Eight

4.4K 404 44
                                    

"... Seperti yang pernah kubilang, tiga orang yang merampok rumahmu dulu adalah pembunuh bayaran sama seperti ku. Dan aku sudah mendapat sebuah nama, dalang dibalik perampokan tersebut. Kalau kau ingin tahu namanya, bawa Steve Jeremy Smith keatas ranjang mu."








Ray kembali kedalam kamar dan melempar sebuah baju untuk Steve yang sedang memakai celananya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ray kembali kedalam kamar dan melempar sebuah baju untuk Steve yang sedang memakai celananya.

"Pakai itu dan pulanglah. Urusan kita sudah selesai."

Salah satu alis Steve terangkat melihat kelakuan Ray yang berbeda seratus delapan puluh derajat, lelaki itu memunggunginya untuk mengambil sesuatu didalam lemari pakaiannya.

"Apa maksud mu dengan urusan kita?"

"Kau sudah mencicipi tubuhku, aku sudah mencicipi tubuhmu. Kita impaskan."

Wajah Steve menegang tidak suka mendengar kalimat itu meluncur keluar dari bibir Ray. Steve mendekati Ray dan langsung berhenti pada langkah pertama, Ray menodongkan sebuah senapan laras panjang padanya.

"Kau tidak memeriksa isi lemari bajuku yang ini."

Ray menarik kokang senjatanya, dan Steve tahu lelaki ini tidak main-main jika mau menembaknya. Sorot mata Ray sudah berubah lagi, Steve tidak mengenal yang ini. Sebenarnya ada berapa kepribadian yang dimiliki oleh seorang Kenneth Raymond?

"Pergi dan jangan pernah menemuiku lagi. Jika kita tidak sengaja bertemu, anggap kita tidak saling mengenal. Dan lupakan mengenai pergulatan tadi." kata Ray dengan tenang.

Steve tersenyum sama tenangnya, "Kau lupa kalau aku tidak memakai pengaman?"

"Kau tidak tahu kalau aku meminum pil kan?"

Steve sama sekali tidak menyangkal bakal mendapat jawaban seperti itu. Seingat nya Ray masih perjaka tadi.

"Pulanglah." Ray menurunkan senapannya, "Kita sudah bersenang-senang tadi. Saat nya kembali pada kehidupan masing-masing. Kau tenang saja. Perjodohan kita akan ku batalkan. Jadi kau bisa kembali pada pelukan sekretaris mu."

Steve sudah tidak bisa mengendalikan emosinya lagi, ia tidak peduli apakah Ray akan menembaknya atau tidak. Yang ia butuhkan adalah memberi Submissive itu pelajaran.

Duakhh

Ray memang tidak menembaknya, tapi ia memukul kepalanya dengan gagang senapan.

"Kau pikir senapan tanpa peluru tidak bisa digunakan?" desis Ray. "Kau salah Smith."

Steve sempoyongan sambil memegangi kepalanya yang pening, ia jatuh keatas tempat tidur ketika menabrak ujung ranjang.

Ray memperhatikan itu semua dengan raut wajah datar, ia bahkan tidak bereaksi saat melihat darah merembes keluar dari pelipis kiri pria itu. Ray memang tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan aksinya.

Love Shoot! | Sungsun ✔Where stories live. Discover now