tunggal. Hal itulah yang membuat Raka merasa nyaman menjalani hubungan dengan Agni. Bahkan sejak mereka masih bersahabat pun, orang tua Agni sudah menganggapnya bagian dari keluarga.

"Ayah mana, Bun?" tanya Raka sambil menyuap pisang goreng hangat yang disajikan mamanya Agni.

"Kalau hari Minggu jadwal Ayah badminton sama bapak-bapak kompleks. Hari Minggu depan kamu nggak ada acara kan, Ka?"

Raka menggelengkan kepala. "Nggak ada kayaknya, Bun. Kecuali kalau Agni ngajakin jalan."

"Rencananya Bunda mau ajak ibu kamu ke acara pameran pernikahan. Kalau bisa Raka sama Agni juga ikut."

Ekspresi Raka berubah seketika. "Di mana?" tanyanya dengan nada suara yang terdengar tidak antusias.

"Di Trans Hotel."

"Bunda udah hubungi Ibu?" tanya Raka lagi.

"Belum. Mungkin hari ini Bunda telepon Ibu. Emangnya kamu belum pulang ke rumah?"

Sebelum Raka sempat menjawab, kedatangan Agni menginterupsi percakapan mereka. "Omelin, Bun. Udah sebulan tuh dia belum pulang ke rumahnya," sambar Agni, mulai mengompori.

"Oh, jadi gitu, Yang? Kita mau main adu-aduan, nih?"

"Lagian, kamu punya orang tua tapi jarang ditengokin."

"Kamu tahu sendiri kalau bulan ini kerjaanku lagi padat-padatnya karena di kantor lagi banyak proyekan. Yang penting aku rajin nelepon Ibu."

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now