Keping Dua Puluh Delapan

3.7K 589 36
                                    

Liora mendengar ponselnya berdering ketika dirinya sedang berada di perjalanan menuju rumah Raka dengan menggunakan taksi. Ia mengeluarkan benda itu dari dalam tasnya dan menemukan WhatsApp call dari Brie.

"Hi, Brie," sapanya setelah menggeser tanda jawab.

"Kamu nggak jadi ikut Drew ke Bali?" serobot Brie dari ujung telepon.

Liora tersenyum mendengar pertanyaan itu. Pasti Drew sudah menghubungi Brie sehingga sahabatnya itu tahu dirinya tidak jadi ikut ke Bali.

"I broke up with Drew," ungkap Lio, membuat Brie sedikit terkejut.

"How can?" desak Brie.

"Ceritanya panjang. Intinya, aku memutuskan kalau aku lebih memilih Mas Raka daripada Drew."

"Jadi, Drew udah tahu tentang Mas Raka?"

"Yups. Bahkan mereka sempat ketemu sebelum Drew pergi ke Bali."

"Are you joking or what?"

"Aku serius, Brie."

Terdengar helaan napas panjang Brie dari ujung telepon sana. "Pantesan aja. Tadi Drew telepon aku, dan dia tanya kapan aku ada waktu karena dia mau ketemu aku. Dia bilang, ada sesuatu yang ingin dia bicarakan dengan aku. Aku yakin dia pasti mau tanya-tanya soal hubungan kamu dan Mas Raka."

"Kamu jawab sejujurnya aja. Aku kenal Drew. Dia cukup bijak untuk memahami situasi yang terjadi."

Brie mengangguk paham walaupun Liora tidak bisa melihatnya. "Oke, kalau udah ada approve dari kamu, aku jadi lebih enak ngobrol sama Drew. Terus, hubungan kamu dengan Mas Raka gimana? Masalah dia dengan kakaknya udah selesai?"

"Aku baru mau ketemu Mas Raka. Sekarang aku lagi di jalan ke rumah dia."

"Oh, oke kalau gitu. Nanti aku telepon kamu lagi."

"Oke, Brie. Bye."

Panggilan itu terputus bertepatan dengan tibanya Liora di rumah Raka. Gadis itu turun dari dalam taksi dan berdiri di depan gerbang. Ia menekan bel sekali, lalu menunggu beberapa saat hingga asisten rumah tangga yang bekerja di sana membukakan pintu gerbang untuknya.

"Mas Raka ada kan, Bi?" tanyanya sambil melangkah memasuki pekarangan.

"Ada, Mbak. Tadi Bapak bilang, kalau Mbak Lio datang langsung ke kamar aja."

Liora menuruti ucapan Bi Karsih. Dia membuka pintu kamar Raka secara perlahan, dan mendapati keberadaan laki-laki itu sedang duduk di balkon kamar sambil merokok.

Dengan perlahan Liora melangkah menghampiri Raka. Setelah posisinya berada persis di belakang Raka, gadis itu mengalungkan kedua lengannya di leher Raka dari belakang dan berbisik, "Hi, Sayang."

Hal itu membuat Raka tersenyum sambil mengusap-usap lengan Liora yang mendekapnya. "Hey. Aku pikir kamu nggak jadi datang," ujarnya.

"Jadi, dong. Aku kan udah janji sama kamu kalau aku mau datang."

Senyum Raka semakin mengembang. Dia menolehkan kepalanya untuk mendaratkan satu kecupan sayang di pipi Liora.

"Kamu lagi ngapain duduk di sini sendirian? Pasti lagi ngelamunin aku?"

Kali ini Raka terkekeh. Dia mematikan rokoknya di dalam asbak, lalu menarik tangan Liora dan mengisyaratkan agar gadis itu duduk di depannya.

Kini mereka telah bertukar posisi. Liora duduk di depan Raka yang memeluknya. Berdua mereka duduk memandangi langit kota Bandung yang gelap karena tertutup awan mendung.

Sebatas Angan SenjaWhere stories live. Discover now