Keping Enam

4.3K 581 37
                                    

Setelah berhasil meminjam helm dari salah satu temannya yang menempati kamar kos di lantai tiga, Raka segera kembali ke kamarnya karena tidak ingin membuat Liora menunggu terlalu lama.

Namun, alangkah terkejutnya ia ketika membuka pintu kamar dan menemukan Liora sedang mengobrol dengan Agni. Mereka duduk bersila di karpet dengan posisi saling berhadapan. Seperti dua orang teman lama yang sudah akrab.

"Jadi Kak Agni koleksi art and design magazine?" tanya Liora dengan antusias.

Agni mengangguk. "Aku suka banget crafting, makanya aku koleksi majalah Frankie karena banyak rekomendasi DIY stuff."

"Flow magazine juga punya?"

"Dulu pernah punya edisi sepuluh, tapi dipinjam temanku dan nggak balik lagi."

"Aku punya banyak Flow Magazine di rumah. Karena Papaku arsitek, jadi Papa langganan hampir semua art and design magazine dari dulu, dan Flow Magazine itu kesukaan aku. Kalau Kak Agni mau, Kakak boleh ambil beberapa."

Obrolan mereka terhenti karena kedatangan Raka. Keduanya serempak menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka.

"Kamu nyari helm di mana sih, Yang? Kasihan Lio nunggu kamu kelamaan," omel Agni saat Raka baru saja memasuki kamar kosnya.

Raka mengernyit bingung melihat keakraban Agni dan Liora. Alih-alih menjawab, dia malah bertanya balik. "Kalian udah saling kenal?"

Agni lebih dulu menjawab, "Baru kenalan tadi. Kamu kok nggak pernah cerita soal Liora?"

"Nggak pernah kepikiran aja," jawab Raka seketika. "Kamu kapan datang, Yang?"

"Belum lama. Aku habis ketemu customer di dekat sini, jadi sekalian mampir."

"Kalau gitu aku keluarin mobil biar sekalian antar kalian pulang, ya?"

Liora langsung menyela, "Mas Raka, aku bisa pulang sendiri. Mas Raka antar Kak Agni aja."

"Kok pulang sendiri?" Agni buru-buru menimpali. "Nggak apa-apa, Lio. Raka sekalian antar kita pulang pakai mobil."

"Emangnya nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa, dong. Anggap aja Raka supir."

"Kalau gitu, sebagai tanda terima kasih, besok aku titip majalah Flow buat Kak Agni sama Mas Raka, ya?"

"Beneran?"

Liora mengangguk.

"Thank you, Lio. Ya ampun, kamu gemes banget, sih. Dari kecil aku pengin banget punya adik cewek."

Liora terkekeh saat Agni mencubit pipinya sambil menahan gemas.

Saat pertama kali berhadapan dengan Liora di ambang pintu kamar kos Raka, Agni langsung terkesima melihat seorang gadis paling manis yang pernah ia lihat. Rambut Liora yang tergerai lurus dan hitam pekat, sangat kontras dengan kulitnya yang putih merona. Jika tersenyum, seluruh wajahnya berseri dan menampakan deretan giginya yang putih dan rapi.

Entah mengapa, saat itu juga Agni langsung menyukainya. Tiba-tiba saja terbesit dalam pikiran Agni untuk mengenalkan Liora kepada adik sepupunya yang seumuran Liora.

Sebatas Angan SenjaKde žijí příběhy. Začni objevovat