Keping Dua

5.1K 667 86
                                    

Hari Minggu sore, Liora dan Brie benar-benar melaksanakan rencana mereka untuk pergi ke tempat konser metal yang banner-nya Raka unggah di laman akun media sosialnya kemarin.

Setelah perdebatan soal pilih pakai mobil siapa, akhirnya mereka sepakat untuk memakai mobil Brie saja, karena jika Liora yang membawa mobil, dia akan memakai mobil mamanya yang sudah terpasang GPS tracker dan bisa dilacak keberadaannya.

"Are you sure you're doing this?" tanya Brie ketika mereka berhenti sejenak di drive thru sebuah kedai kopi luar untuk memesan minuman.

Liora mengangguk yakin. "Yeah, of course. Udah setengah jalan gini masa mau mundur," jawabnya.

"Aku jadi penasaran, sehebat apa sih cowok itu sampai bisa bikin kamu jadi bucin kayak gini?"

"Mungkin karena dia termasuk tipe aku."

"Jawaban kamu nggak menjawab pertanyaan aku, Lio. I need details."

Liora mengendikkan bahu. "I don't know, Brie. Honestly, I don't know how to describe it. Aku juga nggak tahu kenapa bisa langsung suka sama dia."

"Cowok keren di sekolah kita itu banyak, loh. Bisa-bisanya kamu malah kesengsem sama om-om."

Liora tertawa renyah karena ucapan Brie. Tidak sedikit pun ia tersinggung walaupun Brie secara tidak langsung meledek seleranya. Brie cuma nggak tahu aja, om-om kayak apa yang ditaksir Liora.

Keadaan belum terlalu ramai saat city car yang dikendarai Brie memasuki pelataran parkir tempat konser itu. Mereka mencari tempat yang paling strategis untuk memarkirkan mobil, yaitu di dekat pintu masuk agar dapat melihat kedatangan Raka.

Liora memperhatikan penampilan orang-orang yang memadati tempat itu. Sesuai tema yang diusung, kebanyakan penonton yang datang ke sana berpenampilan swag ala-ala rocker. Ada juga anak punk dengan rambut warna warni dan anting-anting yang menghiasi wajah mereka.

Hal itu membuat Liora dan Brie bergidik ngeri. Belum apa-apa Liora merasa nyalinya langsung menciut. Ini hal yang baru dalam hidupnya. Selama ini tidak ada satu orang pun dalam circle pertemanannya yang berpenampilan seperti itu.

"Orang sebanyak ini, gimana caranya kita ketemu sama cowok itu?" tanya Brie sambil menyeruput caramel macchiato-nya.

Liora hanya menggelengkan kepala. Dia juga bingung bagaimana caranya bisa menemukan keberadaan Raka di antara ratusan orang yang ada di sana. Namun, bukan Liora namanya jika dia akan menyerah begitu aja.

"Kita tunggu aja di sini. Dia pasti lewat sini kalau mau masuk ke tempat parkir."

Entah berapa lama mereka menunggu di dalam mobil sambil memperhatikan satu per satu orang yang berdatangan. Persediaan makanan dan minuman mereka pun sudah habis, tapi orang yang mereka tunggu masih belum terlihat keberadaannya.

"Mana, sih? Kok masih belum datang, ya?" keluh Liora sambil menurunkan sandaran jok mobil yang ia duduki karena sudah merasa pegal.

"Kayaknya dia nggak datang. Lagian dia cuma posting banner konser ini, bukan berarti dia bakalan datang."

"Terus gimana sekarang? Kita mau pulang aja?"

Brie memperhatikan Liora dari samping. Menyadari jika kedua mata sahabatnya itu masih terus mencari. Karena tidak ingin membuat Liora kecewa, Brie pun mengalah. "Kita tunggu satu jam lagi, deh. Kalau sampai jam tujuh dia belum datang juga, kita langsung pulang aja, ya?"

Liora langsung mengangguk setuju. Ternyata, tidak lama setelah itu Liora berhasil menemukan orang yang sejak tadi ia cari. Seorang laki-laki yang membuatnya sampai berbuat nekat dan berani datang ke tempat seperti ini.

Sebatas Angan SenjaOnde histórias criam vida. Descubra agora