Keping Dua Puluh Tujuh

3.6K 580 46
                                    

Drew melakukan dribble sebelum menekuk kakinya dan melakukan lompatan untuk memasukan bola basket ke dalam ring. "Ah shit!" serunya karena lemparannya meleset dan pantulan bola itu malah mengenai kepalanya.

"Kak Andrew!" seru Lionel sambil menghampiri Drew. "Are you okay?"

Sambil mengusap-usap kepalanya yang terkena lemparan bola, Drew menjawab, "Yeah, I'm fine. Sorry kalau permainanku buruk."

"Lagi mikirin Kak Lio?" tebak Lionel.

Tanpa menjawab, Drew berjalan ke teras rumah dan meraih handuk kecil yang ia simpan di sana untuk menyeka keringat di wajahnya. Kemudian ia meraih botol air mineral dingin, lalu meneguknya hingga habis.

Dugaan Lionel memang benar. Sejak Drew menatap kepergian Liora yang akan pergi melayat, tiba-tiba saja perasaan Drew menjadi resah. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Namun, Drew tidak tahu apa itu.

Drew bukan tipikal cowok posesif yang berani melarang pacarnya pergi ke suatu tempat. Dia selalu membebaskan Liora melakukan apa pun yang gadis itu suka, asal tidak membahayakan. Namun, entah kenapa kali ini Drew merasa ada sesuatu yang salah dengan kepergian Liora. Feeling-nya mengatakan, seharusnya ia tidak membiarkan Liora pergi.

"Sebenarnya yang meninggal itu siapa, Nel?" tanya Drew ketika Lionel baru saja duduk di sebelahnya.

Tanpa berpikir, Lionel langsung menjawab, "Ayah dari mantan pacarnya Kak Lio."

Drew mengernyit mendengar informasi itu. "Mantan pacar? Memangnya Lio punya mantan pacar?" tanyanya tak percaya.

"Punya. Namanya Raka. Memangnya Kak Andrew nggak tahu?"

"Saya nggak tahu kalau Lio punya mantan pacar."

Seakan belum menyadari ekspresi yang diperlihatkan Drew, Lionel malah semakin mengompori. "Jadi, Kak Lio nggak pernah cerita apa pun sama Kak Andrew?"

Drew membuang muka, menatap botol air mineral di tangannya yang sudah kosong. "Lio terlalu tertutup. Dari awal kami kenal, dia nggak pernah sekalipun membicarakan masalah pribadinya, apalagi tentang masa lalunya. Kalau kamu nggak keberatan, mungkin kamu bisa cerita sedikit tentang laki-laki itu?" pinta Drew sambil menatap Lionel dengan penuh harap.

Dengan semudah itu Lionel menuruti permintaan Drew. "Mantannya itu namanya Raka. Dia cinta pertamanya Kak Lio. Mereka pacaran waktu Kakak masih SMA dan Mas Raka kerja di kantor Papa. Aku nggak tahu apa yang terjadi saat hubungan mereka berakhir, karena Kak Lio langsung memutuskan kuliah di Cambridge."

"Ah, I got it. Pantas saat itu Lio kelihatan tertutup sekali dan sangat sulit untuk didekati. Ternyata karena dia baru broke up dengan mantan pacarnya."

"Memangnya Kak Andrew kenal Kak Lio sejak kapan?"

"Sejak awal masuk kuliah. Aku seniornya Lio di kampus. Butuh waktu sampai tiga tahun sampai akhirnya aku bisa meyakinkan Lio untuk mau dating dengan aku. Kakak kamu itu jual mahal sekali," kelakar Drew, memancing tawa mereka.

Saat yang bersamaan, mereka melihat mobil milik Nata memasuki pekarangan.

"Nah, itu Kakak dan Papa baru pulang. Aku pikir lebih baik Kak Andrew membicarakan masalah ini langsung dengan Kak Lio."

Drew mengangguk. "Thanks untuk informasinya, Nel."

"Your welcome, Bro."

Tidak lama setelah itu Lionel memasuki rumah dan meninggalkan Drew yang masih terduduk di beranda rumah. Drew enggan beranjak karena ia sengaja menunggu Liora menghampirinya.

Sebatas Angan SenjaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin